empat puluh empat

82 5 7
                                    

08. 36

Kai terbangun dari tidurnya karena mendengar bunyi teleponnya. Dengan keinginan bangun tidur yang hanya sebesar 10%, Kai mengambil ponselnya.

"Ya?" Kai mengangkat teleponnya sambil tetap rebahan.

Bukannya mendapat jawaban, Kai hanya mendengar isak tangis dan suara yang gemetar dari seberang.

Mulai berpikiran yang tidak-tidak, Kai terduduk. "Ada apa?" Tanyanya dengan cemas. "Kamu di mana?" Tanya Kai lagi. "Oke, aku ke sana." Balas Kai, lalu dengan segera keluar dari kosannya.

Tidak jauh dari kosan Kai, terdapat seorang perempuan yang sedang berdiri sendiri di dekat sebuah pohon rindang. Begitu melihat perempuan itu, Kai langsung menghampirinya, dan memeluknya dengan erat.

"Kamu kenapa?" Tanya Kai.

Perempuan yang dipeluknya itu mulai meredakan isak tangisnya. Ia menjauhkan dirinya dari Kai. Tanpa mengatakan apa-apa, perempuan itu melepaskan masker yang dipakainya. Tampaklah sebuah lebam di pipi kanannya. Lalu, dipakainyalah kembali masker itu.

Kai membelalakkan matanya. "Siapa yang nonjok kamu?" Tanyanya dengan segala amarahnya.

Perempuan itu menjelaskan seluruh kronologis peristiwa yang menimpanya. Cerita tersebut membuat Kai geram. Setelah mendengarnya secara lengkap, Kai memerintahkan perempuan itu untuk pergi sebentar, sementara Kai langsung kembali ke dalam kosan dengan langkah cepatnya. Kakinya melangkah menuju kamar bernomor 9. Digedornyalah pintu itu keras-keras. Karena tak kunjung dibukakan, Kai terpaksa mendobrak pintu itu. Si pemilik kamar yang sedang rebahan di ranjang itupun kaget bukan main.

"BANGSAT LO!" Bentak Kai dengan sangat keras. Seluruh penghuni kos pasti bisa mendengarnya.

"LU NGAPAIN GODAIN CEWEK GUE KEMAREN DI TAMAN?!" Tanya Kai dengan kasar. Ia mencengkram kerah baju si pemilik kamar, Niko, sehingga ia keluar dari ranjangnya."DIA KAN UDAH NGEHINDAR, KENAPA LU KEJAR LAGI?!" Bentaknya.

Niko tidak membalas apa-apa. "Dia nampar gue." Jawabnya dengan pelan.

"ITU KAN BUAT SELF DEFENSE, TOLOL. KENAPA LU BALES PAKE TONJOKAN?!"

"Tapi gue cuma nonjok sekali..... Abis itu, gue biarin dia pergi." Jawab Niko dengan takut-takut.

Kai tertawa sarkas. "Lu banci? Kok berani nyakitin cewek?" Tanyanya dengan nada pedas. "Sampe ngebekas, pula." Tambahnya.

"Maaf...."

Kai hanya mengangkat salah satu ujung bibirnya. "Lu nyari masalah sama orang yang salah." Bisiknya. Melayanglah tonjokan pertama dari Kai yang berhasil membuat Niko terjatuh ke kasur. Karena merasa gagal, Kai mengangkat kembali kerah baju Niko, dan menonjoknya untuk kedua kalinya. Kali ini, Niko terjatuh ke lantai.

Setelah beberapa tonjokan dari Kai, Niko berdiri. Dengan sekejap, ia meraih tubuh Kai, dan dibantingnyalah ke lantai. Jatuhnya tubuh Kai ke lantai menimbulkan dentuman yang sangat keras. Semua penghuni kos yang menonton pertarungan itu langsung kaget. Baru pertama kali mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri, Kai dikalahkan oleh orang lain. Menyadari perbuatannya, Niko panik setengah mati. Ia mengulurkan tangannya agar Kai bisa berdiri. "Soriii...."

Karena sudah kesal bukan main, Kai menepis uluran tangan Niko. Sambil memegangi punggungnya yang sakit, Kai bertumpu pada ujung meja untuk berdiri. "Bangsat." Gumamnya. Dengan emosi memuncak, Kai melayangkan kakinya ke arah pinggang Niko. Namun siapa sangka, Niko berhasil menangkap tendangan Kai, dan kembali membanging tubuh Kai ke lantai. Kai ingin berdiri, namun seluruh tubuhnya terasa seakan hampir remuk. Dengan sisa-sisa kekuatan, Kai berusaha berdiri lagi. Dengan tangan lemas, ia bermaksud menonjok perut Kai lagi. Belum saja kepalan tangannya menyentuh Niko, tubuh Kai sudah tertarik ke belakang.

ALEXEAN // completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang