Voment ya^^
Karena ini aman, ku posting siang.
Sejak kejadian penguntitan beberapa hari lalu, Baekhyun menegaskan pada Je A bahwa wanita itu wajib menghubunginya jika pulang. Meski harus melakukan negosiasi yang agak sulit agar tetap diijinkan keluar rumah demi ke universitas, akhirnya Je A mendapat persetujuan oleh pria kejam itu. Sebenarnya Je A juga tak habis pikir, bukankah Baekhyun terlalu jauh mengatur hidupnya? Dia benar-benar seperti robot yang hanya boleh dikendalikan oleh Baekhyun.
Dia benar-benar bagai hidup di neraka paling kejam, rasanya menyiksa. Tapi tidak ada pilihan untuk Je A, mengingat ayahnya yang bisa saja dibuat Baekhyun menderita di penjara membuatnya hanya bisa pasrah dan menerima.
Senyum Je A mengembang saat melihat proffesor Jung di ujung koridor. Genggamannya pada map berisi essaynya menguat, untung saja hasil kerja kerasnya itu masih bisa diselamatkan dari hujan karena Baekhyun bersedia mengambilnya di jalan. Langkahnya mengayun lebar karena sebentar lagi beban tugasnya akan sedikit berkurang setelah menyerahkan essaynya pada guru besarnya itu. Tapi senyuman leganya berangsur pudar saat menyadari bahwa beberapa manusia disana menatapnya penuh sembari berdesis sinis.
"Bukankah ucapan Jackson itu fakta?"
"Jongin harus minta maaf pada Jackson. Banyak yang melihatnya keluar dari mobil mewah, kemarin."
"Mobil siapa itu? Ayahnya kan sudah bangkrut."
"Yang pasti bukan mobil Jongin. Itu lebih mewah. Aku tidak percaya dia betulan simpanan pria kaya."
Je A bisa merasakan bahwa hatinya baru saja diremas kuat. Usahanya meminta Baekhyun mengantarnya di ujung jalan tidak berhasil menyembunyikan fakta bahwa dia sekarang adalah wanita murahan yang menjual diri pada pria kaya.
"Stt, dia bisa dengar."
"Apa perduliku?!"
Langkah Je A semakin cepat menuju proffesor Jung. Dia harus segera menyerahan tugasnya pada pria berkacamata itu dan mengenyahkan diri dari sana. Mendengar semua perkataan kejam itu sangat meyakitinya. Setelah menyelesaikan urusannya, Je A menahan dirinya untuk tidak menangis. Bahkan fokus pandangnya terlihat tak gentar dengan menatap lurus seolah tatapan sinis dan mencemooh para manusia disana tidak mengganggunya sama sekali.
Menuju toilet, Je A membanting pintu di bilik terujung dan memecahkan tangisnya. Dia hanya ingin mengakhiri masa akhir di universitasnya dengan tenang, tapi sepertinya itu tidak akan lagi mudah. Hingga dering panggilan dari Baekhyun berhasil menyentaknya.
"Hm?"
Untuk sesaat hanya deru napas berat yang terdengar di seberang.
"Baekhyun~ssi?"
"Ada apa dengan suaramu?"
Je A menutup bibirnya yang bergetar, menarik napas sedalam-dalamnya sampai dadanya terasa sakit dan menghembuskannya teramat pelan.
"Tidakㅡaku hanya ingin bersin."
"Pulang jam?"
"Sebentar lagi aku akan pulang."
"Tunggu disana, aku akan menjemputmu."
"Tidak! Aku akan pergi dengan bisㅡ"
"Hm?"
Je A menggertakan giginya menahan umpatan ketika mendengar gumaman mengancam itu. Lantas Je A membasahi bibirnya dan membuang napas mencoba sabar.
"Baiklah."
Tut!
Baru Je A hendak berdiri berniat keluar, suara riuh beberapa wanita yang masuk ke toilet dengan menyebut nama Jongin menghentikannya tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE - Byun Baekhyun
FanfictionCOMPLETE // Mature Content. Byun Baekhyun tidak terlahir sebagai pria yang baik. Dia diktator yang tidak mengijinkan siapapun untuk menolak apa yang ia inginkan. Semudah meniup debu, dia bisa menghancurkan penentang seperti itu. Terutama saat ia men...