(18) Semua Manusia Jahat

16.1K 1.2K 18
                                    

Kita cuma punya dua tangan, gak akan mampu nutup mulut orang, mending kita pakai tangan kita buat nutup telinga sendiri.


♡♡~♡♡~♡♡
"Otak lo isinya apa, sih?"

Elsa menahan senyum, sedangkan Karin sudah menatap Steven tajam.

"Maksud lo apa!" balas Karin dengan suara keras sambil berdiri tiba-tiba dari kursi.

Steven sedikit terkejut dengan respon Karin.

"Santai, Rin. Jangan berdiri tiba-tiba kayak gitu," saran Steven.

Karin masih menunjukkan wajah tidak bersahabatnya.

"Lo tau kan kalau otak lo didengkul? Kalo lo berdiri tiba-tiba kayak tadi itu ngebuat otak lo kaget".

Elsa tidak lagi menahan tawanya.

"Hahahaha".

"Sa! Gila lo, diem!"

Steven meringis ketika tangan Karin sudah menjitak kepalanya.

"Sialan lo," ujar cewek itu.

"Otak lo yang didengkul!"

Steven tersenyum miring. Matanya beralih ke Elsa yang masih tertawa.

"Bilang Sa, bilang. Siapa peringkat dua dari terakhir disekolah dan siapa yang peringkat dua dari atas disekolah, apalagi peringkat satu".

Karin mendesis. Iya, Steven dan Elsa memang sesama peringkat teratas disekolah. Dengan Elsa yang menetapi nama teratas disusul nama Steven dibawahnya.

"Iya. Iya. Otak lo bedua emang jenius. Encer. Gak tau lagi, deh. Sedangkan gue udah goblok dari lahir," ujar Karin garang.

Cewek itu masih setia berdiri, padahal Steven dan Elsa tetap duduk sambil memakan makan siang mereka.

"Gapapa, Rin. Kan, muka lo cantik," ujar Steven.

"Terus?"

"Ya gapapa, otak gak ngaruh kok. Nih, ya, kalo lo cantik, lo udah dapatin 95% kemudahan untuk hidup dimuka bumi ini," lanjut Steven.

Karin menghela napas kembali duduk, walaupun hatinya masih panas dan tersinggung.

"5 persennya?" tanya Elsa setelah dari tadi tidak ikut dalam pertengkaran dua sahabatnya.

"Ya, 5 persennya karena gampang dibegoin".

"STEVEN SIALAN!" teriak Karin keras dan melempar dengan sengaja dompet birunya kemuka Steven.

"Rin! Gila lo! Sakit bego!"

Karin masih mengatur napas.

"Iya, katai aja gue terus. Katai Tipen sampe puas!"

"Udah, udah. Steven cuma becanda, Rin. Lo pinter kok".

"Pinter dandan".

"STEVEN ASTAGA!"

Kali ini Elsa yang berteriak.

"Udah, ya. Jangan gangguin Karin. Kasihan tau," ujar Elsa membela Karin yang mukanya sudah merah.

"Gue cuma mau nyemangati Karin aja supaya dia mau belajar. Minggu depan udah UAS dan liat, dia jarang datang les. Sekolah juga cuma tidur. Emang mau lo tinggal kelas?"

"Ya, ga gitu juga cara nyemangatinnya, Steven. Kan bisa baik-baik".

Steven menghela napas.

"Yaudah, maaf. Gue cuma pengen Karin serius nanggepin ujian besok. Biar dia gak perlu diomongi anak-anak lagi dari belakang".

Kau Anggap Aku Apa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang