Lembar 32

350 21 0
                                    

🌻

"Tapi om.."

"..."

"Iya Om, Fadill pasti jagain Ghea. Jangan Khawatir."

"..."

"Nanti Fadill sampaikan pada Rey dan Hans. Salam juga untuk Aron om."

".."

"Iya, waalaikumsalam."

Rey dan Hans menatap bingung cowok bernama Fadill itu, yang habis menerima telpon dari Om Gilman. Sekretaris nya Aron.

"Kita harus jagain Ghea. Lebih deket sama dia mungkin lebih baik." Kata Fadill sambil mengambil cemilan yang ada di meja. Kini, mereka sedang bermain PS di rumah Rey. Mengisi waktu luang di pulang sekolah saat tidak ada tugas.

"Gimana kalau kita manfaatin aja kedekatan lo sama temennya Ghea itu. Kan jadi gampang." Kata Hans ber-opini

"Boleh juga ide lo."

"Kaga-kaga, massa gue jadi umpan." Rey menolak tegas keduanya

"Kan ada sisi baiknya juga kali. Lo bisa lebih banyak waktu sama dia, ga rugi juga kan?" Fadill beropini,

"Yaudahlah terserah!"

Toss..

Hans dan Fadill bertos-ria, menang.

"Tapi, gue pernah liat Ghea ngelamun sambil megang tangan kirinya."

"Terus urusannya apa?" Rey berdecak kesal

"Tangan Ghea itu yang jadi masalahnya."

"Maksud lo?" Tanya Fadill pensaran sambil membuka bungkus cemilan yang baru

"Gini ya, lo pada sadar ga? Kalau Ghea ga pernah lipat lengan baju sekolahnya sampai diatas benjolan tulang ini." Kata Hans menunjukan benjolan tulang yang setiap manusia pasti punya. Apalagi kalau cungkring.

"Terus?"

"Di pergelangan tangan Ghea itu, ada kaya luka goresan yang belum kering. Kayanya cuman dikasih bethadin doang tanpa di tutup lukanya. Gue ngeri liatnya sumpah." Kata Hans menampakan raut wajah yang menghayati.

"Self injuring maksud lo?" Rey bertanya tapi matanya terfokus pada layar handphone

"Mungkin."

"Kudu kita cari tau, nanti gue nyuruh temen gue yang bisa lacak data-data orang."

"Emang lo punya temen kaya begitu Dil?"

"Oh iya, si Galang! Dia kan emang jago IT." Rey langsung berujar semangat

"Oh Galang gue kira siapa, lumayan lah buat cari info. Nanti sisa informasi tentang kesehariannya biar pesuruh bokap gue yang nyari."

"Gue bantu doa ajalah." Rey berujar enteng

"Lo kan jadi umpan kamvret!" Hans mengingatkan dengan memoles kepala Rey

"Astagfirullah."

"Lakuin aja dah. Ribet banget hidup lo." Fadil berujar sambil terkekeh geli

Missi akan mereka mulai dengan pendekatan dan penggalian informasi. Demi sahabatnya mereka rela melakukan itu.

***

Di dalam mobil Ghea, Sofia dan Bram menuju rumah masing-masing.

"Ghe, ke rumah gue dulu ya, ngambil baju. Gak mungkin dong, gue ke rumah lo pake baju ini." Malam ini, Sofia ingin menginap di rumah Ghea. Karena katanya, dia takut sendiri di rumah.

"Pengen ikut nginep dong gue."

"Lo kan cowok, massa nginep di rumah cewek." Sofia ber-alibi. Karena sebenarnya dia menginap juga bukan karena hanya alasan itu. Tapi ingin bercerita tentang Davi alias Rey kepada sahabatnya. Bukan tidak menganggap Bram, tapi ini urusan cewek.

"Gapapalah, toh juga tante Vita tau gue ko." Iya Mamah Ghea memang tahu Bram, karena sering mengantar kan dia pulang bersama dengan Sofia.

"Terserah lo deh, izin dulu noh ke si Ghea nya."

"Boleh kan Ghe?" Katanya Bram melirik Ghea dari kaca mobilnya. Karena dia sedang mendarai mobil.

Ghea mengangguk saja, massa bodo dengan Neneknya. Setidaknya dia punya teman dirumah.

Menatap jalanan yang ramai, itu yang Ghea lakukan. Namun saat mobil berlaju pelan karena padatnya kendaraan. Gadis itu tak sengaja melihat cowok yang ia kenal sedang menggendong perempuan dengan mata sembab.

Ghea langsung menepuk-nepuk kursi mobil di depannya.

"Ada apa Ghe?" Tanya Sofia khawatir

Ghea terus menepuk-nepuk sofa mobil ini, Bram yang mengerti langsung memberhentikan mobilnya ke pinggir jalan. Belum juga benar-benar berhenti gadis yang duduk di belakang itu sudah keluar

"Ghe?!!" Panggil Sofia khawatir

🌻

Detik-detik menuju......

Sekilas info: "Author gasuka kalau ada yang baca tapi ga vote alias sider, tolong ya saya hanya minta di hargai:))) Terus baca part selanjutnya🌈"



ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang