Jumat malam, satu jam sebelum pertandingan football melawan Statton High, seluruh anggota band dengan pakaian seragam lengkap sudah bersiap membawa alat musik masing-masing bersiap di tepi lapangan. Grupku sudah menempati posisi di kiri lapangan, begitu pula dengan grup Ezra yang sudah bersiap di sisi lain lapangan. Aku duduk di samping kiri Nat, sedangkan Myra berdiri di depanku.
"Hai, Nat."
Aku menoleh ke arah kananku dan melihat Michael menyapa Nat. Dengan cepat aku memalingkan pandangan ke sisi lain lapangan dan menguping.
Nat berdiri dari bangkunya, ia sedikit kebingungan. "Mike? Apa yang kamu lakukan di lapangan? Seharusnya kau duduk di tribun, kan?"
"Tentu saja untuk memberimu dukungan, Nat."
Secara otomatis, kedua alisku bertaut.
Nat mengangkat salah satu alisnya. "Really?"
"Yeah." Ia menunduk dan tersenyum. Sambil mengusap tengkuk lehernya dengan gugup, ia melirik ke arah Nat. "Terlepas apa yang terjadi pada band beberapa minggu ini, jangan dipikirkan. Lakukan saja yang terbaik. Oke?"
"Bagaimana kau tahu--"
"Aku bersahabat dengan Wes, kau lupa? Dia kan tahu segalanya yang ada di sekolah ini."
Nat tertawa canggung. "Right. I forgot. Sorry."
"Sampai jumpa sesudah pertandingan." Michael hendak melangkah pergi, namun langkahnya terhenti. Ia kembali dan tersenyum pada Nat. "Ngomong-ngomong, kau terlihat keren dengan seragam band."
Nat sedikit terkejut. "Uh, thanks."
Setelah Michael pergi, aku melirik ke arah Myra di depanku, yang ternyata sudah menatapku cukup lama.
"What?" Aku menggerakan bibirku tanpa suara.
"Make a move!" Myra menggerakan bibirnya tanpa bersuara, kemudian menghela napas. Myra melipatkan tangannya di dada kemudian tersenyum saat Nat memalingkan pandangan ke arahnya.
"Apa?" Nat mengerutkan dahi dan berbicara pada Myra.
"Kau dan Mike?" Myra bertanya padanya.
Nat tertawa. "Nah. Bad guy bukan tipeku."
"Lalu tipemu seperti apa?" Myra bertanya padanya.
Nat menggigit bibir dan bergumam. "Um--"
"Prodigy? Maybe virtuoso? Or maybeee, trumpet player?" Myra menyeringai, pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulutnya.
Aku merasakan jantungku berhenti berdetak, dengan spontan aku menendang kaki Myra. Ia merintih kesakitan.
"Aw! Aiden, what's your problem?" cicitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Serenade [END]
Teen FictionTahun ajaran baru, seorang pemain saxophone bergabung dalam klub band sekolah dan berhasil menyita perhatian semua orang. Selain sifatnya yang supel dan kemampuannya dalam bermusik, gadis itu berhasil menyatukan murid-murid yang berbeda kepribadian...