Elias sengaja terbang dari London ke Jakarta sesuai dengan rencananya untuk menemani keponakannya menghabiskan libur sekolah. Namun baru saja ia turun dari pesawat, Elias harus merengut kesal.
Di pergantian tahun kesabaran Elias sudah diuji dan kali ini Elias tak bisa menahan diri lagi, karena lagi-lagi dia harus keluar masuk kantor polisi untuk mengurusi kelakuan keponakan satu-satunya itu. Padahal baru satu minggu yang lalu, Jayden berjanji padanya tidak akan kembali berulah.
Elias sudah duduk di meja makan dengan ditemani makan malamnya, namun matanya enggan beralih dari benda pipih di tangannya.
"Mas Jayden katanya mau makan di kamarnya saja Tuan." Bi Sumi berjalan mendekati Elias.
Elias meletakan tablet yang digenggamnya, beralih menatap Bi Sumi yang berdiri di ujung meja.
"Siapkan makanannya, biar saya yang bawa ke atas." Titah Elias.
Tok tok tok
Tanpa menunggu jawaban, Elias masuk ke dalam kamar.
"Makan! Om udah berbaik hati membawa makanannya kesini." Elias meletakan nampannya di atas kasur.
"Makasih, Om bisa langsung keluar sekarang." Jayden menarik piring ke pangkuannya tanpa menatap sedikitpun ke arah Elias.
"Di sini yang harusnya marah itu Om, tapi terserahlah Om udah lelah dengan segala masalah kamu yang nggak pernah habis itu." Elias melipat kedua tangannya di dada seraya menatap tajam ke arah Jayden. "Om udah jauh-jauh terbang datang kemari, tapi ini balasan yang kamu kasih, selalu mencari masalah. Bisa nggak hidup dengan tenang hanya untuk satu bulan Jay? Oke, satu minggu aja kamu gak bisa!"
Elias menyugar rambutnya kasar. Ia berjalan mendekati jendela, berdiri di sana dengan tatapan yang jauh menerawang ke masa lalu.
"Aku nggak mau tinggal di asrama, aku mau tinggal di rumah." Kali ini Jayden bersuara, membuyarkan lamunan Elias.
Elias berbalik menatap Jayden. Tangannya terlipat di dada, sedang mencari-cari apa yang sebenarnya terjadi dengan Jayden.
"Nggak bisa! Kamu bakalan terus berkeliaran nggak jelas di luar seperti kemarin malam. Membuat masalah ini dan itu, Om nggak akan ngijinin kamu."
Jayden hanya bisa tersenyum getir. Dia sudah tahu akan seperti ini. "Kalau gitu bawa aku pulang ke London, biarin aku tinggal sama Om di sana."
Jayden menegakkan badannya, sudah siap untuk memulai perdebatan.
Elias duduk di sofa berusaha tidak terprovokasi. Dengan gaya khas seorang Elias, duduk dengan menopang kaki.
"Nggak bisa! Kita udah bahas ini berkali-kali. Kamu bisa pergi kemanapun tapi nggak ikut pulang ke London, nggak bisa Jayden. Tolong ngertiin keadaan kita." Elias menahan suaranya agar tetap tenang.
"Aku udah nyoba mengerti pemikiran orang dewasa yang rumit seperti kalian bertahun-tahun, tapi apa kalian bisa ngertiin aku sekali aja?"
Jayden meletakan piringnya ke atas nakas, lalu ia bangkit berdiri meraih pas foto keluarganya. Dia menatapnya kemudian tersenyum. Lama ia tatap foto itu, kemudian Jayden membantingnya dengan keras ke lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss Me More!
Romance[Konten Dewasa] [Highest Rank #1 Adult on 21/5/19] [Highest Rank #1 Komedi on 14/7/19] [Highest Rank #1 Cinta on 24/10/19] [Highest Rank #2 Romantis on 26/10/19] Ps; kalau kalian suka baca cerita toxic relationship, cerita ini cocok buat kalian. Res...