Bab 11 : Hidup Bersama

10.9K 456 4
                                    

Di tepian pantai dengan pasir putihnya yang cantik, semua orang berkumpul dengan suka cita. Aphrodite berjalan menghampiri Sheinna dan memberi ia buket bunga yang cantik lalu ia menatap ke arah cermin dan tersenyum melihat bayangannya disana.

Jeje sudah berdiri di altar menunggunya, dengan setelan Tuxedo putih senada dengan gaun yang ia pakai. Di gandeng oleh sang ayah, Sheinna berjalan dengan perasaan bahagianya, menghampiri sang mempelai pria. Semua orang memberinya tepuk tangan yang meriah, tapi di sudut lain Alexa sedang berusaha menahan air matanya.

Tibalah Sheinna di altar, sang Ayah menyerahkan putri nakalnya itu kepada Jeje dengan senyum yang di paksakan.

Jeje menggenggam tangan Sheinna dengan erat, senyum bahagia diantara keduanya terus mengembang. Dihadapan Tuhan, Pendeta dan semua orang yang datang mereka mengikat janji setia sehidup semati.

"Kalian telah resmi menjadi sepasang suami istri, sekarang kalian bisa berciuman."

Jeje menarik pinggang Sheinna mendekat padanya, Sheinna menutup matanya saat Jeje mulai menciumnya begitu lembut, begitu mendamba hingga perutnya tergelitik geli.

"Aku cinta kamu." bisiknya di bibir Sheinna.

"Aku juga."

Sheinna membuka matanya perlahan, lalu nafasnya sedikit tertahan.

"Kamu?!"

Sheinna melangkah mundur, ia terkejut menatap lelaki di hadapannya.

"Saya Elias Julian Raheswara, atasan baru kamu." Senyumnya pongah.

"Enggak! Gak sudi! Pergi! Pergiiiiiii!"

Sheinna terhenyak, ia terbangun dari tidurnya. Mimpi itu datang lagi, pernikahan yang ingin ia wujudkan bersama Jeje. Tapi Elias merusaknya, ia mengacaukan pernikahannya. Sialan! Bahkan di mimpi juga Elias tetap membuatnya kesal.

Sheinna melihat kesekelilingnya, ia sudah tak lagi di ruang kerja Elias. Ia melihat jam tangannya, dan sudah jam 4 pagi. Sheinna menyugar rambutnya dengan perasaan menyesal, ia sadar bahwa ia tertidur saat bekerja, tapi bagaimana caranya ia bisa berada di kamar? Apa Elias menggendongnya kemari? Sheinna menggelengkan kepalanya, rasanya itu tak mungkin.

Sheinna turun dari kasur berjalan ke arah kopernya, ia mengambil satu setel baju dan perlatan mandinya lalu ia masuk ke dalam kamar mandi. Sheinna mengangkat sebelah alisnya, sedikit takjub melihat design kamar mandinya.

Selesai mandi dan berganti pakaian, ia berjalan keluar dengan mengendap-endap. Sheinna berjalan menuju ruang kerja Elias, ia sangat yakin bahwa pekerjaannya belum selesai jadi ia harus kembali dan menyelesaikannya sebelum makhluk bernama Elias memarahinya.

Sheinna membuka pintu ruang kerja Elias, namun disaat yang bersamaan Elias berdiri tepat di belakang pintu dengan wajah terkejut.

"Opps sorry?" Sheinna tersenyum sedikit getir, karena ujung pintu hampir mengenai wajah Elias.

"Its Ok." Jawabnya. "Ada apa?" Elias berjalan mendekati Sheinna, bukannya menjawab Sheinna malah balik bertanya.

"Pak Elias lagi apa disini?"

"Kerja, apa lagi?" Elias mengendikan bahunya, lalu ia bersandar di pintu sembari melipat kedua tangannya di dada menatap Sheinna yang sudah merubah penampilannya.

"Oh, emmm semalam saya ketiduran disini tapi saya bangun disana. Bapak yang pindahin saya ke kamar?" Tanyanya.

"Mana mau saya pindahin kamu, Pak Arga yang gendong kamu ke kamar."

Sheinna melotot tak percaya, ia di gendong Pak Arga? pembantu di rumah itu? Duh lord, harga diri ilang sekilo.

"Kok Bapa tega saya di gendong gitu, kenapa gak di bangunin aja sih?"

Elias menegakan badannya, ia melangkah mendekati Sheinna. Sheinna ingin mundur, tapi sudah mentok di kusen pintu.

"Jadi begini wajah kamu kalau gak pake make up?"

Wajah Sheinna langsung memerah, dadanya berdebar cepat. Sialan! Mulut Elias ini bikin sekujur tubuhnya mendidih.

Elias menusuk pipi merona Sheinna dengan telunjuknya, ia tersenyum menggodanya.

Sekelibat mimpinya semalam muncul, ciumannya di altar bersama Elias. Bibir itu, apa rasanya masih sama? Sheinna tak bisa melepas tatapannya dari sana.

"Temani saya jogging."

Elias menjauhkan badannya, yang membuat Sheinna bisa menghembuskan nafas berat yang tertahan.

"Saya ganti baju dulu, kamu tunggu di depan."

"Tapi saya mau beresin dulu itu." tunjuk Sheinna ke tumpukan pekerjaanya.

"Bisa kamu kerjain nanti selesai sarapan, sekarang temani saya dulu."

Sheinna tidak membantah, ia mengangguk menurut lalu berjalan ke halaman depan dengan perasaan yang masih amburadul. Elias hanya tersenyum menatap punggung gadis itu.

🌹

"Gimana rasanya hidup bersama orang sombong? Pasti muak, iya kan?" lalu Sheinna memetik rumput liar itu. "Lebih baik gini kan?" Lalu ia melempar sembarangan rumput itu.

Sheinna duduk berjongkok sembari mengajak ngobrol rerumputan saat menunggu Elias. Tak lama yang di tunggupun muncul dengan setelan olahraganya.

"Ayo!"

Sheinna bangkit berdiri, ia heran dengan atasannya itu. Ia meminta Sheinna menemaninya, padahal setelan baju yang Sheinna pakai hanya kaos kebesaran dan celana jeans. Seenggaknya suruh dia ganti baju dulu, ini malah suruh nunggu di depan.

"Tapi baju saya?" tanya Sheinna.

"Kenapa bajunya?"

"Seenggaknya saya harus ganti baju dulu, masa joggingnya pakai jeans terus sendal capit." Ucap Sheinna sembari mengangkat sebelah kakinya menunjukan sendal yang ia pakai.

Elias menggeleng seraya menyeringai padanya, lalu ia berjalan ke garasi mobilnya. Sheinna masih berdiri, menunggu atasannya itu. Elias keluar sambil mendorong sepeda, ia berjalan ke arah Sheinna dan menyerahkan sepeda tersebut.

"Bisa bawa sepeda kan?"

Sheinna mengangguk.

"Kamu pakai sepeda, ikutin saya dari belakang."

"Tapi Pak--"

Elias tak menghiraukan Sheinna, ia berjalan membuka gerbang dan mulai berlari. Sedangkan Sheinna di belakangnya sedang memukul-mukul jok sepeda melampiaskan kekesalannya.

"Sheinnaaaa!" teriak Elias.

"Iya Pak!" Sheinna langsung menggowes sepedanya menyusul Elias.

💞💞💞

Jangan Lupa Vote, Komen, Share and Follow Akun Jo

Thanks ❤

See You..OX

Kiss Me More! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang