34

168 4 0
                                    

"Mata lu kok masih bengkak? Orang di rumah lu bisa sangka gue habis pukul atau marahi lu haha." Lucas meledekku lagi.

Menyebalkan dan memalukan.

"Rin, besok pagi sepertinya gue langsung pergi dan gak bisa ketemu lu lagi sebelum pergi. Lu juga gak perlu ke bandara karena jam 5 pagi, gue sudah check in. Kalau lu ke bandara akan sia-sia dan lu pasti capek seharian pergi sama gue." Perkataan Lucas membuatku semakin sedih.

Detik ini aku merasa kehilangan, aku masih merindukannya.

Aku masih ingat perkataannya jika kita tak pernah dijodohkan? Apa maksudnya?

"Lucas, gue mau tanya. Maksud dari perkataan-"

"Rini, baru pulang?" Suara itu menghentikanku ucapanku. Aku kenal suara itu, suara Rian.

Aku menoleh ke arah suara itu. Aku melihat Rian melangkah mendekati kami. Ia menggenggam kunci mobilnya, sepertinya ia baru datang atau ia sudah lama menungguku di rumah.

"Hei!" Lucas menyapa Rian. Rian hanya membalas senyuman yang tak lebih dari 2 detik.

"Gue pulang, Rin. Makasih ya. Rian, gue duluan." Lucas pamit. Mataku menatapnya yang mulai melangkah menjauhi kami.

"Kata bunda, kamu bawa hp tapi sulit dihubungi. Hp kamu hilang?" Suara Rian yang cukup tinggi membuatku kaget.

"Nggak. Oh, aku lupa hp-"

"Sengaja dimatiin biar aku gak ganggu?" Ia tak mendengarkan penjelasanku.

"Maaf, aku gak sempat buka hp." Hanya itu yang bisa aku ucapkan saat melihat wajahnya yang terlihat kesal padaku.

Kami pun melangkah menuju rumah. Rian kembali diam dengan wajah kesalnya.

"Kenapa kamu datang malam-malam?" Tanyaku untuk memecah kesunyian.

"Kamu fikir aku baru datang? Aku chat kamu dari pagi tetapi gak ada yang di balas. Aku telfon kamu dari sore tetapi hp kamu mati. Kamu fikir aku gak khawatir? Makanya aku datang. Aku tunggu kamu di rumah kamu dari jam 7 malam, untung jam 9 malam bunda kamu pulang dan bilang kalau kamu pergi dengan Lucas." Ia memarahiku.

"Maaf, Rian. Lucas-"

"Kamu fikir akal sehat aku bisa terima kalau kamu pulang sama cowok lain jam 1 malam. Orang tua kamu khawatir banget di rumah kalau kamu belum pulang! Aku berusaha menenangkan mereka dengan berbohong. Aku bilang kalau Lucas masih sama kamu, ada sedikit keuntungan kalau kebohongan aku benar. Tapi aku tetap kecewa-"

"Iya, aku minta maaf-"

"Kamu selingkuh sama Lucas?" Pertanyaan itu membuatku membisu.

Aku tak percaya dengan apa yang ia katakan. Selingkuh? Aku tak percaya, aku memilihnya dan ia menyangkaku selingkuh.

"Kamu berlebihan, Rian. Lebih baik kamu pulang. Aku gak mau bertengkar."

"Kenapa? Kamu benar-benar selingkuh?!" Ia membentakku.

"Rian-"

"Kamu pulang malam dengan cowok lain bisa buat kamu seakan wanita murahan di mata orang lain." Ucapan itu seperti pisau belati yang menusuk. Aku tak habis fikir jika ia mengucapkan kalimat itu.

"di mata orang lain atau di mata kamu?" Balasku dengan cetus.

....
Bersambung

Three SecondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang