Addictive 3

12.7K 2K 923
                                    

Tekan Bintang sebelum baca ya^^

Langkah Je A memberat saat kurang dari dua puluh meter dihadapannya, ia bisa melihat sosok Jongin tengah berdiri memunggunginya. Pria itu sedang sibuk tertawa dengan para temannya sesama jurusan. Rautnya terlihat sedang senang, berbeda dengan yang dimiliki Je A saat ini.

Sejak berangkat dari rumah Baekhyun dengan diantar suruhan pria itu, Je A sudah yakin akan merasakan gentar saat menemui Jongin. Dan itu terbukti saat ia bisa melihat kekasihnya itu dalam jarak yang terlalu dekat. Hari ini Je A merasakan sakit yang begitu kuat dihatinya, ia tidak pantas bersanding dengan pria sebaik Kim Jongin.

"Je A~ya."

Entah sejak kapan, Jongin sudah berdiri dihadapannya. Wajah ceria itu mengantarkan getaran hebat pada jantung Je A, membuat bibirnya secara naluriah membentuk senyuman serupa.

"Apa yang kau lamunkan?" tanya Jongin tak menyerah. "Je A, kau sakit?"

Je A menggeleng kecil. Lalu mengambil napas dalam sebelum bersuara.

"Tidak, hanya kurang tidur."

Kepala Jongin mengangguk, lalu meraih pergelangan tangan Je A. Sayangnya, belum sempat ia melangkah, wanitanya itu memberikan penolakan atas sentuhannya. Raut Jongin menunjukan kebingungan, merasa ada yang salah.

"Je A, kenapa?" tatapan Jongin berubah khawatir. "Apa aku melakukan salah?"

Tiba-tiba tanpa bisa dicegah, air mata Je A luruh begitu saja. Ia tak sempat perduli dimana mereka berada. Pertanyaan Jongin sukses membuat hatinya terasa diiris. Jika saja Jongin tahu apa yang sudah ia lakukan, apa Jongin masih akan bersikap selembut ini padanya?

Dia sudah bukan wanita baik seperti yang selalu Jongin banggakan.

Jongin pria yang sempurna baginya. Tampan, berprestasi, dan yang jelas memiliki kepribadian yang menyenangkan. Kenyataan itu seperti tamparan bagi Je A sejak beberapa bulan terakhir. Dulu Je A merasa baik bersanding dan menjadi pilihan Jongin, tapi semua berubah saat ayahnya tak lagi memiliki apapun.

Meski Jongin tidak pernah perduli akan hal itu, Je A masih sempat berpikir bahwa dia punya cinta yang layak untuk pria itu. Tapi sekarang lain. Bahkan bersebelahan dengan Jongin seperti ini pun sudah terasa tak pantas.

"Je A, kenapaa?? Bicaralah."

Je A menggeleng berulang sembari menghapus air matanya. Ia mengulas senyum untuk menunjukan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Baik untuk Jongin atau untuk dirinya sendiri, Je A hanya mencoba melakukan apa yang seharusnya ia lakukan.

"Jongin, aku baik-baik saja. Maaf, aku sedang datang bulan. Jadi sedikit sensitif." Je A terkekeh. "Semalam aku menonton drama, jadi terbawa sampai sekarang."

Jongin menghembuskan napas lega. Lalu mengacak rambut Je A gemas. Senyum pria itu terlihat begitu tulus, tapi sayangnya semakin membuat luka dihati Je A terasa dirobek semakin lebar. Perih dan menyakitkan.

"Sukurlah, aku kira aku melakukan kesalahan." Ucap Jongin bersungut. "Apa kau sudah sarapan?"

Je A mengangguk. Lagi-lagi dia berbohong. Jangankan untuk mengunyah makanan, sekedar menarik napas pun Je A sudah enggan melakukannya.

"Sudah. Dan ngomong-ngomong, kenapa kau rapi sekali?"

Jongin tersenyum lebar.

"Proffesor Kang mengajakku presentasi di seminar jurusan. Doakan aku, ya? Aku gugup sekali."

Je A terkekeh mendengarnya. Ia mengangguk tanpa ragu.

"Kau pasti bisa. Kim Jongin terbaik."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADDICTIVE - Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang