Gadis itu sedikit terkejut di sana, ketika ia merasakan sesuatu diletakkan di atas pangkuannya. Pun dengan kedua tangannya yang kini mulai meraba apa yang berada di pangkuannya. Dan tersenyum setelahnya karena mengetahui jika apa yang tengah ia pegang saat ini adalah sebuket bunga.
"Bunga mawar putih. Kau membawanya kembali, Hoseok."
Pria itu tersenyum. Menarik kursi yang memang disediakan di ruang inap itu. Pun dengan dirinya yang memilih untuk duduk di sana, dengan satu tangannya yang mengambil tangan milik Rose. Menggenggamnya dengan lembut.
"Aku benar-benar terkesan dengan kemampuanmu yang satu ini. Kupikir, sebaiknya kau tidak harus melakukan operasi untuk kedua matamu jika kau sebaik ini dalam hal mengetahui apapun di sekitarmu."
"Benarkah? Apa aku tak perlu melakukan operasinya?"
Hoseok hanya tersenyum tipis, sembari mengelus kepala Rose.
"Aku bercanda. Kau tetap harus melakukannya, Rose."
"Tapi tetap saja--"
"Jika kau masih merasa tak enak pada Hong ssaem, pikirkan saja apa yang telah ia lakukan padamu selama ini."
Rose terdiam, lebih tepatnya tak tahu lagi harus mengelak ataupun memberikan jawaban apa untuk menjawab Hoseok. Kepalanya tertunduk, dengan genggamannya pada tangan Hoseok semakin mengerat.
"Rose, kau harus tahu. Jika Hong ssaem melakukan semua ini karena untuk kebaikanmu."
"Aku tahu. Hanya saja, aku masih belum bisa untuk menerima kedua mata milik eomma."
Hoseok menghela napasnya. Memilih untuk ikut naik ke atas tempat tidur yang sedang Rose tempati.
"Perlahan, kau akan menerimanya nanti. Kau juga pasti akan sangat bahagia karena akan melihat dunia kembali. Jika kau bahagia, maka Hong ssaem juga akan ikut bahagia di atas sana saat melihatmu."
Rose hanya mengangguk. Tak ingin lagi menjawab apapun. Karena memang, ucapan Hoseok sebelumnya memang benar adanya. Membuatnya kini bisa menarik senyumannya, dan itu ditangkap oleh pria Jung.
"Kau akhirnya tersenyum. Senang melihatnya." Dan sebuah kecupan singkat pria itu berikan pada kening sang gadis.
"Yang terpenting adalah kebahagiaanmu. Itu saja yang ku inginkan."
Ucapan itu tentu saja membuat Rose merasa sangat tersentuh. Merasa ia sangat dicintai dan itu membuatnya sangat bahagia.
"Aku mencintaimu."
Ucapan Rose mengundang senyuman lain di wajah Hoseok. Apalagi, pria itu bisa merasakan bagaimana genggaman lembut Rose ketika kedua tangan mereka bertaut semakin mengerat.
"Terima kasih, karena telah hadir di hidupku. Kau datang seolah menggantikan eomma yang sudah pergi meninggalkanku. Aku benar-benar sangat berterima kasih padamu, Hoseok."
Bahu sang pria telah menjadi tempat bersandar bagi sang gadis. Sedangkan kedua tangan mereka masih bertaut. Seolah tak ingin terpisah satu sama lain.
"Bagaimana harimu tadi?"
Hoseok kembali memberikan kecupan pada pelipis Rose. Sebelum ikut menyandarkan dirinya pada Rose.
"Seperti biasa. Tak ada yang istimewa. Hanya berada di kantor seharian ini."
"Kau pasti sangat lelah. Kenapa kau harus kemari dan membuat dirimu semakin lelah?"
"Tak apa. Rasanya, hariku sedikit belum lengkap jika tak melihatmu lebih dulu."
"Pembual."
"Aku serius, Rose."
Rose tak lagi menjawab. Meninggalkan keheningan di antara keduanya. Seolah suasana hening saat itu tengah mereka butuhkan saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
rose ❌ hoperose
Fanfiction[18+] ✔ Cintaku seperti mawar merah Mungkin indah sekarang Tapi duri yang tajam akan menyakitimu Cintaku seperti mawar merah Ya, aku mungkin harum Tapi semakin kamu mendekat, semakin aku akan menyakitimu. ----- ©iamdhilaaa, 2018