Chapter 4 - Mozart Sonata No 16 in C Major

1.5K 705 1.3K
                                    

Hari berganti, audisi yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota band tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari berganti, audisi yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota band tiba. Selain saksofon, kami juga membuka audisi untuk alat musik lain. Total siswa yang mendaftar hanya lima belas orang, hal itu mempermudah kami untuk memilih kandidat yang cocok untuk masing-masing alat musik.

 Total siswa yang mendaftar hanya lima belas orang, hal itu mempermudah kami untuk memilih kandidat yang cocok untuk masing-masing alat musik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Audisi sore ini ditutup oleh permainan musik yang ciamik dari Nat. Dialah satu-satunya siswa yang mendaftarkan diri untuk posisi pemain saksofon yang kosong. Meskipun sedikit terbata-bata, ia bisa berimprovisasi dengan baik. Jika sedang tidak fokus, kita bisa saja tidak menyadari bahwa gadis itu melakukan kesalahan. Permainan saksofonnya tidak bisa dibilang brilian, tetapi ia juga tidak buruk.

Atensiku masih terfokus padanya hingga ia memainkan bait terakhir. Myra yang duduk di sebelah menyikut lenganku, membuat fokusku buyar.

"What?" Aku protes.

"Berkediplah, atau bola matamu akan keluar dari tempatnya!" Myra berbisik. Aku mendengkus, kembali menaruh atensi ke depan.

Setelah lagu yang dimainkan selesai, Nat membungkuk, diikuti oleh tepukan tangan dari seluruh anggota band. Lalu, gadis itu kembali ke bangkunya.

"Nat lumayan oke," bisikku pada Myra.

"Apanya?" goda Myra. "Rambut pirangnya? Matanya?"

Aku mengernyit, menoleh ke arahnya dan mendesis, "Permainan saksofonnya. Kau pikir aku sedang membicarakan apa?"

Tawa Myra nyaris meledak. Astaga, apa yang ia pikirkan?

Setelah audisi berakhir, murid yang mendaftar dipersilakan untuk pulang. Di dalam ruangan hanya tersisa tim inti klub band yang berkumpul untuk mengambil keputusan. Wajah Ezra terlihat cerah. Ini kedua kalinya aku melihat ia begitu gembira ketika menemukan talent yang cocok untuk band-nya. Terakhir kali pemuda itu bersikap seperti ini adalah ketika aku mendaftarkan diri untuk mengikuti audisi sebagai pemain trompet.

"Nat tidak seburuk yang kubayangkan. Maksudku, kalian lihat bagaimana caranya berimprovisasi? Tidak banyak pemusik yang berani melakukan improvisasi seperti tadi. Satu atau dua minggu berlatih sudah cukup untuk melatih Nat supaya kembali terbiasa dengan saksofon di tangannya," ucap Ezra antusias.

Winter Serenade [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang