'Makan malam di luar, gimana?' Ajak Rian.
Sejujurnya aku masih lelah karena berkeliling Jakarta dengan Lucas. Namun, tidak mungkin aku menolak tawarannya setelah pertengkaran kemarin.
Pesan masuk dari salah satu temanku di kampus.
'Rin, penelitian lu diterima! Lu diminta presentasi jurnal dan hasil penelitian lu di Thailand, Singapura dan Korea Selatan. Lu diberi waktu 5 bulan lagi. Mau dengar kabar baik lagi?'
'Apa?!' Balasku dengan cepat.
'Lu dapat promosi kerja di Singapura.'
Aku ingin segera mengabarkan kabar baik ini ke Rian, tetapi rasanya lebih baik kabar sebaik ini menjadi kejutan. Aku akan mengabarkan kabar ini kepada Lucas saat makan malam.
'Aku tunggu jam 6 di tempat biasa, ya.' Balasku kepada Rian.
'Siap jelek. love you.'
....
Aku tak menyangka jika Rian terlambat selama 2 jam. Aku tak habis fikir, apakah ia memikirkan diriku?Aku segera menghubunginya dengan ponselku. Syukurlah, ia segera menerima panggilanku dengan cepat.
"Kamu dimana? Kita jadi makan malam, kan?"
"Jadi dong. Aku terjebak macet."
Aku menunggu dan menunggu, hingga setengah jam kemudian Rian muncul di hadapanku. Aku kesal tetapi tidak ingin bertengkar dengannya.
"Kamu mau pesan apa?" Tanyaku sambil memberikan menu.
"Aku sudah makan." Balas Rian.
Mengapa dia semenyebalkan itu? Apakah ia ingin membalas dendam karena kejadian tadi malam? Andai dia tahu jika aku belum makan sejak tadi siang. Jika tahu seperti ini, aku lebih baik memesan makan mebih cepat. Lucas tak pernah membiarkanku kelaparan. Sudahlah! Mengapa aku mengingat Lucas? Bodoh.
Sudahlah, aku tak ingin bertengkar.
Rian sibuk memainkan ponselnya tanpa menatapku. Apakah aku sedang berkencan? Atau duduk sebagai orang asing di hadapannya? Setidak penting itukah diriku.
"Aku pinjam hp kamu. Sini!" Pintaku.
"Kenapa?"
"Aku gak suka kamu main hp terus."
"Maaf, sayang. Ini penting."
Lebih penting dariku. Tak apa. Aku baik-baik saja.
"Aku ada kabar baik!" Ucapku antusias.
"Apa?" Ia bertanya tanpa menatapku.
"5 bulan lagi aku mau presentasikan jurnalku di Thailand, Singapura dan Korea Selatan."
"Jurnal kamu yang mana?" Ia bertanya sambil menatap layar ponselnya.
"Jurnal tentang manfaat oat dan rempah terhadap efek anti penuaan." Hanya itu jurnalku dan ia tak tahu penelitian yang sudah membuat kepalaku hampir meledak selama ini.
Yasudahlah. Aku yakin dia senang mendengar kabar ini.
"Aku juga dapat tawaran kerja di Singapura setelah urusan kuliahku selesai. Aku hebatkan?"
Rian meletakan ponselnya di atas meja setelah mendengar kabar itu. Namun, bukan ekspresi itu yang aku harapkan.
"Aku ada rencana lain sekitar 7 bulan lagi, aku harap kamu bisa pertimbangkan. Tapi aku gak akan paksa kamu, jika kamu memang mau, yasudah. Untuk tawaran pekerjaan di Singapura, boleh gak aku mohon supaya kamu fikir-fikir lagi." Ucapnya.
"Kamu gak senang?" Tanyaku.
"Aku senang, tetapi aku gak mau kamu kerja jauh."
"Oke, aku fikirkan." Aku berbohong. Tentu, aku akan menerima pekerjaan itu.
Ponsel Rian bergetar kembali. Lagi! Ia memainkan ponselnya lagi.
"Kenapa kamu makan duluan?" Tanyaku.
"Apa?" Balasnya. Ia masih tak mengerti maksudku.
"Kamu tidak paham? Aku kelaparan nunggu kamu, tapi kamu sudah makan. Saat ketemu, kamu main hp. Kamu masih marah karena masalah kemarin?"
"Aku gak marah-"
"Aku mau jujur!" Rian diam saat nada bicaraku meninggi.
"Kemarin Lucas bilang kalau dia masih suka sama aku. Kamu tahu apa pilihanku? Aku pilih kamu, Rian. Aku pilih kamu saat kamu bilang aku selingkuh. Aku pilih kamu karena aku gak mau sakiti kamu karena keegoisan aku. Aku juga masih punya perasaan dengan Lucas, aku juga sayang sama kamu. Alasan lain aku lebih pilih kamu adalah kamu pasti sayang dan jadikan aku yang pertama, aku bahkan paham kalau kamu serius. Tapi hari ini, kenapa kamu sendiri yang bikin aku goyah?"
"Jadi kamu sudah gak cinta lagi sama aku?"
"Aku gak tahu, tetapi rasa yang dulu pernah aku punya sudah jauh berbeda. Benar, dalam 3 detik seseorang mampu jatuh cinta tetapi dalam 3 derik cinta lain musnah."
"Sepertinya kita tidak berjodoh." Balasnya.
"Aku mau kita putus."
"Oke, kita putus. Aku gak mungkin melamar seseorang yang mencintai orang lain."
"Lamar? Aku gak pernah berfikir sampai sana tetapi aku benar-benar minta maaf. Aku boleh pulang?" Balasku.
Rian mengangguk.
....3 jam yang lalu
"Cincin gue hilang!" Teriak Rian.
"Sejak kapan lu pakai cincin?" Tanya Dio, sahabat Rian.
"Buat lamar Rini!" Rian panik.
"Mungkin bukan jodoh lu."
"HATI-HATI KALAU NGOMONG!" Bentak Rian.
"Maaf, kasih bunga aja untuk sementara. Gue punya nomor toko bunga, dijamin Rini suka."
"Boleh deh. Tapi harus pakai cincin."
"Udahlah!"
2 jam 30 menit yang lalu
"Beli cincin yang ini saja." Rian menunjukkan sebuah cincin berwarna perah dengan berlian yang kecil.
14 menit yang lalu
"Saya butuh bunganya sekarang! Kan saya sudah bayar." Rian berteriak ke arah ponselnya.
[Tetapi pegawai yang biasa antar ke daerah sana sedang cuti dan daerah yang di tuju terlalu jauh. Untuk saat ini pegawainya masih baru jadi kurang tau daerah sana]
"Kirim pakai ojek online kan bisa."
[Kakak saja yang pesan nanti alamatnya saya sms]
"Saya sedang ngebut, buru-buru.Pegawai kamu gak punya google map?!"
[Hp nya itu hp jadul. Gak bisa buat internet.]
"5 menit lagi saya sampai, jadi 5 menit lagi saya pesan ojek onlinenya. Tolong disiapkan!"
[Lamaran gak perlu bunga, kok. Kalau jodoh, tanpa lamaran saja jadi.]
"Saya juga gak ngerti. Firasat saya yang paksa saya lamaran memakai bunga.]

KAMU SEDANG MEMBACA
Three Seconds
Ficção AdolescenteJika cinta bisa muncul setiap 3 detik, mungkinkah cinta itu akan bertahan?