35

365 54 3
                                    

Semua menjadi kacau baginya saat ini. Perasaannya benar-benar tak tenang. Tubuhnya bahkan tak bisa hanya untuk duduk saat ini, masih memikirkan cara lain agar dirinya bisa pergi jauh tanpa ada satu orangpun yang tahu dimana keberadaannya.

Namun kepanikan merenggut semua yang ada dalam dirinya saat ini. Tak ada rencana atau hal apapun yang bisa membantunya saat ini. Dan tanpa bisa ia tahan, airmata itu turun begitu saja melewati pipinya. Begitu frustasi dengan akhir dari semua rencananya yang telah ia susun dengan rapi sejak begitu lamanya.

Ia begitu marah dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Tidak, seharusnya bukan ini yang ia dapatkan. Seharusnya, kebahagiaan yang ia dapatkan. Tanpa ada seorangpun yang bisa merusak kebahagiaannya saat ini.

Tangannya terlihat gemetar dan begitu terburu ketika mengambil koper kosong di kamarnya saat itu. Memasukkan seluruh pakaiannya di dalam koper itu. Beranjak mengambil seluruh aset berharga miliknya untuk ikut ia bawa bersamanya. Dan setelah ia merasa sudah banyak dan cukup untuknya, ia beranjak begitu saja.

Membuka pintu kamarnya dengan perlahan, sembari melirik ke arah sekitarnya agar ia tak ketahuan untuk pergi. Dan ketika ia merasa jika ia bisa pergi, ia tak membuang waktunya. Masih dalam keadaan hati-hati dan juga begitu perlahan pula menuruni beberapa anak tangga di rumah sembari mengangkat kopernya. Benar-benar tak ingin jika kepergiannya diketahui banyak orang.

"Mau kemana kau?"

Dirinya terkesiap, menghentikan langkahnya sembari menatap pada seseorang yang sudah berdiri di hadapannya. Membuat niatnya yang ingin pergi tak terlaksana begitu saja dengan lancar.

Ia memaksakan senyumnya di sana, menyadari pandangan yang tak lain adalah suaminya itu kini terarah pada tas koper yang masih berusaha ia sembunyikan di balik tubuhnya. Tapi tentu saja, apa yang dilakukannya hanya hal yang sia-sia.

"Kau mau kemana, hmm? Ingin pergi?"

Ia menggeleng, masih mencoba untuk menyembunyikan tas kopernya. "T-Tidak. I-Ini, a-aku..."

"Kau ingin kabur, huh?"

"Bagaimana bisa kau mengatakan semua itu? D-Dan, mengapa juga aku harus kabur? A-Aku tak memiliki kesalahan apapun."

"Kalau begitu, kau bisa katakan padaku apa maksud dari kau terburu-buru dan membawa kopermu, hmm?"

Untuk meneguk ludahnya sendiri saja ia tak bisa saat ini. Tanpa sadar mengeratkan genggamannya pada gagang kopernya, sementara otaknya terus saja berpikir untuk mencari jawaban bagi suaminya itu.

"Kenapa diam? Apa kau tak bisa berbicara sekarang?"

"T-Tidak, bukan itu. A-Aku--"

"Dimana kau saat Hoseok mengalami kecelakaan?"

"Apa maksudmu? Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku memiliki urusan penting dengan salah satu temanku."

"Dimana itu?"

"Apa kau menuduhku yang menabrak mobil taksi yang ditumpangi Hoseok? Aku bahkan berada di di jarak yang jauh darinya saat itu."

"Bagaimana bisa kau tahu jika Hoseok menggunakan taksi sementara kau sendiri tak ada di rumah untuk mengantarkan kepergiannya, hmm?"

Telak. Ia merasa dipojokkan saat itu. Melihat bagaimana senyuman sang suami yang kini terbentuk di wajahnya. Sial, ia rasanya ingin sekali mengutuk kebodohannya tadi.

"I-Itu, m-maksudku, a-aku--"

"Sudah cukup."

Pembicaraan keduanya berakhir saat itu juga, menatap pada seseorang yang mengintrupsi keduanya. Dan pandangan wanita itu membulat, bersamaan dengan dirinya yang di dekati oleh dua orang lain yang sang inspektur itu bawa.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang