Lembar 38

552 26 2
                                    


🌻

"Jangan lupa makan ya, apapun keadannya kamu tetep harus makan." Gadis yang sedang fokus makan itu mengangguk,

"Jangan telat shalat, harus jaga kesehatan," katanya lagi, sambil mengusap-usap kepala Ghea pelan.

"Apapun yang terjadi, jangan hilangin senyuman itu dari wajah cantik kamu Ghe," jedanya. Ghea juga menjeda aktivitas mengunyahnya. "Nanti aku sedih kalau liat kamu nggak senyum lagi."

Tidak ada perasaan apa-apa, mereka hanya menyalurkan kerinduan. Sepulang sekolah ini, Ghea dan Aron duduk bersama di salah satu Caffe daerah Bogor selatan.

Hujan yang jatuh pada bulan oktober ini membuat guratan kisah bahagia dua insan yang baru saja dipermutakan.

Setelah hujan reda, tepat pada pukul 18 lewat, dua insan itu menyinggahkan kaki pada tempat ibadah yaitu Masjid yang .tak jauh dari rumah Ghea.

"Gapapa kan kita shalat disini? Ga akan kena omel kan sama Nenek kamu?" Aron bertanya bertubi-tibu, sambil melepas helmnya

Ghea menggeleng sambil tersenyum.
"Semarah apapun Nenek, sekarang obatnya udah balik. Obat luka yang ga biasa, kamu,"

"Oke,"

Akhirnya mereka melaksanakan kewajiban terlebih dahulu di masjid dekat komplek Ghea. Mereka shalat berjamah dengan ja'maah lain dengan khusyuk.

🌻

Ghea membuka pintu rumahnya. Aron tadi sudah berlalu pergi. Lagipula hari sudah semakin malam, dan dia juga masih pakai baju sekolah.

Ceklek..

Pintu Ghea tutup pelan-pelan. Maklum, dirumahnya ini ada bom yang bisa kapan saja meledak. Jati harus hati-hati. Ghea membalikan tubuhnya berniat langsung pergi ke kamar untuk istirahat. Dan,

"Bagus!" ketus wanita paruh baya itu dengan mata khasnya yang menakutkan. "Anak gadis baru pulang jam segini  diantar laki-laki pula.."

Takut, itulah yang Ghea rasakan. Tangannya langsung dingin, keringat bercucuran seketika membasahi jidatnya. Gadis itu tertunduk pilu. Takut, kalau Neneknya lagi-lagi memukulinya.

"Ikut saya!" Perintahnya sambil menarik paksa tubuh berbalut baju sergam SMA itu. Ghea menahan, memohon lewat matanya bahwa jangan lagi ada kekerasan. Minimal hanya untuk malam ini.

"Ikut!!" Tarikan lengannya semakin keras. Genggaman tanggannya seolah mau memutuskan pergelangan tangan Ghea yang mungil. Ghea meronta, berusaha melepas genggaman tangan Neneknya.

"Ya Allah, tolong Ghea. Nenek tolong nek, lepasin Ghea."

Hanya ada isak tangis yang keluar tanpa suara. Hatinya menjerit-jerit meminta, namun tak ada yang mendengarnya.

"Keterlaluan kamu! Ayok!! Ayok bocah!" Dengan sekuat tenaga wanita paruh baya itu menarik-narik badan Ghea yang kini hampir terduduk menahan.

"Assalam-" Cowok berjas dengan koper ditangannya itu masuk dan langsung dibuat terkejut oleh ulah Ibunya. "BU?!" Satya langsung berlari dan melepas genggaman erat Ibunya pada anak pertamanya.

"Cihh! Didik anak kamu yang benar Vita!" Ketus Nenek Ghea sambil berlalu pergi dengan tatapan sinis.

Ya, di ambang pintu ada perempuan kecil yang memeluk erat ketakutan.

"Maafin Papah ya Ka, Papah nggak bisa jagain kamu." Satya berucap sambil mengelus rambut Ghea halus. Sementara Ghea, menahan tangis yang hampir pecah.

Vita dan Safa menghapiri dua orang di depannya.

"Maafin Mamah juga ya Ka, Ma-mamah belum bisa jadi ibu yang baik buat Kaka, Safa, dan Papah." lirihnya sambil memeluk tubuh Ghea dan adiknya.

"Safa seneng kalau Kaka senyum, maafin fia juga ya Ka Ghea.." suara  imut adiknya, membuat Ghea tanpa sadar melengkungkan senyumannya. 

"Kalian wanita tangguhnya Papah. Princess yang Allah kirimkan dan selalu buat Papah bahagia. Jangan sedih lagi dong. Lebay ahk princess-princess nya.." Ledek Papahnya sambil memeluk ketiga perempuan dengan senyuman.

"Apasih Mas, ya Allah."

"Aku mau jadi Princess Anna Pah! Ka Ghea jadi Elsa, nanti Mamah jadi putri Cinderella, Papah jadi pangeran Hans aja." celetuk Safa dengan polosnya. Mamah Ghea dan Ghea hanya menggeleng sambil tertawa akan sikap si bungsu ini.

"Oh boleh dong. Tapi nanti Safa jadi putri jahat aja ya, kan Safa bandel." ledek Papahnya meladeni

"Ih kan Safa baik, Pah. Iyah kan Mah, Ka?"

Vita dan Ghea saling melirik lalu tertawa. Entah, kejadian genting seperti tadi seolah hilang termakan waktu. Baru saja luka akan kembali menyayat, tapi bahagia ternyata lebih dulu datang.

Inilah yang selalu harus Ghea dan kita semua syukuri. Bahwa nikmat Tuhan takan pernah terduga.

🌻

Halo.. Maaf banget slow update

Semoga suka ya:) jangan lupa vote and coment juga:))

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang