Prolog

2.5K 88 7
                                    

Selamat datang!

JANGAN LUPA VOTE YA TEMEN-TEMEN

Siapkan rasa penasaran kalian. Hati-hati terkecoh dengan Alurnya.

Selamat membaca

___

Gadis kecil berwajah manis itu memegang boneka tedy bear coklatnya. Sambil mengelus-elus kepala bayi yang kini di gendong oleh Mamahnya.

Ini di ruang rawat inap pasien. Mamahnya baru saja melahirkan, namun Papahnya malah tidak ada karena masih bisnis di Luar kota. Kemungkinan baru akan pulang nanti malam.

"Ghea seneng punya adik?" tanya Mamahnya yang dengan semangat diberi anggukan oleh Ghea sambil tersenyum

"Cantik ya Dedenya? Kaya Ghea juga cantik," kata Mamahnya. Mengelus rambut Ghea, halus penuh arti.

Gadis berusaha lima tahun itu hanya tersenyum, menanggapi sikap Mamahnya. Gadis kecil yang imut dan manis, dengan rambut yang kecoklatan, hidung yang tidak terlalu mancung. Namun, alis yang tebal dan bulu mata yang lentik, serta bibir yang berwarna pink itu membuat siapapun yang melihatnya akan menciumi dia yang menggemaskan.

Kehidupan akan selalu di hiasi kesedihan. Lihat, Neneknya sangat tidak suka Ghea. Gadis kecil yang sama sekali tidak tahu kesalahannya.  Nenek alias Ibu dari Papahnya teramat sangat membenci. Sangat.

Ghea asik mengelus dan menciumi adik bayi yang cantik. Tiba-tiba seseorang menariknya. Jatuh, dan sakit.

"Ibu!" sontak Vita kaget bukan main. Neneknya itu datang dan membuat bidadari kecilnya terjatuh.

"Siapa yang suruh anak bisu ini megang cucu saya! Sudah berapa kali saya bilang Vita. Jauhi dia. Kalau perlu buang anak tidak berguna ini."

Mata Vita membulat tidak percaya, "Astagfirullah ibu, dia anak kita, dia cucuk Ibu. Manusia manapun ngga ada yang minta dilahirkan cacat," tegasnya sambil menangis.

Ingin sekali Vita merengkuh badan rapuh yang setia terduduk lantai itu. Jika saja infusan dan keadaan dia yang baru selesai operasi cecar

   Stop! teriak Ghea dalam hatinya kencang. Namun sayang, yang keluar hanyalah Air mata tanpa suara. Semesta tidak berpihak padanya. Lagi.

"Ghea! Ghea sayang jangan pergi!"teriak Vita, melihat putri kecilnya beringsut pergi dengan kaki yang sedikit diseret.

Wanita paruh baya itu, mendecih pelan, "Dasar anak pembawa sial."

"Astagfirullah Bu, istigfar."

Bayi di pelukan Vita masih saja tidur, seolah keadaan disekitarnya baik-baik saja. Padahal drama baru saja terjadi.

___

Bersambung...


ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang