Karena kejadian sore tadi, Alexa kembali ke kosan jauh lebih lama dari biasanya. Pukul 9 malam, Sean mengantar Alexa hingga depan kosan putri.
"Dah, sana lu pergi. Tar cewek-cewek pada histeris lagi." Kata Alexa asal.
Sean menggeleng. "Gue mah gak seberapa dibanding Kai dan yang lainnya." Kata Sean dengan senyuman. Seakan-akan Kai tidak melakukan apa-apa kepadanya.
Alexa memutar bola matanya. "Si brengsek." Gumamnya.
Sean tersenyum. Rambutnya masih terikat bandana. "Harusnya lu bilang makasih udah dianterin gue. Cewek kalo jalan malem-malem sendiri bahaya." Kata Sean.
Alexa hanya diam. 'Gue takutnya kalo dia yang sendiri bisa digebukin lagi.' Batin Alexa.
"Gue duluan, ya!" Pamit Sean.
Alexa mengangguk. "Hati-hati!" Alexa melambaikan tangannya, sebelum masuk ke dalam.
Dari balik jendela, Alexa memandang punggung Sean yang makin lama menjauh. Sejak kejadian tadi, Alexa khawatir setiap Sean harus pergi sendirian. Alexa hanya berharap Sean mendapatkan teman laki-laki baru yang tidak membullynya. Jika bisa, Alexa akan berusaha agar selalu ada bersama Sean. Setidaknya untuk beberapa lama. Karena menurutnya, Kai tidak akan menyerangnya jika ada perempuan di dekatnya, bukan?
Alexa memasuki kamarnya dengan muka lelah. Naomi yang sedang asyik makan hanya melihat Alexa sekilas, sebelum melanjutkan tontonannya di televisi. "Kok lama?"
Alexa merebahkan tubuhnya di kasur. "Ah... capek." Alexa menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal. "Air anget nyala, gak?" Tanya Alexa.
Naomi mengangguk. "Sok, mandi, atuh."
Alexa tidak menjawab. Ia langsung mengambil handuknya dan masuk ke kamar mandi.
Naomi menggeleng-geleng. 'Cewek kalo udah ketemu cowok jadi tulalit.' Batinnya kesal. Naomi lalu lanjut memakan makanannya, sambil menonton drama korea favoritnya di TV.
Drrrt Drrrt Drrt ponsel Alexa bergetar dari dalam tas.
Awalnya Naomi tidak menghiraukan panggilan itu. Namun setelah beberapa kali orang itu mencoba menelepon ulang, Naomi akhirnya menyerah dan mengeluarkan ponsel Alexa dari tasnya. Naomi mengintip siapa yang mengontaknya pukul setengah delapan malam.
Naomi membulatkan matanya, membaca tulisan yang ada di layar ponsel Alexa.
Sean Mikael is video calling you
"Omaigat." Gumamnya.
Reflek, ia tak sengaja memencet tombol hijau. "Oh shit... Gimana, nih."
Hanya selang dua detik, munculah wajah Sean di seberang. Naomi membulatkan matanya. Ia tak percaya apa yang sedang dilihatnya di depan mata. Ia tak pernah melihat Sean dengan rambut yang acak-acakan, kaos tipis santai, dan sedang tiduran di kasurnya.
Naomi langsung menjauhkan ponsel Alexa dari wajahnya. Ia panik. Tidak mungkin ia mematikan video call itu tiba-tiba. "Eh.. maaf kepencet angkat." Katanya seadanya.
Sean mengangkat alisnya. Ia lalu menurukan poninya. "Oh, Naomi. Alexanya ada, gak?"
Naomi bingung harus menjawab apa. "Eh.. lagi mandi di kamar mandi."
Sean tertawa.
'Oh yeah, you stupid. Mandi di kamar mandi, lah, bego. Malu deh lu, mampus.' Batin Naomi menjauhkan wajahnya dari kamera.
"Ya udah, deh. Gue tutup dulu. Tar bilangin kalo Alexa udah selesai, suruh video call gue-" Baru saja Sean hendak menyelesaikan kalimatnya, matanya membulat melihat seseorang di belakang Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXEAN // completed
Teen Fiction"Coba aja kalo lu itu cowok gue, Se." Kata Alexa. Sean hanya tertawa mendengar ucapan Alexa barusan. "Gak, ah. Lu lebih kayak adek gue. Lucuu." Katanya sambil mengacak-acak rambut Alexa. Alexa hanya manyun. Yah, pasrah aja, sih, kena kakak-adek zon...