12 [REVISI]

606 37 1
                                    

Senja sore hari emang indah Ghe, tapi manfaatkan melihat keramaian saat senja datang dengan merasakan semilir angin yang menghangatkan
-Aaron Blendra

oOo

Aron memberhentikan motornya di kedai eskrim. Ghea bingung, ini jelas-jelas bukanlah rumahnya.

  "Turun Ghe," ucapnya sambil melepas helm dikepalanya

  Ko jadi ngelamun sih Ghe, ya ampun..

Ghea bergegas turun dan berdiri di pinggir motor. Sembari menunggu Aron memarkirkan motornya

   "Ayok." Ajaknya sambil berlalu pergi

Ghea menguntit saja seperti anak bebek dibelakang pantat ibunya. Tanpa komentar, tanpa berusaha bertanya.

   Toh juga gue ga bisa ngomong kan..

   "Rasa apa?" Aron bertanya sambil menarik kursi untuk Ghea duduki.

Lantas Ghea duduk, tapi bingung pertanyaan Aron itu bermaksud kemana.

   Rasa nya jalan sama dia? Atau apa? Bukan, bukan, rasa nya ketemu dia lagi apa?

   Masa sih? Ga masuk akal banget Ghe..

Ghea malah menumpu pipinya dengan kedua tangan sambil melamun. Apa yang harus dijawab.

   "Ghe, kenapa? Ko ya malah ngelamun? Gue kan nanya mau eskrim rasa apa?"

   Oh es krim toh, ngomongnya ga lengkap si. Kok gue jadi gini sihh!

Ghea lantas menunjuk gambar pesanan menu yang tertempel di meja. Ya itu ditempel dan ditutupi pake kaca.

  "Oke... Mba?!" Aron langsung memanggil pelayan kedai eskrim ini

  "Pesan apa mas?" Tanya mba pelayan itu sambil memegang note dan pulpennya

   "Es krim vanila topingnya selai coklat, Oreo terus buahnya strawberry. Yang satu lagi samaain aja bedanya sama bukan oreo tapi kacang sama berry aja."

   "Saya ulang ya mas, eskrim  vanilla toping selai coklat oreo dan strawberry, satunya lagi vanilla toping coklat kacang dan berry. Benar mas?"

Aron mengangguk. "Sebentar mas saya pesankan."

Pelayan kedai es-krim ini berlalu pergi. Kini tinggalah Aron dan Ghea.

   "Ghe?" Aron memanggil Ghea yang asik melihat ke arah luar jendela

Ghea menatap Aron sambil mengangkat kedua alisnya "Apa?"

   "Kenapa waktu itu ga bales Line gue, telpon gue, whatsapp gue juga engga."

Ghea bingung harus menjawab apa, saat itu dia berada di posisi sulit. Bukan bermaksud mencemburui Aron dengan gadis petakilan itu. Hanya saja masalah silih berganti saat itu.

   "Gue khawatir, seolah ada yang hilang saat lo pergi," lanjutnya dengan tatapan sendu

   "Ghe, kalau lo ada masalah lo cerita sama gue. Gue sahabat lo, gue sayang sama lo." Tapi bukan sebagai sahabat, gue sayang lo tulus Ghe. Ingin sekali Aron melanjutkan omongannya, namun situasinya kurang pas.

Ghea menarik nafas dalam dan membuangnya. Dia meronggoh saku rok birunya. Membuka memo handphonenya.

Aron terus menatapnya lekat, tanpa seinchi pun ia lewati setiap wajah Ghea.

   "Ini mas-mba. Silahkan." Kata pelayan tadi menyimpan 2 mangkuk eskrim yang tadi dipesan.

Aron tersenyum menanggapinya, begitu pun dengan Ghea yang menghentikan ketikannya hanya untuk menghargai pelayan ini.

Aron memakan eskrim vanila itu kedalam mulutnya. Lalu Ghea menyerahkan handphone hitam itu ke arah Aron. Cowok berpakian SMA itu langsung mengambil dan membacanya.

Ghea malah menunduk dan mengalihkannya dengan memakan eskrim, walau Ghea tau cowok itu berulang kali melihat layar ponsel dan melihat ke arah Ghea yang berada didepannya seolah tak percaya.

  "Maafin gue Ghe." Satu kata terucap dari bibir Aron. Ghea menatapnya lalu tersenyum tulus

   "Jangan sedih terus Ghe, pertahanin senyum lo tadi."

Ghea mengangguk semangat, lalu menyantap lagi eskrimnya

   Lebih baik lo tau Ron. Gue lega, setidaknya sekarang gue punya temen curhat.

Aron juga sama, menyantap eskrim dan menikmati ramainya lalu-lalang pengendara. Karena waktu sudah menunjukan pukul 17.23 jadi sudah masuk waktu pulang kerja.

   "Balik yu!" Ajak Aron setelah selesai menghabiskan eskrimnya

Ghea mengangguk, kebetulan eskrim di mangkuknya juga sudah habis.

   "Tunggu di depan aja. Gue ke kasir dulu."

Ghea mengangguk. Lalu melangkahkan kakinya keluar dan berdiri di pinggir motor trail Aron.

   Mamah, entah apa yang Ghea rasain. Semoga Aron tetep jadi sahanat Ghea.

Cowok yang tadi bersama Ghea menghampirinya sambil tersenyum. Ghe juga membalas senyumannya.

  "Ayok berangkat Neng." Kata Aron sambil naik ke motornya lalu menepuk motornya

Ghea melihat itu langsung dibuat ketawa. Tapi tetap, hanya ekspresi suara nya tidak keluar.

  Cantik. Pikir Aron saat melihat tawa diwajah gadis berpakaian putih biru itu.

Ghea bergegas naik, namun motor Aron masih juga belum nyala. Ghea menepuk pundak Aron

   "Eh iya, nih Ghe pake." Ghea menggeleng tidak mau

   "Senja sore hari emang indah Ghe, tapi manfaatkan melihat keramaian saat senja datang dengan merasakan semilir angin yang menghangatkan."
Aron memaksa Ghea, namun cara dia berbeda dari kebanyakan cowok

Ghea yang masih tidak juga mengerti malah bengong.

Udah ngomong so-puitis lo nya ga peka. Ghea-Ghea. Bati Aron tak tahan

   "Maksudnya, lo boleh aja nikmatin semilir angin waktu senja. Tapi jangan lupa buat angin itu hangat ditubuh lo. Jadi lonya ga kedinginan." Aron kembali memperjelas dengan suara lembut

Ghea hanya "ber-oh ria" Di dalam hatinya. Lalu mengambil jaket levis itu dan memakainya. Sedangkan Aron memakai helm dan menyalakan mesin motornya.

Mereka pergi membelah jalan diantara ramainya kendaraan berlalu-lalang. Di isi dengan obrolan Aron yang selalu ditanggapi Ghea dengan pukulan di pundaknya.

   "Ghe? Kalau lo pake baju SMP gitu, gue berasa kaka lo njir." Ghea tertawa, dipikir-pikir iya juga.

   "Coba kalau lo-nya pake baju SMA, kan berasa pacar gua."

Plak..

Ghea memukul punggung Aron, sedangkan yang dipukul hanya tertawa menanggapinya

Terkadang kebahagia ada namun terasa singkat karena terbawa suasana dan merasakan setiap detik amat berharga. Sedangkan kesedihan terasa lama karena terlalu dipikirkan dan tidak menikmati setiap detik yang ada.

"Harusnya gue ada buat Ghea waktu itu." Batin Aron terus merasa bersalah setelah melihat ketikan Ghea tadi.

🌻

Bersambung..

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang