11 [REVISI]

602 35 0
                                    

oOo

Ghea masih asik dengan siomay nya. Terasa enak dimukut.

"Pstt..pst.." Sahabatnya sudah memberi kode, namun yang diberi kode seolah tidak mendengar.

Sofia tersenyum ke arah cowok jangkung yang kini ada disebelah kirinya dan di sebelah kanan Ghea.

Sofia menepuk tangan Ghea, gadis itu menatapnya sambil menaikan sebelah alisnya "kenapa?" Sofia menunjuk dengan matanya ke sebelah kiri. Ghea menoleh dan..

   Aron! Ke-kenapa dia disini?

Ghea langsung berdiri, memukul-mukuli lengan cowok itu. Aron hanya tertawa. Dia yakin, Ghea juga sama terkejutnya dengannya.

Sedangkan Sofia yang menyaksikan kejadian ini, dibuat nga-ngah. Dia tidak paham situasi macam apa sekarang.

Sedangkan di tempat lain, Fadil yang membawa 4 gelas dinampan dengan rasa beda-beda sesuai pesanan sahabatnya. Langsung melihat ke arah yang dilihat oleh Hans dan Rey.

   "Siapa dia?" Celetuk Fadil polos

   "Mane gue tahu," Rey berucap asal namun matanya masih melihat dua orang itu

   "Tidak tahu saya juga mas." Hans juga lebuh abstrak menjawabnya.

   "Jangan-jangan!" Kata mereka ber-tiga berbarengan sambil saling menatap. Seolah menemukan teka-teki yang selama ini mereka cari demi sebuah harta karun.

***

   "Ghe, tadi itu siapa? Ko lo kenal?" Gadis berambut kuncir kuda itu bertanya dengan mimik muka kebingungan. Yang dilihat dimata Ghea itu sangat lucu.

   "Ganteng tau Ghe, gue aja ampe bersyukur bisa liat cogan di sekolah. Tapi Ghe, setelah gue perhatiin. Banyak yang liat lo sama si Kaka itu enggak suka. Apalagi cewek-cewek yang pake liptint merah yang tadi di penjual japlak. Hati-hati aja lo Ghe."

Ghea mengangguk, dia menerima saran sahabatnya. Entah percaya atau tidak, tapi ini dunia bukan cerita di novel-novel yang kalau ada cogan pasti nanti pacar nya jadi target pembullyan fans nya. Eh!

  Ko gue mikir ke pacar si! Sadar Ghe sadar!

   "Jadi dia siapa lo Ghe?" Sofia masih penasaran ternyata.

Ghea mengambil pulpen dan buku yang tak jauh dari tangannya. Dia menuliskannya disana

   "Sahabat pertama gue sebelum lo. Dia baik Sof." Kata itulah yang tertulis disana

   "Oh bagus deh. Jangan sedih ya, apapun yang terjadi Sofia selalu dihati!"

Ghea terkekeh geli, sahabtnya ini seperti orang yang sedang meng-iklankan suatu produk saja. Dasar:v

***

   "Allhamdulilah, acara ospek hari ini beres. Pantat gue panas Ghe. Kalau harus terus duduk dengerin materi kaya tadi gitu. Ga betah gue," Sofia mencurahkan seluruh keluh kesahnya pada Ghea. Kini mereka sedang berjalan menuju keluar sekolah. Karena sudah waktunya pulang

Badan Ghea juga pegal, terlebih pinggangnya masih sakit akibat terduduk kencang waktu di dorong Neneknya. Yasudah lah yang lalu biarlah berlalu.

   "Lo pulang bareng siapa Ghe? Gue udah dijemput tuh."

   "Sama gue," Cowok yang tiba-tiba datang itu mengagetkan Ghea dan Sofia

Ghea menggeleng "bukan!" Dia tidak diantar Aron pulang. Namun Sofia seolah percaya, dengan Aron dia malah tersenyum jahil pada Ghea yang berwajah melas.

   "Ok ka. Jagain sahabat gue yak! Hati-hati lecet hehe." Aron mengangguk paham. Lalu gadis kuncir kuda itu berlalu pergi meninggalkan Ghea bersama Aron

   "Ayok!" Aron menarik lengan baju Ghea, tidak bukan. Lebih tepatnya menjiwir lengar baju Ghea seperti jijik.

   Plis deh, jantung gue gini aja baper gini. Aneh ini aneh!

Ghea berjalan dibelakang Aron menuju motor yang terparkir di parkiran. Namun banyak tatap mata yang iri dan senang melihat kedekatan Aron sang-dewa es kini bisa bersama gadis yang jelas baru masuk di sekolah ini.

Ghea merasa risih, ternyata benar apa kata Sofia. "Resiko Ghe." Pikirnya

Aron terlebih dahulu naik motor hijau itu. Entah motor apa namanya, Ghea lupa. Yang jelas ini motor hanya memiliki jok sedikit, ban nya besar, dan ini kan motor untuk ke gunung gitu.

"Kenapa? Sini," Aron langsung peka dengan memberikan uluran tangannya membantu Ghea untuk naik. Ghea tersenyum dan menerima ulurannya lalu dengan mudah naik ke atas motor hijau itu

"Pegang tas gue Ghe," Cowok itu sedikit berteriak karena helm nya sudah dia pakai. Ghea mengangguk dan memegang tas soren coklat yang sengaja di simpan kebelakang.

Mereka pun keluar pekarangan sekolah, membelah jalanan tanpa obrolan. Hanya keheningan yang menemani keduanya.

Aron membawa motor nya tidak terlalu kencang tidak juga lambat, tapi standar. Ghea menjelajah kan matanya ke kanan dan ke kiri. Jalanan mulai ramai, suara riuh piuh terdengar jelas di telinganya.

   "Ghe?" Aron memanggil dengan nada yang dinaikan sedikit. Takut kalau tidak terdengar

Ghea menatap kepala yang tertutupi helm itu. Ghea kan tidak bisa bicara mana bisa menyahut.

   "Gue kangen." Katanya, sangat jelas kelewat jelas.

Blush..

Pipinya merah padam sampai rasanya irama jantung Ghea pun mulai ikut terasa abstrak. Se-abstrak pikirannya sekarang. Karena ulah Aron.

  Ya Allah, jagain jantung Ghea. Mamah semoga Ghea ga jantungan Mah..

🌻


Terimakasih, dan selamat membaca🔥🔥

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang