08

913 127 2
                                    

Ini cerita menurutku yang paling penuh dengan drama. Jdi yg gk suka sama drama2 yang menyesakkan jiwa(?), lebih baik mundur dan jngan lanjutin baca cerita ini. Sekian.

.
.
.
.
.

Semua para karyawan di sana menundukkan kepala mereka. Ketika melihat rombongan dimana para petinggi di perusahaan mereka kini berjalan memasuki gedung. Namun satu orang di antara rombongan itu kini menjadi perhatian banyak karyawan di sana. Terutama untuk para karyawan wanita. Saling berbisik untuk memuji bagaimana Tuhan menciptakan pria sesempurna itu yang kini dilihat oleh kedua mata mereka.

"Ya, bukankah itu putra Sajangnim? Wah, jika dilihat secara langsung, dia benar-benar sangat tampan."

"Kau benar. Selama ini kita hanya bisa melihatnya di layar kaca dan majalah. Ya, apa mungkin dia akan menggantikan Sajangnim nanti?"

"Mungkin saja. Dia adalah putranya."

"Tapi bagaimana pekerjaannya sebagai model, huh?"

"Mana kutahu? Kau pikir aku kekasihnya?"

"No. Kau tak cocok dengannya. Lebih baik jika aku bersanding dengannya."

"Mimpimu terlalu tinggi. Lebih baik kau lebih bekerja keras dengan pekerjaanmu."

Pembicaraan itu tak luput pula dari telinga sang pemuda. Tersenyum tipis setelahnya dengan masih menambah langkahnya untuk mengikuti rombongan. Sampai akhirnya, rombongan itu memasuki sebuah lift yang memang dikhususkan untuk mereka semua. Berbeda dengan lift yang digunakan untuk para karyawan tentunya.

"Kau pasti merasa sangat senang mendengar itu semua."

Suara sang Direktur memecah keheningan di dalam ruangan berkotak itu. Sedangkan sang putra yang merasa mendapatkan pertanyaan tersebut hanya memasang senyumannya.

"Ya. Itu sedikit menyenangkan saya, abeoji."

Sang Direktur masih memasang senyumnya. Melirik pada angka di lift sana yang kini terus berganti untuk membawa mereka pada lantai tujuan mereka.

"Pergunakan kesempatan ini dengan baik. Tapi pekerjaanmu sebagai model tentu saja harus kau lepaskan jika kau ingin mendapatkan jabatan ini. Kau tahu? Bukan hanya kau saja yang bisa menggantikanku untuk duduk di kursi itu."

Ia masih bersikap tenang ketika mendengar ucapan Ayahnya yang terdengar seperti sebuah ancaman baginya. Rasanya, dirinya ingin sekali melampiaskan amarahnya saat ini. Namun mengingat kembali dimana posisinya saat ini, hal itu ia urungkan. Tak mau membuat nama baiknya rusak dimata sang Ayah.

Ting

Tepat saat itu pula, pintu lift di hadapan mereka terbuka. Membuat rombongan itu berjalan keluar dari sana untuk menuju salah satu ruangan yang memang telah disiapkan.

"Inilah saatnya, Taehyung. Buktikan jika kau lebih pantas daripada anak sialan itu."

Ucapan Ibunya terngiang saat itu juga di pikirannya. Dan kepercayaan diri itu datang padanya begitu saja. Menegakkan wajahnya dengan angkuh. Mengatakan pada dunia jika dirinyalah satu-satunya sang Pewaris HB Group. Bukan anak haram itu, atau siapapun.

.

.

Rose terkesiap begitu saja. Ketika ia merasakan jika seseorang telah duduk di sampingnya. Mengambil salah satu earphone yang terpasang di telinganya sebelumnya.

"Jangan bilang padaku bahwa kau Hoseok."

"Tapi sayangnya, itu memang aku."

Rose memberengut mendengar nada ejekan itu. Jika ia bisa melihat sekarang, mungkin kemarahannya akan bertambah ketika melihat senyuman jahil pria itu padanya. Sementara Hoseok kini memilih memasangkan satu earphone tersebut pada telinganya. Ikut mendengarkan bersama dengan Rose.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang