19 [REVISI]

456 26 0
                                    

oOo

   "Ghea?!"

Gadis itu berbalik, ini di depan rumahnya. Dia baru saja akan memencet bel agar pak satpam membuka pagar tinggi ini. Cowok itu kini berada tepat dihadapannya, sambil meraup banyak oksigen. Seolah dunia terasa hampa. Sepertinya, dia sudah olahraga marathon tadi.

Ghea menatapnya lekat, berharap ada yang keluar dari mulut cowok itu.

   "Ghe, tadi gue nyari lo ke kelas terus udah kosong. Gue keparkiran juga ga ada. Gue tanya Satpam sekolah, jawabnya udah pulang. Giliran gue tanya ke satpam rumah lo, lo nya belum sampai. Lo dari mana si?" katanya dengan sangat panjang dan detail

Ghea membuang nafasnya kasar. Mengalihkan pandangannya, lalu menatap cowok di depannya.

   Ron, gue cuman pembawa sial. Jangan deketin gue Ron. Gue gamau lo kejebak sama gue.

Aron masih menatap manik mata coklat gadis yang sudah membuat hari-harinya terasa lebih panjang. Ada kesedihan disana, ada banyak tanya disana.

   Ghe, ada apa sebenernya?

   "Ghea? Are you okey?" tanya Aron memastikan. Karena sedari tadi Ghea hanya diam dan menatapnya

Ghea tersentak dan tersadar kembali. Tersenyum sangat tulus lalu mengangguk.

   "Sure?" lagi, jawaban Ghea masih sama.

Ghea mengelus tangan Aron lalu tersenyum. Dan memencet bel, seketika gerbang besar itu terbuka. Ghea masuk dengan langkah yang sangat santai. Padahal hatinya tidak sesantai itu.

Aron hanya bisa melihat Ghea yang sudah hilang dari tatapannya. Tidak ada yang dia perkirikan selain "Apa dan kenapa?"

   "Ghe, gue sayang sama lo. Gue ga akan biarin lo sedih Ghe," katanya, lalu berjalan pergi menuju motor hijaunya.

***

   "Aron ih!" Suara cewek di sebrang telpon sana terdengar kesal

   "Hmm," jwabnya santai tanpa berniat sedikitpun.

"Cewek itu siapa?"

"Ghea."

"Dia pacar kamu? Sepupu? Adik? Atau apanya kamu? Tadi aku ketemu dia Ron."

Aron tertegun untuk beberapa detik,

   Apa ini ada hubungannya dengan Nala?

"Maksud lo?"

   "Aku jatoh terus nindih dia yang lagi lewat. Dia sepupu kamu kan? Awas aja kalau dia pacar kamu! Bakal aku.."

Tutt..tut...

Sambungan telpon ia matikan sepihak. Entah apa yang akan keluar dari bibir cewek di telfon tadi. Aron tidak peduli.

Yang ada dipikirannya hanyalah, Ghea yang tadi dibicarakan oleh Nala di telpon.

   "Gue harus tau sesuatu."

Dia ambil ponsel yang tadi ia simpan di dekat badannya. Lalu mengetikan nama disana.

💌
Qirana.Ghea

AaronBlen_18
P
P
P

AaronBlen_18
Ghe?

AaronBlen_18
Qiran?

AaronBlen_18
Ghe, lo tadi diapain sama Nala? Ghe, asal lo tau. Nala itu bukan siapa-siapanya gue. Dia cuman temen.
Read

💌


Aron menunggu balasan dari Ghea yang sudah membaca pesannya.
1 menit, 2 menit, 5 menit, 10 menit. Masih juga belum ada balasan.

   "Kenapa si Ghe?"

Aron segera menelpon seseorang disana. Siapalagi kalau bukan Fadill sahabatnya yang aga waras dibanding yang lainnya.

   "Halo dil?"

   "Halo, ape?"

   "Dil, Ghea ga bales chat gue."

   "Terus, hubungannya ama gue apa kamvret Aron!"

   "Ya, gu-gue minta saran. Ayolah Dil."

  "Kasih dia waktu, biarin dia sendiri dulu. Kadang cewek butuh privasi. Sekian saya pamit, wassal--."

   "Tunggu-tunggu!" Potong Aron

   "Ape lagi Ron, gue lagi maen game ini. Nanti Nub anjer."

   "Gampang elah itu mah. Dengerin gue dulu."

  "Iye-iye buru apaan?" kata cowok disebrang sana terdengar malas

   "Lo mau kan nemenin ke dokter sekarang Dil? Nyokap-bokap gue kan sibuk," katanya sendu. Fadill yang tadinya malas mendengarkan curhatan sahabatnya, langsung duduk karena posisinya tadi adalah sedang bersender pada dinding kamarnya,

Mereka tau, apa yang Aron alami. Fadill, Hans, dan Rey tau Aron tak sekuat yang dilihat. Dia memanglah Atlet, namun kecacatan bukan ada di fisik yang dapat dilihat oleh mata secara visual. Namun hanya kasat mata.

Cowok dingin nan jutek itu, dia adalah seseorang yang teramat rapuh.

   "Gue samper Hans sama Rey dulu," katanya, Aron tidak menjawab apapun. Lalu sahabatnya itu pergi meninggalkan sambungan telpon sebelah pihak, dan mencari dua sahabatnya lagi.

Aron lalu membuka gallery di ponselnya. Hanya ada 16 foto disana, sisanya beberapa screnshoot tugas. Percaya atau tidak Aron bukan tipikal orang yang mau membuka camera untuk mengabadikan moment seperti orang-orang. Ada beberapa foto bersama ke-3 sahabatnya, itupun karena dipaksa Hans.

   Terkadang, moment indah hanya perlu disimpan di hati agar selalu terkenang dan hanya kita yang tau.

Itu adalah pikirannya sebelum akhirnya ada perempuan bisu yang mengubah teori yang selalu Aron tetapkan.

Aron melihat gambar cewek yang sedang meminum es kelapa sambil menatap senja. Dia memotretnya dari pinggir, terlihat pipi chuby dan geraian beberapa rambut menambah kesan cantik disana. Aron hanya tersenyum.

Sungguh, dia merindukan gadis manisnya.

Dia geser layar ponselnya, ada foto dia bersama cewek itu. Gayanya tak karuan. Aron tertawa, sedangkan Ghea seperti terkejut karena pipinya ia cubit. Lalu ia geser lagi, masih sama. Gaya dua insan itu sangat tidak bagus. Ghea menutupi mata Aron. sedangkan Aron, memegang tangan yang menutup matanya. Bukan memegang, tapi berusaha melepaskan. Foto ini terlihat lucu, karena gadis itu tertawa.

   "Aku membuka hati, namun akhirnya aku takut aku membuat mu sakit hati," katanya sambil menatap layar ponselnya. Apakah harus, ia jujur atas kondisinya. Namun, ini belum saatnya Ghea tau. Biarkan waktu yang sudah Allah rencanakan menjawabnya.

Karena itulah yang terbaik. Semoga.

🌻

Bersambung...

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang