31

321 53 2
                                    

Saat itu, rumah besar keluarga Jung kehadiran tamu yang benar-benar membuat mereka semua terkejut. Tak pernah menyangka, jika sosok yang selama ini mereka anggap telah tiada, kini berada di hadapan mereka.

"Ada apa dengan kalian semua? Kenapa wajah kalian menjadi tegang seperti ini?"

Suara itu menjadi pemecah keningan yang ada sebelumya. Pun dengan tawa anggun yang wanita itu keluarkan setelahnya, sembari menyeruput teh yang telah disediakan untuknya.

"Serius? Tidak akan ada yang berbicara? Atau bertanya mengapa aku bisa ada di sini bersama putraku?"

Lagi, tak ada satupun yang berbicara, ataupun setidaknya bertanya seperti apa yang wanita itu ucapkan sebelumnya. Membuatnya lagi-lagi hanya tersenyum dan kembali meminum tehnya.

"Baiklah jika ada yang tak mau berbicara. Itu berarti, aku yang akan berbicara."

Bisa mereka rasakan nada yang wanita itu keluarkan berubah menjadi lebih serius. Jangan lupakan bagaimana tatapan bersahabat yang sebelumnya ia tunjukkan, kini menjadi tatapan dingin dengan segala kemarahannya di sana.

"Aku ingin pertanggungjawaban darimu, Tuan dan Nyonya Jung."

Ny. Jung dengan cepat beranjak, menatap pada wanita itu yang masih menampakkan wajah tenangnya di sana ketika menatap pada Ny. Jung di sana.

"Wanita gila. Apa maksud dari ucapanmu tadi, huh? Pergi dari sini sekarang juga."

Ny. Jung beranjak, mendekat pada wanita itu dan berusaha untuk menariknya pergi. Namun dengan cepat pula wanita itu bisa menahannya, membalikkan posisi keduanya saat itu. Mencengkram wajah Ny. Jung di sana yang sempat meringis.

Tentu saja, semua perlakuan itu membuat pandangan semua yang berada di ruang tengah saat itu cukup terkejut.

"Kau harus tahu, jika aku adalah pemegang sabuk hitam. Jika aku mau, aku bisa saja mematahkan tanganmu sekarang juga karena berani mencoba untuk menyentuhku kembali."

"Ck, lepaskan aku, sialan."

Namun semakin Ny. Jung memberontak, semakin erat pula cengkraman wanita itu padanya.

"Lepaskan aku."

"Bagaimana jika aku tak mau? Apa kau mau mencoba untuk membunuhku lagi? Membunuh kedua anakku?"

Lalu Ny. Jung dipaksa untuk menatap pada seseorang yang sedang terduduk di kursi rodanya itu, bahkan menyuruhnya untuk berlutut di hadapannya.

"Lihat putraku. Lihat apa yang sudah kau lakukan padanya."

Pandangan Ny. Jung menatap pada pemuda yang masih diam itu. Namun ia tahu, kemarahan juga ada di dalam diri pemuda itu. Karena mungkin saja, penyebab mengapa pemuda itu terduduk di kursi rodanya bisa saja atas perbuatan dirinya.

"Tidak ada yang boleh mendekat."

Perintah mutlak itu Tn. Jung keluarkan, membuat Taehyung yang saat itu sudah beranjak menatap pada Ayahnya dengan pandangan tak percaya.

Tentu saja. Ibunya diperlakukan seperti itu. Putra mana yang tidak akan marah melihatnya? Ayahnya bahkan sedari tadi hanya diam, tak melakukan apapun ataupun mencoba untuk menghentikan wanita itu.

"Appa, bagaimana bisa appa hanya diam saja? Apa appa tidak lihat bagaimana eomma diperlakukan tadi?"

"Itu memang pantas untuknya."

"Appa--"

"Ibumu adalah pembunuh."

Dan pandangan mereka kembali beralih, menatap pada wanita itu yang kini telah melepaskan Ny. Jung. Yang kini meringis sembari mengusap wajah dan pergelangannya yang memerah karena cengkraman wanita itu sebelumnya.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang