8

719 17 0
                                    

"Rin, kamu suka pria lain?" Tanya Deva.

Matanya terus saja menatap mataku dan aku hanya menunduk karena takut untuk melihat ekspresi wajahnya. Jari di tangan kananku bergerak tanpa alasan dan aku berusaha mengendalikan tangan kiriku yang sedang menggenggam botol minum agar tak terlihat gemetar. Kedua kakiku menggesek-gesekan dasar sepatuku ke aspal.

"Nggak, Dev." Aku menjawab setelah waktu telah berlalu kurang lebih selama 15 detik.

Aku tak tahu mengapa aku merasa ketakutan. Aku juga tak tahu mengapa Deva menanyakan pertanyaan aneh secara tiba-tiba. Aku juga tak tahu mengapa aku berfikir untuk menjawab pertanyaan itu. Aku hanya tahu jika aku memang kekasih Deva.

"Aku percaya, Rin."

Deva mengubah posisi duduknya, ia tak lagi menatap wajahku. Aku pun menoleh untuk melihat ekspresi wajahnya secara perlahan. Tak ada ekspresi kesal, kecewa dan sedih di wajahnya saat ini, tetapi ia sedang tidak tersenyum. Kini Deva hanya menatap orang-orang yang sedang berlalu-lalang di hadapan kami. Setelah dua bulan tidak menikmati malam minggu, akhirnya kami berjalan berdua di malam minggu ini.

Aku dan Deva memilih datang ke bioskop malam ini. Lebih tepatnya Deva yang memilih lokasi dan film ini, kemana kita akan pergi dan apa yang akan dilakukan. Film yang akan kami saksikan berjudul 'Searching', tentu Deva yang memilih film ini. Aku tak tahu apa Deva akan suka dengan film yang akan kami tonton, jika ia bertanya padaku 'apakah filmnya bagus?', sudah pasti aku akan menjawab film itu bagus.

"Aku cemburu, Rin." Mengapa malam ini Deva mengeluarkan kata-kata yang tak biasa ia katakan?

"Lucas?" Aku menebak dan ia mengangguk tanpa berfikir panjang.

Jika aku berada di posisi Deva, mungkin aku akan merasakan hal yang sama. Dua hari yang lalu, aku menceritakan tentang perjodohanku dengan Lucas dan Lucas yang tinggal di rumahku, tentu aku juga menceritakan hubungan keluargaku dan Lucas agar Deva tidak marah. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi, alasan itulah yang membuatku menunda kejujuran

"Kamu gak percaya sama aku?" Aku bertanya padanya dengan senyuman.

Sejujurnya aku kesal karena sifat posesifnya muncul lagi, tetapi jika aku menunjukan rasa kesalku akan menambah masalah besar. Masalah seperti ini memang hanya bisa diselesaikan dengan kepala dingin. Kesalahpahaman belum terjadi, Deva hanya takut aku memiliki dua hati.

"Percaya." Aku tahu ia berbohong.

"Terima kasih sudah jujur kalau kamu cemburu. Aku senang. Terima kasih juga sudah percaya." Balasku sambil memainkan rambut coklatnya. Ia pun tersenyum.

"Kenapa kamu jawab pertanyaan aku lama? Kamu memang suka Lucas?"

Pertanyaan yang sama muncul lagi. Kali ini kedua mata kami bertemu. Senyum Deva musnah secara perlahan. Benar dugaanku jika ia tidak percaya padaku. Mengapa ia tidak bertanya apa aku mencintainya atau tidak? Itu pertanyaan yang lebih mudah aku jawab karena aku sungguh-sungguh menyukainya. Jika dia bertanya, Deva atau Lucas? Tentu aku akan jawab Deva. Namun, jika ada pria yang aku sukai tentu sulit aku jawab. Aku bahkan tak ingin menjawab pertanyaan ini dengan jujur karena aku merasa malu dengan jawaban yang aku miliki.

"Kamu takut salah memilih orang yang kamu suka?" Tanyaku. Kali ini intonasi bicaraku berubah, aku tak bisa menahan kesal lagi.

"Mungkin egois, tetapi aku takut akan hanya ada dua pilihan diantara kita, aku yang tersakiti atau kamu yang tersakiti. Aku juga takut kalau aku kehilangan hati kamu karena pria lain, di saat pria lain berjuang dan aku lengah. Rasanya gak adil."

Dia tak lagi menatapku. Suaranya semakin pelan dan matanya mulai terlihat sendu. Aku mulai merasa bersalah pada Deva. Jika difikirkan, banyak wanita yang menyukai Deva tetapi hatinya tak pernah goyah. Sesekali aku memang cemburu jika ada wanita yang mengejar hati Deva, tetapi Deva segera menjauh dari wanita itu agar aku tak cemburu. Rasanya aku yang terlalu jahat.

"Terus?" Tanyaku.

"Aku gak akan lengah, Rin."

"Tenang, aku tetap pilih kamu." Jawaban ini keluar setelah aku bertekat tak akan memberi hati kepada pria lain.

"Aku tetap gak akan lengah." Balasnya.

"Kenapa?"

"Aku gak mau kehilangan kamu. Lagipula, aku tahu kalau Lucas suka sama kamu."

"Semangat berjuang!" Aku menyemangatinya dan kami pun tertawa.

---
Bersambung.

Three SecondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang