62. Story 36

1.2K 176 0
                                    

Jihoon terbangun dari tidurnya atau mungkin pingsannya?

Matanya meneliti seluruh sudut kamar pasien yang sedang ia tempati. Ia dapat melihat sekumpulan orang berpakaian hitam. Jihoon kenal semua orang itu. Kenal sangat teramat baik terutama kedua orang yang sedang menangis tersedu-sedu, orang tua Kwon Soonyoung.

Jihoon bangkit dari kasurnya. Berusaha berjalan ke arah mereka dan menyentuh pundak ibu Soonyoung.

Wush

Tangan Jihoon menembus tubuh orang yang sangat disayangi kekasihnya itu. Dengan wajah kebingungan, Jihoon sekali lagi mencoba menyentuh semua orang yang ada disana, termasuk sahabatnya, Wonwoo. Namun nihil. Tak ada seorang pun yang bisa ia sentuh. Bahkan mereka sepertinya tidak menyadari kehadiran Jihoon di antara mereka.

Mendadak ada rasa sesak di dada dan Jihoon akhirnya menangis. Apa yang harus dilakukannya? Apa ia sudah mati? Bagaimana bisa? Pikiran Jihoon berkecamuk dan saat itu juga ia melihat dirinya masih terbaring di atas kasur.

"Lalu ini hanya rohku?" Jihoon melihat kedua tangannya. Terlihat baik-baik saja. Seperti manusia biasa.

"Hei, Ji" Jihoon menoleh saat seseorang memanggil namanya.

"S-Soonyoung? Kau melihatku?" Dengan terbata Jihoon mendekati Soonyoung yang ada di dekat pintu keluar. Semua orang juga seperti tidak menyadari kehadiran Soonyoung.

"Tentu saja aku melihatmu. Memangnya mereka tidak?" Jihoon menggeleng. Ia menubruk tubuh Soonyoung dan memeluknya erat.

"Aku tidak bisa menyentuh mereka. Tapi aku bisa menyentuhmu. A-ah! Tubuhmu dingin Soon!" Seketika Jihoon melepaskan pelukannya saat tangannya tidak sengaja menyentuh lengan berisi Soonyoung.

"Pfftt kau lucu. Tidak seharusnya seperti ini Jihoon. Ini belum waktunya. Hmm apa yang harus kulakukan?" Soonyoung bertanya pada dirinya sendiri sementara Jihoon mengerutkan dahinya bingung.

"Apa maksudmu? Belum waktunya untuk apa? Tapi badanmu sangat dingin Soon! Kita sudah mati ya? Yasudah tidak apa. Yang penting masih bersama Soonie." Soonyoung terkekeh pelan sambil mencubit hidung kecil Jihoon dengan sayang.

"Tumben banyak ngomongnya. Udah ya aku mau pergi dulu. Sampai ketemu nanti."

Belum sempat Jihoon membalas, Soonyoung sudah lebih dulu menyentil dahinya dengan keras dan seketika pengelihatan Jihoon menggelap.

"Soon- Soonyoung!"

.
.
.












































































































"Dia hanya kelelahan dan juga efek ringan akibat kecelakaan. Beri dia waktu sekitar 2 hari untuk di rawat. Jika keadaannya sudah membaik dalam waktu dekat, kalian boleh membawanya pulang dengan segera." Keempat orang disana mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada dokter yang merawat sahabat mereka.

"Hyung pulang aja dulu. Kita bisa jaga mereka berdua kok. Kalian kan masih harus urusin persiapan yang lain." Ujar Mingyu.

"Oke. Tolong kalau ada perkembangan segera kabari kami. Terutama untuk Soonyoung. Kami tunggu kabar kalian." Kata Jeonghan sambil menarik Seungcheol pergi. Kalau sudah begini, Seungcheol mana mau meninggalkan adik kesayangannya yang masih dirawat. Jadi dengan terpaksa Jeonghan harus menarik bahkan terkesan menyeret Seungcheol menjauh. Tapi sebelum mereka benar-benar menjauh, Wonwoo teringat sesuatu.

"Oh hyung! Tetap jangan beritahu anak-anak yang lain. Biarkan mereka fokus dengan urusan mereka dulu terutama Jisoo hyung." Wonwoo sedikit mengeraskan suaranya disaat kedua orang itu sudah mulai menjauh. Jeonghan mengangkat tangannya keatas dan mengarahkan jempolnya tanda ia mengerti.

Wonwoo menghela nafasnya berat dan menatap Mingyu dengan tatapan sendu.

"Jadi Mingyu, bagaimana kita bisa mengabari kedua orang tua mereka?"

Cupidsoon
26-11-2018

🍃EX「Mantan」✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang