Lembar 23

387 21 0
                                    

🌻

Di sini Ghea sekarang. Dirumah dengan dekorasi yang sangat artistik. Buku-buku banyak tersimpan di lemari-lemari di setiap sudut ruangan.

Rumah ini cukup besar, malah kelewat besar. Ruang utama yang pertama kali Ghea liat menyuguhkan kesan mewah karena perpaduan cat dan barang-barang disana sangat bagus. Ditambah ada pohon berwarna orance yang tersimpan rapih di pinggir rak yang ukurannya hanya sebatas pinggang Ghea mungkin. Gradasi warna antara barang-barang yang berwarna putih dan coklat, sepertinya sengaja disuguhkan untuk membuat tamu-tamu merasa terkesan dan nyaman.

Langkah kakinya terus saja masuk lebih dalam ke ruangan setelahnya. Di sebelah kanan sana Ghea melihat ada dapur yang hanya dibatasi oleh kaca. Sehingga bisa tembus pandang melihat bagimana arsitektur dapur rumah ini. Dan kesan pertama yang Ghea liat adalah suatu ketakjuban. Bagimana tidak, dinding-dindingnya dilapisi batu-batu alam asli. Dan lantai nya pun memakai marmer yang kelihatannya jarang ada orang yang menginjak ke tempat itu, karena terlihat bersih dan rapih. Dan sebelah kirinya, ada sebuah televisi berukuran besar yang tertempel di dinding. Korsi yang berwana coklat dengan karpet berbulu berwarna hitam dan meja bulat dengan khiasan bunga yang cantik. Bunga matahari. Tentunya itu bunga palsu. Dan dinding ruangan ini di isi dengan Wallpaper dinding bunga-bunga hijau  berlatar putih seperti berada di alam. Sungguh, masuk ke rumah ini Ghea dibuat seperti terhipnotis karena setiap ruangan seolah memiliki temanya masing-masing.

"Ayok." Ajak Aron yang kini sudah berdiri ditangga sambil menatap Ghea yang setia berdiam diri di ruangan ini. Ghea mangguk dan sedikit berlari ke arah tangga yang disebelahnya terdapat rak buku yang menjulang tinggi hingga kelangit-langit rumah.

Kini bukan lagi disuguhkan oleh setiap tema yang ada di ruangan rumah ini. Ghea dibuat takjub karena ternyata atap rumah ini jauh lebih membuat tenang saat melihatnya. Manik mata Ghea berputar berbelanja kesetiap sudut ruangan. Aron yang melihat itu, tentu hanya bisa tersenyum karena sikap Ghea seolah membuat batinnya teratawa bahagia karena sikap lucunya saat terkagum-kagum oleh rumah Aron yang hanya 2 lantai ini.

"Duduk Ghe." Ajak Aron sopan yang langsung dituruti oleh Ghea.

"Mau minum apa?" Ah, Aron melupakan sesuatu. Karena Ghea hanya diam, jelas dia kan tidak bisa bicara.

"Jus aja ya, biar kamu seger." Ghea hanya mengagguk menanggapi cowok yang duduk disebelahnya. Jaraknya tidak terlalu dekat. Mereka tau batasannya, antara cewek dan cowok.

Aron segera melangkahkan kakinya menuruni tangga. Sedangkan Ghea, menyimpan tasnya dan berdiri melihat setiap buku-buku yang ada di rak itu.

Terlihat dari nama-namanya nampaknya Aron lebih suka membaca buku terjemahan tentang tata ruang, dan ada beberapa buku tentang ilmu hukum, dan wirausaha muda. Lantas Ghea beralih ke rak sebelahnya, buku-buku disana tidak jauh beda. Kebanyakan tentang arsitek dan kewirausahaan. Ada juga beberapa novel terjemahan dan novel karya Tere Liye yang berjudul "Tentang Kamu" Atau novel-novel karya penulis lainnya yang tentu saja kebanyakan dari novel yang dilihat Ghea melalui judulnya, itu adalah novel tentang sebuah persahabatan, keluarga, pekerjaan, dan cinta juga ada beberapa tapi tak banyak.

"My Story." Satu judul buku yang nampak seperti diary itu membiat Ghea terpancing untuk membuka dan membaca. Tangannya terulur untuk mengambil buku bersampul abu-abu hitam itu. Namun,

"Ghe ini minum." Aron datang sambil membawa jus ditangannya. Otomatis menghentikan aktivitas yang akan dilakukan oleh Ghea. Walau penasaran dengan buku itu. Ghea tetap berusaha menjaga tatak ramanya dan duduk kembali.

"Minum dulu aja, bentar gue ke kamar mandi dulu." Ghea langsung mengangguk, sedangkan cowok yang berpamitan tadi meninggalkan Ghea dan masuk kedalam kamar yang dalammya terlihat jelas karena pintunya menggunakan kaca.

Ghea menyeruput jus hijau dingin buatan Aron yang menyegarkan. Ini adalah jus Alvocad kesukaannya. "Dari mana dia tau ya?"

Dia tak peduli lagi dengan pertanyaan itu. Intinya jus ini enak.

Brugh..

Suara benda yang jatuh terdengar dari arah kamar. Ghea takut, takut kalau terjadi apa-apa dengan Aron. Mengingat muka cowok itu tidak se-segar biasanya.

Lantas dia berdiri dan melangkahkan kakinya menuju kamar bernuansa abu-abu putih ini.

Prakk..

Suara pecahan kaca terdengar dari dalam bilik kamar mandi kamar ini, Ghea yang baru diambang pintu langsung berlari membuka pintu kamar mandi. Se-bodo amat dengan larangan cewek masuk ke kamar cowok. Niatnya hanya ingin membantu, bukan macam-macam.

Brakk..

Pintu terbuka keras dari luar. Iya, itu ulah Ghea karena panik. Matanya membulat mendapati keadaan Aron, betapa terkejutnya dia sekarang. Cowok yang tadi mengantarkan jus sambil tersenyum kini jatuh dilantai dengan belink-belink kaca yang berjatuhan dan menggores tangannya. Hidungnya mimisan mengeluarkan darah. Bagaimana ini, Ghea bahkan tidak bisa berteriak untuk meminta tolong. Dia terduduk, matanya panas dan tanpa sadar sudah mengeluarkan air mata

"Gh-ghe..ja-jang-jangan na-ngis." Aron masih sadar, dan memegang tangan Ghea yang gemataran. Ghea menggeleng. Namun air matanya tetap keluar begitu saja. Seolah merasakan hal yang sama sakitnya dengan yang Aron rasakan.

"Aron bertahan, tolong tetap sadar..."

🌻

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang