"Kapan menikah?" Pertanyaan dari berbagai manusia. Aku tahu jika pertanyaan ini akan menyerangku dan Rian.
Aku dan keluargaku datang ke rumah Rian. Aku tak menyangka jika banyak sekali keluarga Rian dan sahabat orang tua Rian disini. Orang tuaku segera memghampiri keluarga Rian saat mata mereka bertemu. Rian yang melihatku pun menghampiriku.
Rian menggenggam tanganku dan memperkenalkanku kepada semua kenalannya. Aku tahu jika aku terlalu percaya diri jika aku berpendapat Rian memperkenalkanku kepada kerabatnya dengan rasa bangga, namun itulah faktanya. Aku senang jika ia begitu menyayangiku.
"Rini!!!" Suara yang tak asing meneriaki namaku. Aku menoleh ke arah suara itu.
Lisa menghampiriku. Wajahnya lebih putih dan badannya terlihat lebih kurus dari beberapa tahun yang lalu. Akhirnya aku bertemu dengan sahabatku. Ia memelukku erat dan terus berteriak, aku sangat senang melihat Lisa secara langsung.
"Rian pasti bocorin kalau gue datang!" Ia sudah tahu karena aku tak terkejut saat melihatnya. Aku hanya membalas dengan tawa.
"Kak, pinjam Rini dulu!" Lisa pun menarikku.
Kami melangkah ke tempat yang lebih sepi, tepatnya ruang keluarga. Hanya ada aku dan Lisa disini. Tak ada kebisingan. Kami pun mulai berbincang diatas sofa.
"Kok bisa jadian dengan Rian?" Pertanyaan pertama.
"Dia senior gue." Balasku.
"Berarti sudah putus dengan Lucas?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk.
Sejujurnya aku tak ingin membahas Lucas dengan Lisa. Bagaimanapun kakak kandung Lisa adalah kekasihku. Rasanya terlalu canggung untuk membicarakan pria lain.
"Kalian putus baik-baik, kan?" Tanya Lisa yang seakan berharap aku menjawab 'iya'.
"Iya." Jawabku singkat.
"Bagaimana rasanya tinggal di Jepang?" Aku mengalihkan pembicaraan.
"Lebih betah di Indonesia, Rin. Gue suka sih Jepang apalagi kalau musimnya bunga sakura. Bahkan gue sering-"
"Lis, kamar mandi dimana?" Seseorang memotong perbincangan kami.
Rasanya lucu sekali, saat ini Lucas ada di hadapanku. Jika Rian dan keluargaku memberitahu akan ada Lucas, tentu aku tak akan datang.
"Dari sini lurus, kamar mandi itu pintu di sebelah kiri sebelum dapur." Balas Lisa. Lisa tidak heran melihatku dan Lucas berada di ruangan yang sama.
Lucas pun pergi begitu saja setelah menyapaku dengan senyuman singkatnya. Lisa pun melanjutkan ceritanya tentang Jepang.
"Kenapa ada Lucas? Bukannya dia di Amerika?" Tanyaku memotong cerita Lisa.
"Gue fikir lu tahu kalau Lucas datang, kak Rian juga tahu. Kan orang tua kita sahabatan." Aku lupa jika orang tuaku, Lisa dan Rian adalah sahabat. Mengapa Rian tidak bercerita?
"Dia baru datang dari Amerika?" Tanyaku.
"Sudah setengah tahun lebih, Rin." Jawab Lisa menatapku dengan tatapan heran.
Aku diam. Mengapa Lucas tidak mengabariku? Mengapa Rian dan bunda tak bercerita padaku?
"Lu masih suka sama Lucas?" Pertanyaan Lisa membuatku kaget.
"Mungkin gue akan marah sama lu kalau lu nyakitin kak Rian. Kak Rian tulus sama lu, Rin." Kali ini Lisa berbicara sedikit ketus padaku. Aku hanya mampu membisu di hadapannya.
"Tapi gue lebih marah kalau lu gak jujur sama perasaan lu sendiri. Selain menyakiti diri lu sendiri, itu nyakitin hati kakak gue juga." Lanjut Lisa.
"Lisa, bantu mama sebentar!" Teriakan orang tua Lisa menghentikan pembicaraan ini. Teriakan itu menolongku.
Lisa pergi meninggalkanku sendiri. Tak lama Lucas muncul melewatiku.
"Sudah lama di Indonesia?" Tanyaku. Pertanyaan itu menghentikan langkahnya.
"Iya." Balasnya singkat.
"Kenapa gak beri kabar?" Tanyaku.
"Buat apa?" Balasnya. Aku hanya diam.
"Gue berani rusak hubungan lu dan Deva saat SMA karena lu tunangan gue. Sekarang lu tunangan Rian, berarti gue harus jadi orang jahat buat rebut lu."
Entah mengapa aku merasa melihat Lucas yang berbeda. Ia bukan Lucas yang aku kenal.
"Lu marah sama gue? Kita kan putus baim-baik." Balasku.
"Kesal aja. Semoga berhasil dengan Lucas. Lu gak seberharga itu sampai gue harus jadi orang jahat cuma buat dapetin lu." Balasnya.
Lucas berhasil membuatku sakit hati.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Seconds
Teen FictionJika cinta bisa muncul setiap 3 detik, mungkinkah cinta itu akan bertahan?