Pandangan keduanya yang duduk saling bersebelaha itu kini mendongak, menatap pada beberapa orang yang mendekat pada keduanya saat itu. Pun dengan keduanya yang perlahan beranjak dari duduknya, sama-sama menatap pada seorang wanita satu-satunya di antara ketiga orang itu, yang kini menatap keduanya dengan pandangan yang begitu bahagia dan berbinar.
"Taehyung!!"
Ny. Jung beranjak dengan cepat, memeluk putranya itu. Namun reaksinya masih diam dan belum membalas pelukan Ibunya itu, melirik ke arah Jisoo di sana yang mengalihkan pandangannya.
"Eomma tahu kau selalu ada untuk eomma." Ucap Ny. Jung, sembari melepaskan pelukannya. Menangkup wajah Taehyung setelahnya. "Kau pasti kemari untuk membebaskan eomma, bukan?"
Taehyung masih diam, kembali menatap pada Jisoo. Dan Ny. Jung memilih untuk mengikuti Taehyung, ikut menatap pada Jisoo.
"Kenapa kau terus menatap kakakmu, hmm? Kau kemari untuk membebaskan eomma, kan?"
Jisoo mendegus, kembali membuat tatapan Ibunya tertuju padanya. Pun dengan Jisoo yang juga ikut mengalihkan pandangannya pada sang Ibu.
"Apa eomma sama sekali tak memiliki malu? Setelah semua perbuatan eomma sudah ketahuan, eomma masih berharap untuk bebas begitu saja?"
"Apa maksudmu? Eomma sama sekali tak bersalah. Jadi eomma tak bisa untuk diam di sini. Eomma tak bersalah sama sekali."
"Jangan terus mengelak, eomma. Semua bukti sudah tertuju padamu. Hoseok Oppa sekarang bahkan berada di ambang hidup dan mati. Dan eomma ingin bebas begitu saja setelah apa yang eomma lakukan?"
Merasa terpojokkan, Ny. Jung benar-benar tak terima dengan semua ucapan Jisoo padanya. Satu tangannya bahkan terkepal, berusaha menahan dirinya untuk tak menampar Jisoo atas ucapannya.
"Dia pantas mendapatkan itu semua. Apa yang eomma lakukan padanya, itu semua juga untuk kalian. Jika dia mati, semua akan jatuh kembali pada kalian. Apa kau tak mengerti dengan apa yang eomma lakukan?"
Ucapan itu semakin membuat Jisoo tak mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Berbeda dengan Ny. Jung, yang menghela napasnya dengan kasar setelah ucapannya sebelumnya. Menyadari pula jika ucapannya adalah pengakuannya secara tak langsung. Namun ia tak peduli, benar-benat dibuat emosi dengan Jisoo.
"Eomma memang pantas untuk mendapatkan semua ini. Rasa maluku karena lahir dari rahimmu benar-benar semakin besar."
Dan setelahnya, Jisoo berlalu begitu saja. Meninggalkan keduanya di sana. Dimana pandangan Ny. Jung kini menatap pada Taehyung di sana. Dimana pria itu hanya mengalihkan pandangannya, sebelum akhirnya beranjak begitu saja. Merasakan rasa kecewa yang sama seperti yang Jisoo rasakan.
Dan tangisan itu akhirnya tumpah membasahi wajah wanita itu. Kedua anaknya yang bisa membantunya saat ini, malah semakin membencinya dan meninggalkannya begitu saja.
.
.
Di luar ruangan itu, semuanya hanya diam. Menampakkan wajah khawatir mereka akan salah satu orang tersayang mereka yang sedang berjuang untuk hidup dan matinya. Rapalan doa terus mereka panjatkan, menunggu kabar baik akan datang mereka.
Waktu sudah terlewatkan satu jam. Namun pintu itu belum menunjukkan datang akan terbuka. Membuat perasaan mereka semakin bertambah takut dan juga kalut.
Jisoo mengalihkan pandangannya pada Rose di sana. Yang masih ditemani Ibunya setelah menangis dengan begitu histerisnya. Lalu pandangan gadis itu melirik ke arah Ayahnya, yang nampak sedih dengan kepala tertunduk. Sementara Taehyung di samping Ayahnya saat itu, seolah memberikan ketenangan sendiri bagi Ayah mereka itu.
Gadis itu menghela napasnya, menyaksikan semua orang begitu sedih dan terluka. Dan perasaan bersalah itu tiba-tiba saja menghampirinya. Mengetahui jika semua ini terjadi karena perbuatan Ibu kandungnya sendiri. Jisoo benar-benar tak habis pikir dengan Ibunya yang bisa melakukan semua ini. Dan memang, hukuman penjara pantas untuknya. Jisoo hanya berharap jika Ibunya akan jera dan menyadari perbuatannya itu.
Tapi Jisoo sedikit merasakan lega, karena akhirnya Taehyung bisa membuka kedua matanya akan Ibunya sendiri. Jisoo bersyukur karena akhirnya Taehyung bisa mengubah sikapnya saat ini dan berusaha untuk memperbaiki kesalahannya yang dulu.
Semuanya beranjak dari tempat mereka masing-masing, saat pintu ruangan di depan mereka terbuka. Menampakkan sang dokter dengan dua orang perawat yang menemaninya sebelumnya. Semuanya berharap sama tentu saja, bahwa dokter akan mengatakan kondisi baik bagi salah satu keluarga mereka itu.
"Bagaimana kondisi putraku?"
Pandangan sang dokter beralih pada Tn. Jung, melirik ke arah yang lain sebelum menghela napasnya. Mereka semua sudah berpikir yang buruk ketika mendapatkan sang dokter menghela napasnya. Namun ketika dokter itu tersenyum pada mereka, perasaan lega itu tiba-tiba saja menyelimuti mereka.
"Putra anda benar-benar orang yang hebat dan tangguh, Tuan. Sebenarnya, kami semua sudah menyerah untuk kehidupannya. Tapi dia berusaha untuk dirinya sendiri agar tetap hidup."
Dan helaan napas lega itu tak sadar telah mereka keluarkan. Dalam hati mengucapkan terima kasih mereka untuk Sang Pencipta karena mendengarkan doa mereka.
"Apa aku boleh bertemu dengannya?"
Pandangan sang dokter beralih pada Rose, masih menampakkan senyumnya di sana sembari mengangguk. "Tentu saja. Tapi jangan terlalu banyak membuatnya berbicara. Pasien baru saja sadar dan memerlukan banyak istirahat."
Rose mengangguk dengan cepat. Setelah kepergian dokter itu, langkahnya beranjak untuk menemui sang kekasih tentunya. Namun ia menghentikan langkahnya, menatap pada Tn. Jung di sana lebih dulu.
Tapi Tn. Jung hanya memberikan senyumnya di sana ketika tatapannya bertemu dengan Rose. "Kau bisa masuk, Rose. Aku yakin jika Hoseok akan membutuhkanmu."
Gadis itu melirik ke arah Ibunya, yang hanya mengangguk padanya. Pun akhirnya Rose kembali melangkah kembali untuk masuk, dimana mereka semua hanya menatap gadis itu yang sudah menghilang di balik pintu ruangan itu. Namun menghela napas lega karena akhirnya berita baik itu mereka dapatkan.
Sementara di dalam ruangan itu, Rose menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. Mengundang pemuda yang masih berbaring di atas ranjang inap itu kini mengalihkan pandangannya pada gadis itu setelahnya.
Masker oksigen yang sebelumnya ia kenakan, kini sudah dilepaskan, membuat Rose tak bisa menahan rasa haru serta leganya menatap pada sang kekasih yang kini telah membuka kedua matanya.
Hoseok mengulurkan tangannya perlahan sembari mengeluarkan senyumnya walaupun hanya segaris. Tentu saja Rose bergerak cepat, mengambil uluran tangan itu dan menggenggamnya dengan erat. Mendekatkanya pada wajahnya, seolah menyalurkan kehangatannya pada pemuda itu.
Hoseok masih tersenyum, menghapus airmata gadis itu yang terus turun. "Kenapa kau menangis? Aku baik-baik saja, Rose."
Rose masih belum menghentikan tangisnya, dan Hoseok di sana yang seolah tak mempermasalahkannya, masih menghapus airmata gadis itu tentunya.
"Aku begitu takut. Dokter bahkan berkata jika kau mungkin saja tak akan selamat. Aku takut jika kau--"
"Sstt, tidak akan. Itu semua tak akan terjadi."
Hoseok menggeleng, memotong ucapan Rose sebelumnya. Dan gadis itu yang perlahan mulai bisa menghentikan tangisnya dan mencoba untuk menetralkan dirinya. Mengecup tangan Hoseok saat itu yang masih ia genggam.
"Terima kasih, Oppa. Terima kasih karena masih bertahan dan kembali padaku. Terima kasih."
Hoseok hanya tersenyum di sana. "Kemarilah. Aku ingin memelukmu."
Rose mengangguk, mendekatkan dirinya untuk memeluk Hoseok setelahnya. Menghasilkan perasaan bahagia bagi keduanya ketika pelukan itu bisa kembali mereka berdua rasakan. Sementara Rose tak bisa lagi menahan tangisnya karena kebahagiaannya, dan Hoseok di sana yang membiarkannya, sembari mengelus surai gadis itu untuk menenangkannya.
--To Be Continued--
Mungkin beberapa chapter lagi akan slesai.
Jdi, maunya happy ending gak nihhh???
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Fanfiction[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018