20 [REVISI]

438 27 1
                                    

oOo

Aaron Blendra Pov

Diruangan serba putih, dengan selang influs yang terpasang dilengan kiri ku yang kini sedang memakai jaket hitamnya. Aku terkulai lemas. Cuci darah yang sudah ku lakukan setiap bulannya, sungguh membuat badanku lelah. Ditambah sikap dingin Ghea secara tiba-tiba, sungguh membuat pikiran ku melayang kemana-kemana.

Tangan kanan ku mengambil buku bersampul hitam itu yang tersimpan disebalahku. Ketiga sahabat ku sedang berada di luar. Aku hanya bisa bercerita lewat tulisan ini.

Tangan ini mulai menorehkan tinta hitam diatas kertas kusam polos yang ada dipangkuan ku.

Bogor, 2019

Aku teringat gadis dengan senyuman tulus, dengan tatapan mejukan itu. Seolah ada banyak kasih sayang yang tersimpan disana. Dimulai dari tatapan matanya yang dalam, membuat diriku terbius tak sadar diri bahwa aku belum sampai surga-Nya. Aku masih di dunia-Nya dengan makhluk indah ciptaan Allah.

Keadaan seolah memihak dirinya yang selalu hinggap di ingatanku.  Percakapam singkat terasa panjang saat awal berjumpa, di iringi tawa melagakan yang keluar dari raut wajahnya. Berlanjut dihari-hari selanjutnya yang selalu terpampang namanya dalam hatiku.

Aku dibuat tak waras karenanya. Ditinggal pergi begitu saja. Padahal aku terbiasa sendiri. Entah tak ada rasa lelah atau bosan yang datang padaku saat memikirkan senyum manis di guratan wajah itu. Seolah semesta pun menyayanginya untuk selalu ada dibenak ku.

Dalam pikiranku saat itu adalah, kehilangan yang benar-benar dibuat hilang. Senyuman itu ia rebut kembali seperti jingga yang mulai meninggalkan lautan. Lalu hanya bergantikan kegelapan berbalut kesedihan.

Aku selalu berharap dan berdoa pada yang Maha Kuasa. Kembalikan senyuman ku, kembalikan ia padaku. Aku ingin menjaganya sampai saatnya nanti aku berada di sisi Rab-ku.

Tak ada ingin yang ingin ku panjatkan selain ada di dekatnya. Dunia ku sebelum bertemu dengannya bagai langit malam tanpa bulan dan bintang. Bagai Langit tanpa hujan, bagai langit tanpa panasnya mentari, atau parahnya bagai Bumi tanpa isinya. Kosong, hampa. Begitulah aku.

Akhirnya, pertemuan itu datang, membuat aku percaya bahagiaku memang sudah Allah rencanakan. Kamu, sang-mentari dalam hati pedihku. Kamu selalu aku nantikan dan aku harapkan.

Hingga saat itu, kita seolah di guratkan garisan takdir untuk kembali berjumpa. Aku dengan rinduku, dan kau juga yang mungkin sama. Aku mulai berfikir menjadi lebih untukmu.

Memperlakukan mu terlampau istimewa seperti keadaan hatiku. Menjadi tawa dalam setiap sedihmu. Menjadi bahagia dalam setiap luka yang tak pernah berusaha kau jelaskan. Aku, akan menjaga mu. Sampai waktu ku habis. Sampai aku, merasa puas menjaga dan membahagiakan bidadari yang telah Allah turunkan dibalik sepinya hidupku.

Ghea Qirana, hatiku bukanlah gombalan receh yang selalu pria-pria itu berikan. Aku bukanlah penyair hebat dengan segala diksi yang meluluh lantahkan hatimu. Aku hanyalah manusia biasa yang Allah kirimkan untuk menjaga dan membahagiakan mu di sela waktu ku.

-Aaron Blendra

🌻

Maaf part ini singkat:)
Aku cuman mau memperdalam tokoh Aron yang belum sempat aku ceritakan:)

Selamat membaca part selanjutnya❤

Vote kalian sangat berharga untuk author:))

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang