Pagi itu, dapur tampak selalu sibuk oleh beberapa pelayan yang memasak untuk sarapan pagi bagi keluarga majikan mereka. Namun, kesibukan mereka bertambah saat ini. Ketika mengetahui jika Nona Muda mereka kini berada di daerah dapur.
Tentu saja kehadiran Jisoo tak pernah mereka sangka. Apalagi ketika gadis itu meminta para pelayan untuk membantunya memasak pagi itu.
"Nona, anda jangan di sini. Atau Nyonya Besar akan marah jika beliau melihat anda membantu pekerjaan kami."
"Bibi, tidak apa. Aku hanya ingin. Apalagi, Hoseok Oppa akan sarapan untuk pertama kalinya di rumah ini kembali setelah beberapa tahun berlalu. Aku hanya ingin menyiapkan hal yang spesial untuknya."
"Tapi Nona--"
"Bibi, kumohon."
Bibi Han, sang kepala pelayan tak bisa berbuat apapun. Hanya bisa menghela napasnya, dan Jisoo yang memekik bahagia setelahnya karena ia diizinkan untuk memasak di dapur.
Dan tak menyiakan waktunya, Jisoo melakukan pekerjaannya dengan baik. Bahkan tak menginginkan bantuan dari para pelayan yang mencoba untuk membantunya. Dan meja makan saat itu, terisi penuh dengan makanan yang hampir setengahnya dibuat oleh Jisoo.
"Kau memasak, sayang?"
Suara itu mengalihkan pandangan Jisoo, menemukan sang Ibu di sana yang menuruni tangga dengan Taehyung di belakangnya.
"Jangan bilang pada eomma jika kau menggunakan dapur pagi ini."
"Aku memang melakukannya."
Ny. Jung menghela napasnya, menyikapi putrinya yang memang sangat keras kepala. Bahkan kini, pandangannya beralih pada Bibi Han dan membuat wanita paruh baya itu dibuat terdiam karenanya.
"Kau menyuruh putriku untuk memasak? Yang benar saja."
Jisoo yang mendengar itu tentu tak terima, kini berbalik untuk menatap pada Ibunya.
"Eomma, bibi Han tidak salah apapun. Aku yang memang menginginkannya sendiri."
"Jisoo, kau pasti bercanda. Bahkan eomma tak pernah menyuruhmu untuk menyentuh kompor."
"Jika eomma tak lupa, aku hidup sendirian selama hampir 7 tahun di Jepang. Jadi pekerjaan seperti sudah biasa bagiku. Bukankah eomma seharusnya menghargaiku dan memujiku sekarang karena aku bisa memasak? Apa eomma tak pernah pikirkan, ada berapa banyak perempuan di sana yang bahkan jijik untuk memegang spatula."
"Noona--"
Ny. Jung menghentikan Taehyung, ketika pria itu berusaha mendekat pada sang kakak. Tentu saja Taehyung marah saat ini. Pasalnya, Jisoo seolah tengah mengejek Ibunya sendiri, memberitahu seolah Ibunya tak becus hanya untuk merawat seorang putri. Apalagi, Jisoo mengucapkan semua perkataan itu dengan nada yang tak sopan.
"Sepertinya, tinggal sendirian membuatmu menjadi seorang gadis yang tak tahu sopan santun."
Jisoo menampakkan senyumnya. "Itu lebih baik." Lalu melirik ke arah Taehyung. "Dari pada aku harus tinggal di sini dan menjadi boneka eomma. Aku tidak bisa melakukan semua itu, eomma."
"Noona, jaga ucapanmu. Dia ibu kita."
"Oh ya? Setidaknya, dia harus menjalani tugasnya dengan baik sebagai seorang ibu jika ingin kuperlakukan dengan sopan."
"Haruskah sepagi ini kalian semua membuat keributan?"
Ketiganya mengalihkan pandangan mereka, ketika sang Tuan Besar di rumah itu kini sudah menuruni tangga. Dan Jisoo yang melihat itu hanya melirik sekilas ke arah Ibunya, sebelum akhirnya mendekat pada sang Ayah dan merangkul lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Fanfiction[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018