dua puluh satu

95 2 0
                                    

"Gue sama Athena baru aja jadian!"

Keempat temannya melongo tak percaya.

"Hah? Gimana gimana?" Jojo menanyai Sean kronologi ceritanya.

"Jadi, tadi..."

«beberapa saat yang lalu»

Untuk menghabiskan jam istirahat, Sean dan Athena sedang duduk berdua di sebuah kafe yang juga menyediakan banyak buku untuk dibaca, dan juga komputer-komputer. Sean sedang menonton film-film dokumenter tentang teori-teori konspirasi. Selain tentang mitologi Yunani, Athena belakangan ini sedang meracuni Sean dengan hal yang disukainya juga, yaitu teori konspirasi, kasus-kasus yang belum terpecahkan, mitos dan legenda di Indonesia, dan hal-hal menyenangkan lainnya.

Athena sendiri menempati kursi di sebelah Sean untuk mengerjakan projek kampusnya. Telinga kanannya disumpal earphone, dan telinga kirinya dibiarkan terbuka agar tetap dapat mendengar linkungan sekitar. Setelah satu jam lebih berkutat dengan tugasnya, Athena akhirnya mematikan laptopnya, dan menyimpannya ke dalam tasnya. Ia lalu melepaskan earphonenya.

"Udah selesai?" Tanya Sean.

Athena merenggangkan tangannya ke atas. "Akhirnya selesai!" Gumamnya sambil mengangguk, menjawab pertanyaan Sean. Ia lalu membenamkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya di atas meja. "Bangunin gue lima belas menit lagi. Gue harus ke kelas." Katanya dengan suara kelelahan. Bagaimana tidak lelah? Projek sesulit ini harus diselesaikan hanya dalam empat hari. Yaa, para mahasiswa pun akhirnya harus begadang untuk mengerjakannya. 'Emang dosen gila' Kritik teman-teman Athena yang lain.

Sean memandangi wajah Athena yang tertutup rambut panjang hitamnya itu. Athena sering bercerita bahwa ia ingin mewarnai rambutnya menjadi warna coklat terang. Padahal Sean beranggapan bahwa Athena sudah cantik dengan penampilannya sekarang ini. Namun, bagaimanapun Sean harus tetap menghargai keputusan apapun yang akan diambil Athena nantinya. Dengan lembut, Sean mengambil beberapa helai rambut yang menutupi wajah Athena, dan menariknya ke belakang telinganya, agar Sean dapat lebih mudah mengamati wajahnya. Sean tersenyum. Ia pun kembali melanjutkan filmnya itu. Baru saja memulainya kembali, ternyata film pendeknya sudah habis. Sean pun terpaksa mengetik judul yang baru. Tadi, sebelum memulai pekerjaannya, Athena memberikan Sean sebuah daftar berisi film-film dokumenter pendek yang pernah ia tonton.

Sean menonton sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya. Sejujurnya, ia bosan harus duduk di depan komputer, sudah menghabiskan  sebuah film dokumenter bersejarah. Namun, mau apa lagi, ia juga tak tahu  harus melakukan apa.

Di pertengahan film, tiba-tiba, sebuah tangan melesat ke antara jemari Sean yang terbuka. Tangan tersebut menggenggam tangan Sean.

 Tangan tersebut menggenggam tangan Sean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALEXEAN // completedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang