31

179 7 0
                                    

'Hubunganku dan Rian akan selalu baik-baik saja.'

Itu adalah pendapat manusia yang menyaksikan sebagian kisah hidupku. Dulu aku juga berpendapat seperti itu, dan tidak lagi. Entah kapan perasaan ini mulai hilang secara perlahan.

'Akan baik-baik saja.' Lagi dan lagi aku meyakinkan hatiku sendiri.

Lucas tak lagi menghubungiku. Aku tak tahu apakah ia masih di sekitarku atau mulai menjauh lagi dariku. Dia tak pernah terlihat, namun beberapa kenalanku dan Lucas mengatakan masih sempat bertemu Lucas.

Apakah kalian tahu apa yang aku harapkan saat ini?

Aku berharap dia segera pergi lagi dari hidupku, bahkan musnah dari hatiku. Sayangnya harapanku tidak sesuai dengan apa yang aku rasakan. Meski berharap ia pergi, aku berdoa agar ia masih di negara yang sama denganku.

Aku memang masih menyukai Lucas, aku sadar akan egoku itu. Perjodohan kami batal karena keputusan Lucas dan keluargaku. Orang tuaku mulai menyukai Rian yang selalu berusaha mengejar dan menjagaku, walau pendapat Rian tentang perjodohanku dan Lucas sempat menyinggung orang tuaku. Namun, saat ini aku ingin setia.

Aku tidak ingin memanjakan ego yang pada akhirnya menyakiti semua orang hanya untuk senyumanku.

"Rin, ada yang cari!" Bunda berteriak dari ruang tamu. Mungkin Rian.

Aku tak tahu siapa yang bertamu, tetapi aku berharap bukan Rian yang menduduki sofa di ruang tamu saat ini. Fikiran dan hatiku memohon padaku agar aku menikmati waktu seorang diri. Aku tidak menghindari Rian.  Setiap aku melihat Rian, rasa bersalah mulai menghujaniku dan hatiku sakit karena membohongi hatiku sendiri.

Langkah yang pelan mulai mengantarkanku ke ruang tamu. Anak tangga aku lewati satu-persatu. Mataku mulai melihat sofa ruang tamu yang semakin terlihat.

Pria lain yang tidak aku harapkan datang, bukan Rian tetapi Lucas.

"Hai!" Lucas menyapaku. Ia bangun dari sofa dan melambaikan tangan dengan sedikit terlihat canggung. Ia memang tersenyum, tetapi aku tahu jika senyuman itu untuk memusnahkan rasa canggung.

"Hai!" Balasku berusaha baik-baik saja seperti biasa.

"Boleh pinjam waktunya sampai malam ini?" Pintanya.

"Boleh." Balasku.

"Malam ini gue ada janji dengan Rian. Besok pagi gimana?" Aku menawarkan. Aku baru ingat jika aku berjanji akan memainkan game bersama dengan Rian.

"Gue gak punya banyak waktu."

....
Bersambung

Three SecondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang