tiga

207 7 1
                                    

Selama mengerjakan tugas, Sean dan Alexa mulai menjadi dekat. Mereka mulai bisa bercanda dan bekerja sama. Sean senang akhirnya dia memiliki teman yang dapat diandalkannya. Setidaknya, jauh lebih baik dari pada Kai dan yang lainnya. Saking serunya obrolan Sean dam Alexa, mereka tak sadar bahwa sekarang sudah jam istirahat.

"Xa.." Panggil Naomi, menepuk bahu Alexa dari belakang.

Alexa menengok. "Eh, Mi. Kenapa?"

Naomi diam, hanya memberi ekspresi wajah 'ini udah jam istirahat. lu gak mau keluar gitu?'

Seperti telepati, Alexa langsung mengerti apa maksud Naomi tadi. "Oh, ya!" Katanya sambil menepuk dahinya. "Se, gue istirahat dulu, ya! Tar lanjut lagi. Dah!" Pamit Alexa, dan langsung menarik tangan Naomi keluar ruangan, menuju kantin.

Sean hanya diam, karena belum sempat membalas perkataan Alexa, namun Alexa sudah terlanjur pergi. "Sweater gue... dicopet." Gumannya.

Sean berpikir sejenak harus pergi kemana selama istirahat. Rasanya Sean ingin sekali ikut pergi makan dengan Alexa. Tapi Sean merasa tidak enak dengan teman-teman Alexa yang lainnya. Lagipula, mereka baru saja berteman.

Agak jauh dari tempat duduk Sean, Niko sedang berjalan keluar kelas, bersama teman-temannya. "Niko! Tungguin gue!" Akhirnya Sean mendapatkan ide untuk menyusul dan ikut pergi makan dengan Niko.

-oOo-

Sean, beserta Niko dan teman-temannya memilih meja yang terletak di tengah keramaian kantin. Ini adalah usul Sean. Sean pikir, Kai tidak akan mengganggunya jika ia duduk di tengah keramaian. Sean yakin Kai tidak ingin namanya terdengar buruk di antara para mahasiswi di kampusnya.

Namun perhitungan Sean salah besar. Ketika mereka sedang asyik makan, tiba-tiba Kai menghampiri meja mereka. Kai duduk di sebelah Sean dan merangkul bahunya.

"Yahhh, Se, Lu udah mulai lupa temen, ya?" Tanya Kai dramatis.

Sean hanya membalas "Emang salah, kalo gue mau makan sama mereka?" tanpa mengalihkan perhatiannya dari  makanannya.

"Gak salah, sih." Balas Kai.

Sean terdiam sesaat, ingin Kai segera pergi dari tempatnya. "Pasti lu ada maunya."

Kai tersenyum lebar. "Tau aja." Katanya. "Pinjem uang, dong." Kata Kai lagi.

Sean memutar bola matanya diam-diam. "Gue lagi gak bawa uang banyak." Jawab Sean, berharap agar Kai bisa pergi dengan cepat.

Kai menggeluti lengan Sean. "Ayolah, gue mau jajan kurang lima ribu." Kai meletakkan kepalanya di bahu Sean.

Namun Sean tidak menggubris perilaku Kai. Ia hanya terus fokus makan."Ngutang aja." Balas Sean tanpa menengok Kai sedikit pun.

Kai akhirnya menyerah. Ia kembali duduk tegak dengan menjauhkan dirinya dari tubuh Sean. "Ya udah, deh." Namun Kai jauh lebih cerdik dibanding Sean. Kai lalu mengubah sasarannya. "Hey, temen barunya Sean. Pinjem lima ribu, dong." Dengan begini, pasti Sean akan menganggapnya.

Sean memutar bola matanya malas. Kai pasti tahu persis bagaimana cara memancingnya. Sean segera menjauhkan makanannya dari hadapannya, dan menggebrak meja. Akhirnya Sean berdiri, menatap Kai yang masih duduk di jursi sebelahnya. "Pergi." Katanya penuh amarah.

Kai hanya tersenyum meremehkan, ia lalu ikut berdiri. "Gak." Balasnya.

Sean mengepalkan tangannya. Ia berusaha setengah mati agar tidak menimbulkan keributan saat ini juga. "Bangsat! Gue bilang pergi sekarang juga!" Bentak Sean di depan muka Kai.

ALEXEAN // completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang