Lembar 36

374 19 0
                                    

🌻

Di roftop sekolah, dengan satu cowok yang menatap lurus kedepan itu. Ghea didorong pelan oleh Bram, agar menghampiri cowok tinggi tegap itu.

Ghea memelototi sahabatnya itu, tapi tatapan Bram menyuruhnya menghampirinya. Ghea hanya mendengus sebal, lagi-lagi ia disuruh-disuruh. Ini hal yang dia benci, disuruh atas apa yang ia sendiri tidak suka.

Akhirnya Ghea memilih berjalan mendekat kearahnya. Hanya menyisakan jarak sekitar satu meter. Ghea menatap bingung cowok ini.

"Siapa dia?"

Dia tak berani lagi mendekat, dia juga tidak bisa memanggil dengan suara. Dia hanya menyimpan rasa penasaranannya.

"Sorry, buat lo ganggu." Cowok itu bicara sambil tetap menatap lurus kedepan.

Dari badannya dan suaranya, Ghea menjadi rindu sesuatu. Semuanya mirip. Postur tubuhnya dan suara bariton khasnya. Bahkan sampai model rambutnya.

"Jangan..jangan sekarang...jangan bangunin Ghea sekarang Ya Allah.."

Cowok itu berbalik perlahan, pantulan badannya yang tepat membelakangi mentari terlihat hitam. Lantas cowok itu berjalan mendekat, semakin dekat.

Ghea mundur beberapa langkah, takut kalau sesuatu terjadi, takut kalau yang ia alami hanyalah mimpi.

"Kenapa Ghe? Takut?" Aron, cowok itu Aron

Ghea menahan sendu tangisannya, terduduk lemas sambil menangis menutupi mukanya dengan kedua tangannya. Ini bukan seperti mimpi, tapi menatap cowok itu. Dia merasakan kebahagiaan seketika.

Lega, itulah yang Ghea rasakan. 

"Ghe? Jangan nangis." Aron berjongkok di hadapan Ghea, dia mengelus pelan rambut gadis ini.

Ghea masih setia menutup mukanya, menangis sejadi-jadinya dengan kebahagian yang ia rasakan menjalar keseluruh tubuhnya.

Aron mengelus-ngelus rambut panjang Ghea. Tidak bicara, tidak juga meminta agar gadis ini menghentikan tangisannya. Karena hanya cukup satu kali ia mengingatkan, tapi jika gadis ini terus menangis. Maka yang harus Aron lakukan adalah memberhentikannya dengan perhatian.

"Ghe?" Aron menahan tangan Ghea, menariknya agar tidak menutupi wajah manisnya.

Mata sembab, bibir pecah-pecah, hidung merah karena menangis. Itulah keadaan gadis manisnya sekarang.

"Maafin aku Ghe, jangan nangis.." dia mengelus-ngelus rambut Ghea halus "..Aku ada disini, aku selalu ada buat kamu. Aku ga akan pergi Ghe.."

Ghea menatap tak percaya akan kehadiran kembali cowok yang terakhir kali ia lihat tertidur dengan selang yang banyak tertempel di tubuhnya.

"Ya Allah, kalau ini adalah mimpi biarin Ghea tidur lebih lama. Kalau ini adalah nyata, tolong jangan buat Aron pergi lagi.."

Ghea memeluk tubuh itu, pelukan kesedihan, kebahagiaan, kerinduan, semua lengkap ditemani mentari dan langit yang sepertinya juga ikut bahagia karena terlihat dari cuaca yang tidak terlalu panas, namun cerah.

Dua insan, kembali di persatukan. Dua insan kembali memadu kasih. Menyalurkan kerinduan yang ditinggal pergi sang pemilik hati, dan kini ia kembali. Cinta kadang se-spesial ini, datang tanpa di duga-duga, pergi tanpa permisi, lalu kembali mengobati rindu dengan luar biasa.

Gadis ini tetap menangis dalam pelukan cowok yang ia ridukan. Dia menangis bahagia, dia menangis bersyukur. Tangisannya adalah kepedihan yang terasa hilang atas yang Allah hadiahkan untuknya hari ini.

Sedangkan Aron, cowok itu menepuk-nepuk pelan punggung cewek ini. Dia merasa lega karena bisa bertemu dengan gadis yang sudah hampir 1 minggu lebih tak ia temui. Tapi dia juga merasa sedih, karena tidak bisa lagi di pungkiri. Bahwa waktunya, hanya sependek jarak tubunya dan Ghea. untuk bersama gadis ini waktunya sependek itu, sangat pendek.

Ghea melepas pelukannya, dia tersenyum tulus. Begitu pun dengan Aron. Cowok itu merapihkan tatanan rambit gadis di depannya lembut.

"Andai masih ada waktu, aku ingin menangis di pelukan mu sambil bercerita kata perpisahan yang lebih pantas. Andai masih bisa ingin ku menceritakan bagaimana impian ku jika bisa berjalan beriringan bersama mu di masa depan. Andai masih bisa, aku terus menatap mu seperti ini. Melihat senyuman tulus dari perempuan yang selalu ingin ku dengar suaranya. Andai masih bisa, ingin ku duduk berdua bersama mu. Mengobrolkan film-film yang kita tonton... Tapi itu takan bisa..Aku hanya berharap, kau bahagia ada atau tanpa adanya aku. Tapi aku, aka  selalu mencintaimu, Ghea Qirana."

Aron, cowok itu menatap lekat gadis yang kini tak menghilangkan sedikit pun senyuman dan binar kebahagiaan dari matanya itu.

"Jangan nangis lagi ya?" Ghea mengangguk semangat. "Janji?" Cowok itu menyodorkan kelingkingnya, lantas Ghea juga mengaitkan kelingkingnya sambil tersenyum. Dua insan ini tersenyum bahagia, sangat bahagia..walau ini hanya sementara

"Jangan ambil Aron lagi ya Allah, dia sama pentingnya kaya Papah, Mamah  Safa dan Nenek.."

🌻

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang