Lembar 34

372 21 0
                                    

Attention!

"Tolong baca part ini pelan-pelan, recomended juga sambil dengerin lagu..."

🎧 Jangan Rubah Takdirku - Andmesh Kamaleng

🌻

Ditemani secangkir kopi panas, bersama senja yang sudah mulai pergi. Ditengah dinginnya suasana di negara ini, cowok itu sendiri.

Duduk sendiri, menatap setiap jengkal bulatan-bulatan putih kecil yang jatuh ke bumi. Suhu dingin yang cukup terasa karena cowok itu tidak terbiasa. Walau sudah memakai kaos ditambah jaket dan ditambah lagi jaket besar tebalnya itu, dia tetap terasa dingin. Tapi, tidak sedingin dan sebeku perasaan rindunya, yang menetap pada gadis bisu. Entah bagaimana kabarnya sekarang.

Di salah satu kafe yang ada di Tokyo, Jepang. Aron, cowok itu mengistirahatkan ke rinduannya. Dengan menatap orang yang berlalu lalang ramai di luar.

"Apa kabar lo Ghe? disini cuacanya dingin. Semoga disana hangat dan lo ga kedinginan."

Cowok itu menatap sendu jalanan, dia duduk di kursi paling pinggir yang mengarah langsung pada kaca luar.

"Gue bahkan belum jujur atas apa yang ada dalam diri gue Ghe. Lucu, bahkan seolah gue jadi cowok pengecut karena cuman buat baper lo doang."

Aron kembali menarik secangkir kopi di meja, dan menyeruputnya perlahan. Matanya menahan tangis, cowok itu mengusap matanya saat tak terasa bulir jernih keluar dari pelupuk matanya.

"Gue sayang sama lo Ghe, cinta ini emang sederhana tapi gue tulus. Ingin rasanya gue nembak lo sekarang juga. Ingin rasanya, gue..." tak bisa cowok itu lagi-lagi mengeluarkan air matanya, dia mengusap pelan untuk mengahapus jejak air mata itu. "..Gu-gue ga bisa buat lo bahagia, gue sakit. Gue ga bisa selalu buat lo bahagia dan ketawa, gue ga bisa Ghe.."

Aron menarik nafasnya panjang, dialog akan perasaan dihatinya ini membuat hatinya sesak. Bahkan air mata pun sudah tak ragu untuk keluar begitu saja.

"Semoga lo baik-baik aja, gue selalu berharap. Kalau lo sehat dan selalu bahagia ada atau tanpa adanya gue. Walau gue rasa hari-hari terasa lebih sepi. Tapi gue akan nikmati. Maaf, gue cuman bisa buat lo kecewa.."

Sementara, di tempat lain. Cewek yang mengenakan baju tidur dengan model dress berwarna kream lengkap dengan cardigan putih yang di pakainya. Sedang melamun, dua teman nya yang menginap sedang asik menghitung angka.

Neneknya tadi tidak marah, bahkan dia bersikap seolah Ghea adalah cucu kesayangannya. Di depan teman-temannya, hanya di depan mereka. Awalnya Ghea terkejut, tapi setelah itu. Neneknya memberi tatapan tajam yang menusuk seperti biasa.

"Nenek benci, Ghea harus inget itu. Harus!"

Ghea lantas beralih menatap dua temannya. Sofia, cewek itu memakai baju tidur lengan panjang dengan kartun doraemon lengkap juga warnanya biru. Sedangkan Bram, cowok itu memakai kaos hitam dan celana tidur polos se-lutut.

Bram terlihat menggaruk-garuk kepalanya dengan pensil ditangannya. Tapi tatapan cowok itu, fokus kepada buku catatan yang berisi angka-angka.

Sedangkan Sofia, cewek itu menulis fokus. Sambil sesekali menyantap cemilan yang disediakan Mamah Ghea.

Ghea tersenyum melihat dua irang itu. Mengartikan senyuman bahagia, karena setidaknya. Untuk hari ini Neneknya tidak mengomel, dan untuk hari ini. Akhirnya, Ghea kembali bisa makan di meja makan bersama-sama.

"16 dikali 27??" Bram mengingat-ngingat, "Oh iya-iya!" Katanya, seolah menemukan harta karun. Saking semangatnya.

Ghea dibuat geleng-geleng kepala melihat tingkah-Nya.

"C?" tanya Sofia kepada dirinya sendiri "C aja dah! Cinta mah selalu benar.."

Lagi, dua sahabatnya emang rada gerserk. Mereka bertanya, tapi dijawab sendiri. Memang dasar.

Namun sayang, hal itu bukan membuat gadis itu tertawa. Tapi sedih karena kata cinta yang di lontarkan. Membuat hatinya kembali merindukan cinta yang baru ia sadari.

"Cinta? Aku bahkan selalu menunggunya. Menanti hadirnya kembali, membuat hari-hari ku lebih ramai oleh suaraNya. Tak mudah, untuk melupakan. Tak mudah untuk bertahan. Hanya ada rindu yang menyesakan saat angan ingin selalu bersama. Aku rindu Ron."

"Ghe? Ini udah selesai. Tapi asa aneh." Kata Sofia sambil menjulurkan bukunya. Bram, cowok itu juga ikut mendekat. Karena kebetulan dia juga tidak mengerti.

Namun sayang, Ghea gadis itu malah asik melamun. Bram menatap Sofia begitu juga giliran.

"Ghe?" Panggil Bram sambil menepuk tangannya. Ghea tersadar, dan menatap kedua temannya.

"Kenapa?" Sofia bertanya, jelas saja gadis itu hanya menggeleng.

"Jangan sedih Ghe, gue tau. Lo rindu sama Ka Aron kan?"  Sofia bicara sambil mengelus-ngelus dan merapihkan rambut Ghea pelan.

"Jangan berlarut dalam sedih Ghe. Percaya aja, dia bakalan balik ke lo lagi." Lanjut Bram so puitis

"Semoga, semoga doa itu terkabul. Semoga setiap tetes air mata ini, bakalan jadi pupuk kebahagian karena dia. Ghea cuman pengen ketemu Aron. Ghea cuman pengen bilang.." Menangis, gadis yang menatap manik mata Bram itu tiba-tiba menangis dan menutupi wajahnya.

Sofia yang bingung langsung memeluk tubuh itu. Bram jadi bingung,

"Apa ada yang salah sama omongan gue?"

Gadis itu terus saja mengeluarkan air mata dan dilihat dari deruan nafasnya dia terisak pedih. Sofia memeluk dan mengusap-usap punggung sahabatnya itu.

"Jangan nangis Ghe, gue tau lo kuat.."  Sofia menjeda ucapannya, dia menahan tangisan yang juga ingin ia keluarkan "Kita selalu ada buat lo."

"Sorry ya Ghe." Kata Bram tulus, nampaknya cowok itu merasa bersalag

Bram menatap sendu kepadaNya. Kesedihan juga ikut menjalar saat melihat sahabatnya menangis begini. Karena baru kali ini, Sofia dan Bram melihat Ghea menangis. Padahal biasanya cewek ini selalu tersenyum manis dan tulus. Tapi malam ini? Sisi rapuh itu terlihat...

🌻

Bagaimana perasaan malam ini? Semoga selalu bahagia ya:))

Selamat membaca part selanjutnya🌈

ENSEMBLE (Bersama)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang