Tringgg... Tringgg... Tringgg...
Karin menegakkan tubuhnya. Dia melirik kearah jam yang sudah menunjukkan pukul 10.15. Bagus, sudah istirahat dan dia bisa memukuli cowok itu lagi.
Karin mendorong meja yang menghimpit tubuhnya, lalu berdiri dan berjalan keluar kelas.
Dia melihat kesana-kemari mencari. Beberapa murid menghalangi pandangannya karena berjalan didepannya.
Mata hitam pekatnya berhenti ketika mendapati seorang cowok yang tengah berdiri ditengah lapangan sambil hormat pada bendera.
Karin menyipitkan matanya dan mendapati bahwa cowok itu adalah Steven. Dengan cepat ia menuruni anak tangga dan berjalan kearah lapangan.
Tangannya meraih salah satu cewek yang tidak sengaja bersibobrok dengannya.
"Dia kenapa?" tanya Karin langsung karena seingatnya cewek itu adalah teman Steven sewaktu MOS.
"Dihukum karena berantem," jawab cewek itu. "Lo Karin, kan?" tanya cewek itu balik.
Karin menganggukkan kepalanya.
Cewek itu tersenyum tipis. "Gara-gara lo Steven berantem tadi pagi."
Karin tidak kaget mendengar hal itu. Sebenarnya, dia juga ambil andil dengan kejadian tadi pagi. Tapi, Steven yang sigap membuatnya tak ketahuan dan kena hukum.
Karin berjalan cepat kearah koperasi, ia membeli sebotol air mineral dan kembali berjalan kearah lapangan.
Cewek itu menyodorkan air tersebut pada Steven.
Steven yang bingung menautkan kedua alisnya.
"Buat lo, pasti haus," jawab Karin sambil menatap kearah langit dimana matahari lagi panas-panasnya.
"Oh," jawab cowok itu. "Kalo gitu bukain," lanjutnya lagi.
Karin menaikkan alis kanannya.
"Gue mana boleh nurunin tangan," ujar Steven melirik sekilas pada ruang guru yang berada diseberang mereka. "Kalo diliat pak Rizal bisa tambah lama hukuman gue."
Karin memajukan bibir bawahnya, lalu mengangguk paham. Dia membuka tutup botol minuman tersebut dan kembali menyerahkan pada Steven.
Steven tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
"Tangan kiri gue lemes ni," ujar Steven lagi.
Karin menautkan alisnya kesal. Cewek itu menarik napasnya dalam-dalam. Kalau saja bukan cowok ini yang membelanya tadi pagi sudah dia siram dari tadi.
Dengan berat hati Karin menyodorkan kepala botol itu pada bibir Steven.
"Makasih," ucap Steven setelah meneguk air tersebut.
"Ya, sama-sama."
Karin menatap sekitar dan mendapati ada banyak pasang mata yang menatap kearah mereka.
"Kenapa?" tanya Steven sambil ikut melihat kearah pandangan Karin. Lantas, cowok itupun mengerti.
"Lo kembali aja sana, gue masih sejam lagi harus berdiri disini."
Karin menggeleng. "Lo kena hukuman ini karna gue. Lagian, lo kenapa sampe mukulin dia?"
Steven terkekeh. "Gak papa, tiba-tiba kesel aja denger dia ngomong seenteng itu sama temen-temennya."
"Masa?" sahut Karin.
Steven mengangguk.
"Yaudah, makasih udah peduli," ujar Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Anggap Aku Apa (Completed)
Teen Fiction"Jadi, Bang Arya bohongin Karin?" "Enggak gitu, Yin...." "Abang selama ini pacaran sama Karin karena disuruh sama bang Satya!" "Yin, dengar penjelasan aku du...." "Karin benci sama Abang. Jangan temui Karin lagi. Kita cukup sampai disini," tuntas Ka...