Aku berbaring diatas tempat tidurku meski aku tak mengantuk. Lampu di kamarku sudah mati, tetapi tetap saja aku masih tidak bisa tidur. Aku masih memikirkan kata-kata Deva beberapa jam yang lalu. Saat ini hatinya sedang cemburu. Aku masih tak memahami diriku sendiri, jika aku mencintainya mengapa aku masih memikirkan pertanyaannya. Rasanya, saat ini hatiku sendiri yang sedang bertanya pada diriku sendiri.
Aku pun bangun dari tempat tidur dan melangkah dalam kegelapan. Melangkah beberapa langkah untuk menyalakan lampu. Saat lampu menyala mataku terasa diserang oleh cahaya karena sudah beradaptasi dalam gelap.
Aku membuka pintu kamarku. Sejujurnya aku tidak merasa haus, namun aku ingin saja meminum segelas air putih. Langkah kaki terhenti karena kedua telingaku mendengar suara yang asing. Tak pernah ada suara gitar di rumahku. Suara itu berasal dari halaman rumahku.
Aku pun melangkah melawan arah ke dapur. Aku melangkah dengan cepat untuk memastikan siapa yang sedang bermain gitar saat pukul sepuluh malam, walau aku sudah menduga siapa yang menghasilkan suara itu. Aku membuka pintu, kebetulan pintu rumahku belum terkunci.
"Berisik!" Aku membentak Lucas tetapi ia tak peduli.
Ia masih saja memetikan senar gitarnya sambil menikmati langit di malam hari. Ia duduk diatas tempat duduk yang berada di halaman rumah. Aku pun menghampirinya, tujuanku agar ia segera menghentikan memainkan gitarnya.
"Nanti bunda marah!" Aku ketus.
"Orang tua lu baru keluar, katanya ada urusan mendadak. Bibi gak kasih tahu?"
Aku pun duduk di sampingnya, tentu dengan jarak sekitar 60 sentimeter. Rasanya aneh saja duduk berdampingan dengan pria saat malam hari. Sejujurnya, aku tak ingin bersama Lucas disini karena aku takut mengundang komentar buruk, jika bunda tahu pasti aku juga segera dimarahi. Namun, aku benar-benar tak bisa tidur.
"Lucas, kenapa sih lu setuju kita dijodohin?" Tanyaku tanpa menatap wajahnya. Ia juga masih asik dengan gitarnya.
"Alasannya gue yakin karena kita pasti berjodoh." Aku tak bisa membalas kalimatnya.
Suasana diantara kami hanya diisi oleh angin malam dan suara gitar Lucas. Aku mulai memainkan ponselku dan ia tetap memainkan gitarnya. Aku ingin mengatakan pada Lucas untuk membatalkan perjodohan ini, tetapi mendengar ucapan yang baru saja ia keluarkan dari lisannya rasanya tak mungkin.
"Gue pacarnya Deva." Aku membuka pembicaraan lagi.
"Gue tahu."
"Kenapa lu mau dijodohin sama orang yang udah punya pacar?" Aku bertanya dengan intonasi yanh cukup kesal.
"Deva belum tentu jodoh lu, Rin." Senyum nakal muncul dari bibirnya.
"Gue tahu perjodohan kita masih lama. Tapi rasanya terlalu nyebelin kalau gue sudah tahu jodoh gue. Lagipula, posisi gue sudah punya cowok. Kenapa masa muda gue menyedihkan?!"
Ia tak membalas kalimatku. Ia juga masih tak menoleh ke arahku dan masih saja sibuk memainkan gitarnya. Aku menarik nafas panjang karena aku cukup kesal. Memang benar, kehadirannya benar-benar membuatku merasa sulit.
Everybody loves the things you do
From the way you talk
To the way you move
Everybody here is watching you
'Cause you feel like home
You're like a dream come true
But if by chance you're here alone
Can I have a moment
Before I go?
'Cause I've been by myself all night long
Hoping you're someone I used to knowMataku terbuka lebar karena telingaku mendengar suara indah yang dikeluarkan oleh Lucas. Aku menatapnya yang sedang bernyanyi salah satu lagu Adele. Suaranya yang indah diiringi oleh petikan gitar. Perhatianku terpusat pada Lucas. Aku tak menyangka jika Lucas memiliki suara yang sangat indah. Kebetulan sekali ia menyanyikan lagu dari salah satu artis kesukaanku.
"Gak usah terpesona."
Lucas mengejekku dengan senyum nakalnya karena aku memang suka dengan suaranya. Wajahku memerah dan segera mengalihkan pandanganku. Lucas masih memainkan gitarnya.
"Gue mau dijodohin sama lu karena gue mau tepati janji gue ke lu, Rin. Lu lupa?"
Kali ini Lucas menatapku. Ia tak lagi memainkan gitarnya. Mata kami bertemu dan wajahku masih terasa panas meski angin malam membuat kulitku sedikit gemetar. Aku tak tahu apa maksud perkataan Lucas. Lupa? Aku tak pernah berjanji dengannya.
"Lu yang minta gue supaya gue jadi suami lu. Cita-cita lu aja jadi istri gue, Rin."
"Gak lucu." Balaslu dengan ekspresi datar. Ia semakin menyebalkan.
"Gue serius."
"Ya ampun, itu janji anak kecil. Mungkin itu karena kita lagi main rumah-rumahan."
"Gue cuma mau tepati janji." Balas Lucas. Ia menyebalkan.
Menyebalkan!
...
Bersambung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Seconds
Teen FictionJika cinta bisa muncul setiap 3 detik, mungkinkah cinta itu akan bertahan?