Kenapa mencintai harus sesakit ini? Kenapa kita harus jatuh cinta pada orang yang tidak mencintai kita? Kenapa kita tidak bisa menghapus perasaan cinta kita?
***...***...***
Karin kini sudah berada dikamarnya. Cewek itu terduduk lemas diatas tempat tidur. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa lagi. Air mata sesekali masih mengalir keluar dari kedua matanya dan Karin sudah tidak lagi berusaha menghapusnya.
Hati cewek itu teremas didalam sana. Dia sudah berharap kemarin bahwa Arya sudah benar-benar mencintainya. Tapi seperti yang Karin prediksi selama ini, kan? Arya memang selalu menaruh hatinya pada Diana dan Karin tidak akan pernah bisa merebut posisi itu.
Ceklek
Pintu kamar Karin terbuka menampilkan Satya yang berdiri menjulang dengan plastik putih ditangan. Cowok itu mendekat pada Karin dan meletakkan plastik itu disamping Karin.
"Itu cokelat almond kesukaan lo sama ada green tea juga," ujar Satya.
Karin tersenyum kecil pada Satya.
"Gak usah dipaksa. Kalau emang sedih, ya, sedih aja".
Satya menghela napas dalam. Tidak menyangka Arya bisa berbuat sejahat itu pada Karin. Padahal Satya sudah percaya sekali kalau sahabatnya itu sudah mencintai Karin. Tapi kenapa masih saja Arya bersama Diana?
Melihat mata Karin yang memerah dan sedikit bengkak membuat hati Satya tercubit. Harusnya dia tidak membantu Arya mendapati Karin kembali. Sialan. Satya bersumpah tidak akan membiarkan Arya bertemu Karin lagi.
Cowok itu kemudian duduk disebelah Karin. Merangkulkan tangannya dan mengelus lengan Karin pelan.
"Udah lo gak usah tangisin cowok yang gak mikirin perasaan lo," ujar Satya.
"Ntar lo cari cowok ganteng di Malaysia," lanjut cowok itu lagi.
Karin tidak menjawab ocehan Satya. Cewek itu masih memilih bungkam dan menatap kosong pada dinding dihadapannya.
Satya lagi-lagi menghela napas berat. Bingung harus bagaimana menghibur Karin agar adiknya itu tidak tenggelam dalam kesedihan.
"Lo mau apa deh sekarang? Gue turutin," Satya masih mencari cara.
Karin menoleh pada Satya.
"Kak Diana cantik banget, ya, Bang?"
Bajingan. Satya ingin saja mendatangi Arya sekarang dan memukul cowok itu sampai mati karena sudah membuat Karin sepatah hati ini.
"Tapi, ya, Karin ikhlas kok. Bang Arya pantas bahagia," lanjut Karin dengan suara yang melemah.
"Dan bahagianya Bang Arya, ya, sama orang yang dia cintai. Bukan Karin".
Lalu mengalirlah sungai dari mata Karin. Kali ini lebih deras dari awal.
"Kenapa mencintai harus sesakit ini? Kenapa kita harus jatuh cinta pada orang yang tidak mencintai kita? Kenapa kita tidak bisa menghapus perasaan cinta kita?"
Satya tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari mulut bergetar Karin. Tapi Satya paham bahwa adiknya sangat-sangat terluka sekarang.
"Kenapa Bang Arya harus minta Karin buka hati lagi kalau ujung-ujungnya... ujung-ujungnya Bang Arya... te... tetep balik sama Kak Diana?"
"Apa... apa Karin emang gak pantas buat dicintai?"
"Gak, Rin! Gue cinta sama lo," sahut Satya tidak terima.
Cowok itu kemudian memiringkan badannya menghadap Karin dan memaksa Karin juga menghadap kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau Anggap Aku Apa (Completed)
Teen Fiction"Jadi, Bang Arya bohongin Karin?" "Enggak gitu, Yin...." "Abang selama ini pacaran sama Karin karena disuruh sama bang Satya!" "Yin, dengar penjelasan aku du...." "Karin benci sama Abang. Jangan temui Karin lagi. Kita cukup sampai disini," tuntas Ka...