18 [REVISI]

461 25 0
                                    

oOo

Apa obat dari hati yang sudah lama patah? Hanya orang itu sendiri yang tau. Begitu kata buku yang Ghea pegang ditangannya.

Gadis itu baru saja keluar dari perpustakaan sekolah. 2 teman sekelasnya sedang pergi ke kantin. Sedangkan Ghea, gadis itu malah asik menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca buku di perpustakaan.

Bel akan berbunyi 3 menit lagi.  Ghea berjalan santai menuju kelasnya.

Brukk..

   "Awww!" Ringisnya dalam hati berbarengan dengan cewek yang menindih badannya

Seseorang jatuh dari tangga dan menimpa badannya. Buku yang tadi ditangannya kini terlepas dan hampir masuk ke saluran air yang untungnya sedang kering.

   "Eh sorry-sorry." Gadis itu berdiri dan mengulurkan lengannya pada Ghea yang masih setia memeluk lantai. Gadis itu meraih tangannya dan berdiri. Dagu nya cukup sakit, karena terbentur dengan ubin.

   "Lo gapapa kan." Tanya nya, Ghea menatap gadis yang sedang bicara itu dan matanya terbelak kaget.

   Se-sempit inikah dunia yang padahal luas ini?!

   "Elo?!" Dia sama kagetnya seperti gadis di depannya

   "Ngapain lo disini? Lo kan yang waktu itu, sama Aron kan?!" tanyanya sambil menunjuk nunjuk Ghea.

Gadis itu, berambut hitam lurus dibawah bahu. Hidungnya yang tidak mancung namun kecil. Mukanya seolah dipertegas dengan bulu mata yang lentik entah natural atau bukan. Bibirnya yang memakai lipstik seperti habis memakan bayi. Sangat merah.

   "Jawab!" tegasnya mengulangi

Ghea menunduk. Lalu menatap manik mata penuh tanya itu dengan tersenyum lalu berlalu pergi.

   "Kenapa si lo?! Gak jelas banget tu anak," teriaknya yang masih terdengar di kuping Ghea.

Kakinya terus melangkah, mempercepat ritme nya. Dipikirannya hanyalah satu "Menuju kelas." Dia bukan tidak mau berkenalan. Hanya saja, cewek itu pasti malu menjadi teman Ghea yang jelas-jelas bisu.

Cewek itu sempurna, tidak sepertinya yang hanya beralaskan bedak baby di mukanya yang mungkin sekarang sudah luntur habis oleh keringat. Ghea tidak mau mempermalukan dirinya sendiri karena harus berkenalan dengan orang yang jelas-jelas pacar sahabatnya. Dia tidak mau.

   Lebih baik, jarak itu ada jika berdekatan tetap membuat sekat..

Ghea sampai di kelasnya, duduk dikursi yang selama ini menjadi tempat dia dan sahabatnya.

Mata gadis itu melirik ke seisi kelas. Namun, tidak ada tanda-tanda kehadiran makhluk itu. Ghea memasukan buku yang tadi sempat terjatuh ke dalam tasnya. Dan mengambil buku mata pelajaran Biologi.

   "Ghea! Sunpah sumpah ih!" Teriaknya histeris sambil berlalri ke arah Ghea

    "Anjing, berisik!" Bram menimpali disebelah Sofia sambil meneriaki ke kuping gadis di sebelahnya.

Ghea hanya terkekeh geli. Mereka selalu begitu, bersatu tapi tak akur. Namun, tidak mau terpisahkan. Ya seperti tom and jerry.

    "Stop Bram, gue mau jelasin nih."

    "Monggo," kata Bram mempersilahkan lalu duduk di sebelah Ghea, tepatnya dibangku Sofia.

Ghea menatap Sofia bingung. Mau ngomong aja susuah.

   "Itu loh itu, ih ya ampun si Kaka ganteng Ghe, aduh Ghe dia ini," katanya sambil senyam-senyum ga jelas. Membuat rasa penasaran Ghea naik 60% dari yang cuman 40%

   "Lama lo mah Sop." Kata Bram mulai kesal. Ghea menepuk pundak Bram pelan ko, sedikit. Sisanya kencang heheh:v

   "Anjer, sakit Ghe," katanya sambil mengelus-elus pundaknya, lebay. Padahal Ghea menepuk nya penuh kehati-hatian sampai lupa kalau ga pake hati. Jadi pukulannya cukup keras.

    "Bagus Ghe, gebukin aja dia mah. Nama gue pake p lagi, bukan f. Hajar habisin Ghe dia mah."

    Kapan ceritanya ya Allah..

Sampai kuda naik mobil? Sampai mobil itu beroda 99 karena kasihan kepada kuda yang lain yang mau ikut? Atau sampai orang yang ditinggalkan terus ditinggalkan? Janganlah kasian.

   "Lanjutin kamvret!"

   "Iye-iye Bos mau. Gini Ghe, Kaka Ganteng yang waktu itu nemuin lo dikantin.."

    "Gantengan gue," celetuk Bram langsung dibalas tatapan tajam dari Sofia, Ghea si cuek saja.

   "Dia bilang ke gue buat jagain lo di kelas. Terus kata Kaka Ganteng nya.."

   "Gantengan gue."

Pletak..

Sofia menimpuk Bram dengan tempat pensil punyanya yang ada di meja tepat depan Sofia. Senjata ampuh memang.

   "Anjer, 2 ceunah." Bram mengelus-ngelus kepalanya sekarang.

   "Terus dia juga bilang, kalau sampe ada yang apa-apain lo. Gue sama Bram juga suruh laporan ke dia. Terus dia kasih no nya anjerr!"

    "Lebay, gantengan gue."

      "Ganteng si, cuman sayang koplak. Mana mau gue sama lo."

   "Lah, emang siapa yang nanya lo mau apa kaga sama gue?"

   "Ya--ya lo nya aja kepedean itumah. Lo suka kan sama gue? Ngaku aja Bram. Gue emang banyak yang ngegebet dari SMP," katanya pede

   Mulai deh.. Ghea membuang nafasnya panjang, dan mulai membaca buku paket yang sempat dibagikan sekolah untuk dipinjamkan.

   "Gue? Suka sama cewek kaya lo? Hahaha bisa pusing gue tiap hari."

  "Ya kan? Ngaku lo!"

   "Lo kali suka sama gue, secara gue amat ganteng. Aliando aja kalah sama gue. Jangan kan Aliando, Tae apa tuh yang ada di korea-korea?"

   "Tae?" Sofia memikir-mikir ucapan Bram, "Tae itu Tai?"

   "Kudet lo. Gue aja tau, cewek macam apa lo? yang gatau personil BTS yang fans nya bejibun itu."

    "Anjer gobl*k, itu Taehyung!"

   "Nah iya itu. Pokoknya gue lebih ganteng dari dia."

   "Menurut Emak lo si iya, menurut gue kaga."

   "Ges lah jadian. Pararusing!" Celetuk
Agus sambil melewati mereka

   "Berisik lo!" kata mereka berbarengan

   "Gelo sieun," cengenges Agus pura-pura takut. Tentu saja kejadian itu tak luput dari pengelihatan Ghea, sangat lucu ketika hal ini terjadi. Seolah menjadi hiburan tersendiri bagi Ghea yang sedang rapuh. Atau mungkin yang selalu rapuh.

🌻

Note:
-Ges lah jadian. Pararusing!
  "Udahlah jadian aja. Pusing!"
-Gelo sieun
"Edan takut."


ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang