[Flashback]
Sore itu, hujan rintik-rintik membasahi jendela rumahku dan menghasilkan suara yang merdu. Burung yang tinggal di cuckoo clock rumah kami berkicau, menandakan orang tuaku akan segera sampai di rumah.
Aku menggenggam krayon berwarna hitam dan menggambar sebuah lingkaran di secarik kertas, kemudian memberikan dua titik dan satu garis melengkung di bawahnya. Aku melakukan hal yang sama untuk dua lingkaran lainnya.
Setelah selesai menggambar tiga wajah yang sedang tersenyum, aku menggoreskan krayonku dan mulai memberikan tubuh untuk tiga lingkaran tersebut, tidak lupa aksesoris lainnya seperti rambut, tangan, kaki dan tentu saja pakaian. Aku meletakkan krayonku di lantai dan tersenyum lebar sambil mengangkat kertas tersebut tinggi-tinggi.
Setelah puas mengagumi hasil karyaku sendiri, aku berlari ke dapur dan meletakkan kertas tersebut di pintu kulkas, tidak lupa kuletakkan hiasan magnet di atas kertas tersebut.
Tiba-tiba, terdengar suara mobil berhenti di depan rumahku. Aku tersenyum lebar, berlari ke arah pintu rumah. Sebelum membukakan pintu, aku terbiasa mengintip melalui jendela terlebih dahulu. Entah kenapa, hal semacam ini menjadi rutinitas bagiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Winter Serenade [END]
Teen FictionTahun ajaran baru, seorang pemain saxophone bergabung dalam klub band sekolah dan berhasil menyita perhatian semua orang. Selain sifatnya yang supel dan kemampuannya dalam bermusik, gadis itu berhasil menyatukan murid-murid yang berbeda kepribadian...