3

873 31 0
                                    

"Ini kamar lu." 

Aku mengantarkan Lucas menuju kamar tamu. Kamar tamu memang kamar yang lebih kecil dari kamarku tetapi cukup nyaman untuk ditempati seorang diri. Dari wajah Lucas aku memahami jika ia dapat menerima kamar tamu menjadi kamarnya, tak terlihat wajah keberatan darinya. 

Lucas pun masuk ke kamar tamu dan meletakan dua koper kecilnya di atas lantai dan dua ranselnya diatas meja belajar. Aku pun menyusulnya memasuki kamar. Aku segera membuka lemari kayu di kamar itu dan mengambil seprai dari dalam lemari itu. Aku meminta Lucas untuk duduk di atas kursi agar ia dapat duduk sejenak saat aku sedang memasangkan seprai.

"Lu tahu tentang perjodohan kita?" Tanyaku pada Lucas.

Lucas tak menjawab pertanyaanku dengan cepat. Aku juga tak berani untuk menatap wajahnya saat ini. Aku butuh sedikit keberanian untuk menanyakan hal ini. Aku juga berharap ia tak menatap wajahku saat ini.

"Tahu." Sesingkat itu jawaban darinya.

"Maaf, saat ini pacar gue Deva. Rasanya gak mungkin juga kalau gue akan suka sama lu dalam waktu cepat atau lambat." 

Aku pun mulai menoleh untuk melihat wajahnya. Kedua mata kami bertemu. Aku belum selesai memasangkan seprai untuknya. Suasana cukup hening dan suasana diantara kami cukup menjadi canggung. 

"Cepat atau lambat lu gak akan suka sama gue?" 

Lucas mengulangi kalimatku seakan tak percaya yang baru saja aku katakan. Aku tak menyangka jika intonasi bicaranya kali ini cukup menakutkan. Aku menunduk saat pertanyaan itu terlontar untukku.

Aku memang yakin tak akan menyukainya. Wajahnya memang manis tetapi bukan wajah seseorang yang membuatku jatuh hati. Bisa dikatakan ia pria yang diidamkan banyak wanita, namun pria idaman di mataku tetap hanya satu.

"Gue suka Deva." Balasku dengan ketus. 

"Bukankah hanya butuh tiga detik untuk mencintai seseorang?" 

"Lalu?"

Lucas mengabaikanku karena ponselnya bergetar. Ia sibuk memainkan ponselnya dan aku melanjutkan memasangkan seprai untuk tempat tidurnya. Aku pun segera berdiri setelah seprai telah terpasang dengan baik, Lucas masih sibuk dengan ponselnya. Aku mengambi selimut dari lemari dan memindahkannya ke atas kasur. Dan Lucas masih saja sibuk memainkan ponselnya.

"Gue keluar. Kalau ada yang mau lu tanya, lu bisa chat gue atau tanya bi Ina."

Lucas benar-benar mengabaikanku karena sibuk memainkan ponselnya. Ia menganggap diriku seperti angin lewat sesaat. Sesekali aku menoleh ke arahnya, ia terus saja memainkan ponselnya. Aku pun melanjutkan langkahku untuk keluar kamar.

"Gue rasa lu keterlaluan, Rin." Lucas membuka pembicaraan. 

Aku membalik tubuhku dan melihat wajahnya. Mata kami bertemu. Mengapa ia menatapku dengan tatapan yang begitu menyeramkan? Bagiku, ekspresi wajahnya terkesan seperti orang yang marah.

Ia menutup pintu saat aku menatapnya dari luar kamar.

Sepertinya aku telah menyinggung perasaannya tanpa di sengaja. Aku hanya bermaksud ingin jujur jika aku akan sulit untuk menyukai pria asing. 


---
Bersambung.

  

Three SecondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang