Lembar 33

331 18 0
                                    

🌻

Dodi nampak menahan tangis, dari nafasnya sudah jelas cowok itu kelelahan. Membopong wanita itu.

Dengan cepat Ghea menyebrang jalanan, dan langsung membantu menahan topangan wanita yang tampak pucat ini.

"Lo?!" Cowok itu tersentak kaget dengan gadis di sebelahnya

"Lepasin Nyokap gue, gue bisa sendiri!" Tegasnya dengan tatapan tajam

Ghea menarik nafasnya, dia tak mau ribut dan malah memperkeruh suasana. Dia hanya ingin membantu. Tanpa ba-bi-bu Ghea lebih dulu melangkah dan menopang tubuh itu bersandar pada tangannya sebagai penyanggah.

Tin..tin...

Bram menyebrang sembarangan, membuat gaduh jalanan.

Sedangkan dua insan itu malah menarik-narik tubuh wanita yang sudah tampak lemah itu. Walau sepertinya setengah sadar, namun matanya sesekali terpejam seolah menahan sakit.

"Lepasin Ghe! Gue ga butuh bantuan lo!"

"Ahk! Dasar gila, bukannya menerima. Tidak lihat apa ibu ini menahan sakit!"

Bram yang sudah berada di dekat mereka langsung paham situasinya.

"Ghea cuman mau bantu lo. Ayok kita bopong Nyokap lo ke mobil gue."

"Tapi gue ga butuh!"

Ghea membuang nafasnya kasar, sedangkan sahabat bawelnya Sofia dia berada di senrang sana dengan tatapan penasaran.

"Terserah gue tetep mau bantu lo!" katanya, sambil menyingkirkan Dodi dan membantu menopang lengan ibu ibu itu. "Ayok Ghe!"

Ghea lantas mengangguk. Dodi yang du perlakukan seperti itu, akhirnya mau tak mau ikut ke dalam mobil itu.

Selama di perjalanan, tidak ada perbincangan. Sofia yang penasaran, berusaha menahan segala tanyanya.

Saat sampai di rumah sakit, Ibu-ibu yang ternyata adalah orang tua cowok introvert itu langsung ditangani di IGD. Ghea, Bram, dan Sofia yang menunggu di depan IGD, dibuat khawatir. Karena di IGD itu tidak boleg banyak orang, jadi jumlah yang masuk dibatasi saja. Akhirnya tiga orang itu menunggu di luar.

Pintu IGD terdorong dari dalam. Dodi keluar dengan muka yang susah diartikan. Ghea, Bram dan Sofia langsung berdiri, bergitu cowok itu datang.

"Gimana Nyokap lo?" Bram bertanya pada Dodi temen sekelasnya. Sedangkan Sofia malah memegang tangan Ghea, karena dia tidak sedekat itu dengan cowok bernama Dodi ini.

"Udah baikan. Emm Bram-Ghea thanks banget ya. Gue-gue gatau harus bilang apa. Bahkan biayanya aja kalian yang bayarin." Dodi cowok itu bicara sambil menggaruk leher belakangnya.

"Selow aja, itu juga bukan kita yang bayar Dod. Tapi Ghea, lo berterimakasihnya sama dia aja." Bram memperjelas

"Ya Allah, thanks banget ya Ghe." Ghea hanya tersenyum menanggapinya. Lagi pula biaya berobatnya masih jauh dari uang simpanannya yang selalu dikirim Ayahnya setiap bulan ke rekening pribadinya. Ingat, Ghea itu anak penambang emas.

"Ghe, ko lo kenal dia?" Sofia berbisik di telinga gadis di sebelahnya. Ghea tersenyum mengartikan "Nanti gue ceritain."

"Yaudah deh Dod, gue ama dua dayang ini mau cau dulu. Salam ke Nyokap lo ya?" Tanpa bertele-tele Bram mengakhiri pertemuannya

"Iya, hati-hati ya."

Ketiga orang itu tersenyum lalu pergi meninggalkan cowok yang mungkin sedang menatap kepergian mereka.

"Duluan ya." Sofia berucap aga kaku. Sedang Ghea, gadis itu masih menatap cowok di depannya.

"Kenapa Ghe?" Tanya Dodi sedikit bingung di lihat dengan tatapan seperti itu. Lantas Ghea menggeleng sambil tersenyum "Gapapa."

"Em...thanks banget ya Ghe sekali lagi."

Ghea tersenyum tulus, lalu berpamitan untuk pergi.

"Syukurlah, setidaknya gue jadi tau. Alasan Dodi pendiam di kelas karena apa. Dan apa yang di omongin orang tentang cowok itu jelas salah. Ya, semoga Ibu nya bisa cepet sehat sekarang."

🌻

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang