(13) Karin Benar-Benar Jatuh

22.2K 1.4K 22
                                    

"Kamu gak sendiri, selalu ada aku yang siap merengkuhmu"

...

Karin duduk dipinggir ranjang. Tangannya sibuk membuka-buka semua sosial media yang dia punya. Lalu, cewek itu terdiam sebentar saat layar ponselnya menampakkan panggilan masuk dari Arya.

Karin yang tadinya tidak berekspresi apapun, tidak bisa menahan perasaan bahagia yang tiba-tiba memenuhi hatinya.

"Hallo".

"Iya, hallo dengan mbak Karin?"

Karin mengerut keningnya ketika mendengar pertanyaan itu. Lalu terkekeh ketika sadar sepertinya Arya sedang mengerjainya.

"Benar, ini dengan Karin".

"Oke, boleh diulangi tadi pesanannya apa aja?"

"Ha?" Karin agak bingung, lalu paham bahwa Arya sedang berpura-pura menjadi seorang pengantar pesanan.

"Itu, jus alpukat, kentang goreng, burger keju double, dan susu coklat," jawab Karin.

"Oke, itu saja mbak? Atau ada lagi?"

"Enggak, itu aja mas," jawab Karin masih dengan senyuman yang tak luntur dari wajahnya.

"Baik, terima kasih."

Tut.

Karin kembali mengerut kening. Apa-apaan langsung dimatikan begitu saja.

Karin berdecak malas. Dia kan ingin telponan lama dengan pacarnya itu, tapi malah dibecandain dan langsung dimatiin pula tiba-tiba.

Karin menghela napas berusaha meredam rasa kesalnya. Kedua kaki jenjangnya melangkah keluar kamar. Dia mendapati Satya tengah keluar juga dari kamarnya.

"Mama sama papa gak bakal pulang ya, Bang, liburan ini?" tanya Karin teringat bahwa sebentar lagi liburan akhir semester.

Satya menggeleng.

"Enggak, Rin. Katanya sibuk banget disana. Mama sama papa juga gak bareng," jawab Satya.

Perasaan kesal Karin tadi jadi semakin menjadi mendengar jawaban dari Satya. Sebenarnya, dia sudah menduga bahwa kedua orang tuanya pasti tidak pulang lagi diliburan semester mereka kali ini. Padahal, ada liburan lebaran juga, masa mereka tetap bekerja?

"Rin,"

Karin menoleh pada Satya kembali. Ia mulai menyadari keadaan abangnya yang agak berantakan itu. Karin juga bisa mendapati jejak kesedihan dia kedua bola mata abangnya.

"Hm?"

Satya mendekat padanya, lalu memeluk Karin pelan.

"Bang?"

"Abang gatau harus gimana. Mama sama papa mau cerai".

"Apa?!" Karin terlampau terkejut mendengar pernyataan itu hingga langsung mendorong abangnya.

"Bang Satya serius?"

Satya mengangguk.

"Gak mungkin, Abang! Apa-apaan, sih," ujar Karin menjauh dan hendak menuruni anak tangga. Dia sendiri pun tidak paham harus bereaksi seperti apa selain menjauhkan diri dari abangnya dan lari dari kenyataan yang tidak mau dia anggap kenyataan itu.

Satya menahan Karin.

"Dari seminggu yang lalu abang udah tau kabar ini, cuma abang gatau harus ngomong gimana sama lo."

"Sidangnya dua minggu lagi," lanjut Satya.

"Enggak, enggak, mama sama papa gak boleh cerai!"

Satya diam tidak tahu harus mengatakan apa lagi pada adiknya. Dia sendiri pun sebenarnya terguncang dengan kabar ini. Tetapi dia harus tenang harus bisa kuat dihadapan Karin. Dia tidak mau lemah dan membuat Karin jadi semakin lemah juga.

Kau Anggap Aku Apa (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang