7

780 21 0
                                    

"Terserah lu mau cinta sama siapa, Rin. Gue tetap calon suami lu. Kecuali kalau lu mau punya dua suami."

Semakin lama aku semakin kesal dengan Lucas yang egois. Sudah sering ia memberi tahu jika ia adalah calon suamiku. Baginya selama tiga detik cinta akan semakin terasa, bagiku kebencian yang terus saja bertambah. Aku sudah memberi tahu jika hanya Deva yang aku suka.

"Bodo!" Balasku dengan wajah yang datar.

Kali ini bunda memaksaku untuk menemani Lucas ke butik langganan ibuku. Aku tak tahu apa tujuan bunda kali ini. Hari mingguku lagi-lagi bersama Lucas. Lucas masih jarang berbicara padaku, jika berbicara hanya mengatakan jika ia adalah calon suamiku. 

Lucas sibuk mengemudi mobilnya, ia fokus dan tak mengajakku berbincang. Aku membencinya sehingga malas sekali untuk membuka pembicaraan. Mulai tak pernah ada kecanggungan diantara kami. Tentu saja, waktuku sudah banyak terbuang bersama Lucas. Lucas juga semakin menyebalkan. Semenjak pulang dari Pulau Pramuka, ia tak lagi bersikap dingin seperti saat itu. Aku juga tak tahu alasannya.

Kami pun tiba di butik langganan bunda. Aku keluar dari mobil tanpa kata-kata, Lucas pun menyusulku. Aku melangkah lebih dulu dari Lucas. Terdengar suara lonceng saat aku membuka pintu. Aku tak pernah masuk ke dalam butik ini sebelumnya. Baru saja memasuki ruangan, senyuman seorang wanita yang lebih tua dariku menyambutku.

"Kamu Rini?" Ia langsung menebak namaku dan aku mengangguk.

Wanita itu memberikan empat gaun yang cantik. Empat gaun yang memiliki warna yang berbeda, yaitu hijau tua, putih tulang, merah muda dan biru muda. Aku menyukai semua gaun itu. Namun, aku hanya memilih salah satu dari gaun yang ada di hadapanku. 

"Kata bunda gaunnya untuk acara pesta ulang tahun perusahaan calon mertua kamu. Saran aku kamu pilih gaun yang berwarna merah muda ini karena gaunnya cocok untuk acara formal." Wanita itu memberiku saran.

Sejujurnya aku sangat menyukai gaun yang berwarna biru muda, namun jika digunakan untuk acara formal rasanya terlalu terlihat mencolok. Aku memandangi gaun merah muda dan biru muda dalam waktu yang cukup lama. Aku ingin mengambil gaun yang berwarna biru muda, tetapi tanganku mengambil gaun berwarna merah muda.

Setelah aku memilih gaun dan gaun itu dibungkus dengan rapih dalam sebuah kotak, aku dan Lucas segera keluar dari butik itu. Aku melangkah keluar toko dan segera menuju mobil. Langkahku sangat cepat. Saat aku sudah tiba di depan mobil, aku pun baru menyadari jika Lucas tak mengikutiku dari belakang. Kemana dia? Mataku ke  berbagai arah untuk mencari Lucas. Tak butuh waktu lama ia sudah terlihat dari kejauhan. Mengapa ada seorang pria yang melangkan begitu lama?

Tak lama suara mobil Lucas terdengar. Lucas sudah membukakan kunci pintu mobilnya dari kejauahan menggunakan kunci remote mobilnya. Tanpa menunggu Lucas, aku segera memasuki mobil. Aku pun duduk dan segera memainkan ponsel. Aku berharap agar ia melangkah lebih cepat.

Aku ingin pulang!

Butuh satu menit, Lucas pun tiba dan segera membuka pintu mobil. Ia segera duduk di bangku pengemudi, tepat di sampingku. Tiba-tiba ia mengarahkan sebuah kotak padaku.

"Apa?" Tanyaku singkat.

"Gue tahu kalau lu suka gaun yang warna biru."

"Gue kan sudah ambil yang warna merah muda! Nanti bunda marah kalau gue ambil dua!" Tanpa sadar aku membentaknya.

"Ambil, ini hadiah dari gue."

Tiga...

Dua...

Satu...

Aku masih belum menyukainya setelah ia memberikanku sebuah hadiah yang sangat aku suka. Aku tak mempercai jika manusia akan jatuh cinta dalam tiga detik, aku berbeda dengan Lucas.

Aku masih menyukai Deva saat ini, Lucas gagal membuat hatiku luluh. Aku jadi teringat saat Deva memberiku sebuah hadiah. Deva memang bukan manusia yang kreatif, ia selalu saja memberiku hadiah seperti boneka, bunga mawar dan coklat. Siklus hadiah yang terus saja berputar. Bahkan aku bisa menebak hadiah berikutnya adalah boneka. Namun, aku berdebar dalam satu detik setelah hadiah itu diberikan.

Aku akui jika Lucas pandai memilih hadiah, mungkin karena ia memiliki banyak uang dan pria yang peka pada perasaan wanita. Aku senang saat menerima hadiah ini karena dia tahu apa yang aku suka dan apa yang cocok denganku. Beberapa hari yang lalu ia memilihkan sepatu yang cocok untukku, hari ini ia memberikan hadiah yang aku inginkan. Deva tak pernah melakukan itu. Ia hanya mengangguk saat aku mintai pendapat. Deva juga tak pernah tahu apa yang aku sukai atau aku inginkan. 

What?! Mengapa aku membandingkan Deva dan Lucas?

----
Bersambung.

Three SecondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang