13

713 129 5
                                    

Hembusan napas itu keluar dari saja Hoseok. Menyandarkan tubuhnya pada sofa yang ia duduki. Sementara Si Yoon yang melihat Hoseok di sana hanya menampakkan senyumnya.

Hoseok benar-benar tak tahu, jika mengelola perusahaan akan begitu melelahkan. Mungkin ia akan berpikir dua kali tentang Ayahnya mulai saat ini. Ayahnya itu pasti sangat kelelahan mengurusi perusahaan sendirian. Dan Taehyung, mungkin saja ia tak akan banyak membantu Ayahnya. Mungkin karena hal ini pula, Ayahnya menyuruhnya untuk kembali ke rumah.

"Ini, Tuan Muda."

Hoseok membuka kedua matanya. Menatap pada Si Yoon yang memberikannya segelas air.

"Terima kasih, paman." Ucapnya sembari mengambil alih gelas itu dari tangan Si Yoon.

"Anda telah bekerja keras hari ini. Tak heran mengapa Tuan Besar menginginkan anda untuk menggantikan beliau."

Hanya sebuah senyuman yang bisa Hoseok berikan sebagai jawabannya, meneguk kembali air dalam gelas genggamannya.

"Ah ya, paman. Jam berapa hari ini?"

"Ne? Ah, ini sudah pukul 11 malam. Ada apa?"

Hoseok tampak menghela napasnya. Padahal, rencananya kali ini adalah ia ingin menemui kembali Bibi Gong dan Rose di rumah mereka. Tapi, mengingat ini sudah malam, mungkin saja mereka sudah terlelap.

"Ada apa, Tuan Muda?"

Hoseok mengalihkan tatapannya pada Si Yoon.

Tapi, jika lewat sebentar untuk melihat, tidak apa, bukan?

"Paman, bisa temani aku?"

.

.

Malam itu begitu dingin sekali dan begitu berbeda dari malam-malam sebelumnya yang pernah ia lewati. Tapi Rose bahkan tak berniat untuk masuk ke dalam kamarnya. Membiarkan tubuhnya yang sudah berbalut selimut tetap berada di balkon kamarnya.

Ia memang tak bisa melihat. Namun ia begitu menyukai suasana seperti ini. Hening dan begitu tenang. Dan ada satu hal yang selalu ia inginkan lakukan dari dulu.

Melihat banyaknya bintang yang bertabur di langit malam atas sana. Biasanya, Ibunya yang akan selalu menemaninya di sini. Menceritakan bagaimana bintang di atas sana. Tapi bahkan, tak ada lagi seseorang yang bisa melakukan itu untuknya. Membangunkan Bibi Gong pun, ia tak mau karena takut merepotkan. Jadi, di sinilah Rose saat ini.

Sedangkan di sisi lain, sebuah mobil telah terparkir sedikit jauh dari jarak rumahnya. Pun dari arah pintu kemudi, keluar Hoseok yang pandangannya tak lepas dari sosok gadis yang duduk di kursi balkon kamarnya.

Senyuman itu terbentuk di wajahnya. Karena setidaknya, ia bisa bertemu dengan gadis itu. Dan tak menyiakan waktunya, kali ini ia memilih untuk berjalan mendekat ke arah Rose.

"Kenapa kau belum juga tidur?"

Rose sedikit terkesiap ketika mendengar suara itu. Pasalnya, ia berpikir jika ia sedang bermimpi saat ini mengingat dirinya yang hampir saja tertidur tadi karena sudah mengantuk.

"S-Siapa di sana?"

Gadis itu mulai beranjak. Tetap saja ia harus waspada, bukan? Walaupun ia sedikit familiar dengan suara yang baru saja ia dengar tadi.

"Ck, ternyata tak bertemu denganku selama sehari, kau sudah melupakanku. Bagaimana jika aku tak kemari selama satu tahun? Kau mungkin tak akan mengenalku lagi nantinya."

"H-Hoseok?"

Senyuman pria itu semakin melebar. "Apa yang kau lakukan di malam hari seperti ini? Kau belum tidur?"

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang