Memiliki seseorang untuk menjadi tempat berlari ketika dunia sedang jahat adalah hal yang patut disyukuri.
***...***...***
Karin menghela napasnya panjang. Cewek itu tengah berdiri didepan kampus abangnya dan Arya. Tujuannya datang ke universitas ternama ini demi bisa menemui Arya karena sejak kemarin Arya tidak membalas pesan dan panggilan darinya.
Karin menanyai Diana lebih tepatnya kapan waktu Arya harusnya pulang. Diana menjawab sekitar pukul 4 sore untuk hari ini. Maka, cewek itu membolos lagi dari les dan memilih menunggui Arya didepan kampusnya.
Cewek itu melihat jam ditangan kirinya. Sudah pukul 4 lewat 17 menit.
Mata hitam Karin bergerak menyusuri sekeliling kampus, kali-kali bisa menangkap keberadaan orang yang dia cintai.
Sekitar 3 menitan setelahnya, Karin akhirnya melihat Arya keluar dari gedung biru didepannya. Gedung fakultas hukum.
"Bang Aya!" panggil Karin sambil berlari kecil menghampiri Arya.
Disamping Arya ada cowok lain yang juga berjalan beriringan dengannya.
"Siapa Ar?"
"Adek gue," jawab Arya.
Teman kelas Arya itu menangguk dan Karin akhirnya berada tepat didepan Arya.
"Gue duluan deh, Ar. Bye!" pamit anak cowok itu sambil menepuk pundak Arya dan berjalan menjauh dari mereka berdua.
"Bang Aya kenapa ga ngubungin Karin dari kemarin? Kenapa gak ada kabar? Karin uda kirim banyak chat dan nelpon tapi knapa gak ada yang di balas?"
Arya menggaruk tengkuk lehernya. Cowok itu tampak ingin mengatakan sesuatu, tapi masih ragu untuk mengeluarkannya.
Karin menyatukan kedua alisnya.
"Jawab Bang Aya!"
"Ehh..."
"Bang Aya sibuk nugas lagi ya? Soalnya Bang Satya juga lagi UAS sekarang".
Mendengar pertanyaan itu Arya kemudian mengangguk, walau gerakannya patah-patah tidak yakin.
Karin tersenyum tipis. Cewek itu tidak terlihat marah. Namun, yang membuat Arya penasaran adalah sorot mata Karin yang tidak secerah biasanya kalau bertemu dengannya.
"Ada apa, Yin?"
Karin melangkah maju, lalu memeluk Arya.
Suara batuk dan kaget disekitar mereka bisa dengan jelas didengar oleh Arya dan Karin, tapi Karin tidak peduli. Cewek itu tetap memeluk Arya.
"Kenapa Yin?" tanya Arya lagi.
Arya berusaha melepaskan pelukan Karin. Dia malas sekali menjadi pusat perhatian.
Karin tetap memeluk Arya. Kepala cewek itu berada di dada bidang Arya. Ia mengenggelamkan dirinya dalam-dalam di pelukan Arya.
Arya yang merasa ada yang tidak beres akhirnya menyerah. Dia tidak lagi berusaha melepaskan Karin, malah membalas pelukan Karin. Tangan cowok itu berlari kekepala belakang Karin dan mengelusnya pelan.
Arya sadar Karin pasti sedang bersedih. Setelah hampir 10 tahun ini, Arya kenal sekali tiap kali Karin memeluknya secara tiba-tiba tanpa alasan berarti cewek itu tengah sedih.
"Kita ke taman aja, yuk," ajak Arya setelah merasa Karin mulai melonggarkan pelukannya.
Karin mengangguk. Wajah cewek itu masih pucat. Tidak ada aura keceriaan sama sekali yang bisa didapat Arya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Anggap Aku Apa (Completed)
Teen Fiction"Jadi, Bang Arya bohongin Karin?" "Enggak gitu, Yin...." "Abang selama ini pacaran sama Karin karena disuruh sama bang Satya!" "Yin, dengar penjelasan aku du...." "Karin benci sama Abang. Jangan temui Karin lagi. Kita cukup sampai disini," tuntas Ka...