22

768 99 4
                                    

Hoseok sedikit tersentak oleh sentuhan di bahunya. Menatap pada Rose yang tentu saja terlihat khawatir melihat pria itu yang bahkan sudah kedapatan melamun tiga kali olehnya.

"Kau benar-benar tak apa, kan?"

"Huh? T-Tidak. Aku tak apa. Apa semuanya sudah selesai?"

Rose hanya menghela napasnya sembari mengangguk menjawab Hoseok. Setelahnya, gadis itu menarik pria itu. Membuat Hoseok sedikit bingung, namun tetap menurutinya ketika Rose mendudukkannya pada sofa di kamar rawat itu. Sementara Rose mengisi tempat di sampingnya.

"Ayo cerita. Aku akan mendengarkannya untukmu."

Hoseok hanya menggeleng, tersenyum setelahnya seolah mengatakan bahwa semuanya tak masalah.

"Sungguh, Rose. Semuanya baik-baik saja."

"Jangan katakan baik-baik saja. Aku bahkan sudah menangkap tiga kali kau melamun. Ceritakan saja, aku akan mendengarkanmu."

Dan dipaksa seperti itu membuat Hoseok tak punya pilihan lain. Menghela napasnya kembali sebelum memulai ceritanya.

"Jisoo menyukaiku."

Rose tentu saja terkejut. Namun ia tak ingin menunjukkannya. Masih mendengarkan kalimat Hoseok selanjutnya.

"Maksudmu, adik perempuanmu yang kemarin menemui kita?"

Hoseok mengangguk menjawabnya. "Dan aku sedang bingung saat ini. Bagaimana caranya agar dia bisa menghentikan perasaannya itu padaku? Aku hanya takut, aku akan menyakitinya tanpa aku sadari."

Rose tak tahu harus menjawab apa saat ini. Karena bahkan dia tak berhak untuk mengatakan apapun disaat dirinya belum mengetahui sepenuhnya tentang adik perempuan Hoseok saat itu.

"Aku tahu, jika kami bukanlah saudara kandung. Tapi tetap saja, kami memiliki ayah yang sama. Seharusnya dia tak memiliki perasaan itu padaku. Aku begitu menyayanginya karena dia adalah adikku. Selain daripada itu, dia selalu melawan ibunya dan berada di pihakku. Aku hanya tak ingin menyakitinya."

Rose tampak menghela napasnya, mengambil salah satu tangan Hoseok untuk ia genggam setelahnya. "Aku tahu bagaimana perasaanmu. Perlahan saja, dia pasti akan mengerti. Ya, walaupun aku sendiri tak tahu bagaimana sifat aslinya. Tapi aku yakin jika dia akan mengerti nantinya."

Hoseok hanya memberikan senyumnya, mengeratkan tautan tangan keduanya seolah dengan menggenggam tangan Rose, kekuatan pria itu kembali.

"Kita pulang sekarang? Bibi Gong pasti sudah menunggu kita."

"Ah, itu. Aku lupa mengatakannya padamu. Bibi bilang jika dia pagi ini akan pergi ke rumah ibunya yang ada di Paju selama dua minggu."

"Jadi, kau akan sendirian di rumah? Apa kau tak takut jika sendirian di rumah?"

Rose hanya tertawa pelan. " Aku sudah biasa untuk sendiri dan melakukan apapun tanpa bantuan orang lain. Mungkin untuk bosan, aku akan merasakannya jika tidak melakukan apapun di rumah."

Hoseok tampak berpikir sejenak, dengan tatapannya yang menatap pada Rose. Dimana gadis itu yang mendapatkan tatapan itu memasang wajah bertanya.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Kau ada waktu hari ini?"

"Huh?"

.

.

Rose tak tahu kenapa ia menyetujui saja ajakan Hoseok saat itu. Dan disinilah dirinya sekarang. Menatap pada Hoseok di sana yang masih sibuk memilih beberapa pakaian yang terpajang di sana.

rose ❌ hoperoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang