Voment ya^^
Pekerjaan Baekhyun sedang sangat menumpuk. Di balik segala yang dia punya, Baekhyun punya tanggung jawab yang tidak kecil. Segala yang dipunya tidak didapatkannya tanpa kerja keras hingga memeras keringat dan darah. Jika yang orang lihat hanya rasa nikmat menjadi orang kaya, Baekhyun akan senang hati untuk menamparnya dengan segebok uang agar tidak asal berbicara. Perusahaannya bukan hanya di Korea, melainkan di beberapa negara lainnya. Semakin banyak uang yang masuk ke dalam rekeningnya, semakin banyak pula masalah yang harus dia selesaikan.
Seperti sekarang, Baekhyun masih harus disibukkan memikirkan masalahnya di Macau tempo hari yang belum sepenuhnya tuntas. Dia tidak bisa begitu saja lepas tangan. Sebagai pemimpin yang berperan untuk bertanggung jawab atas segala keputusan, pikirannya masih sangat dibutuhkan.
Chanyeol meletakkan iPad di tangannya di atas meja. Maniknya menelisik raut Baekhyun di seberangnya.
"Renggangkan ototmu dulu. Dua hari ini kau terlalu bekerja keras."
Baekhyun menghela napas pendek, mengusap wajahnya dan melempar punggungnya pada kursi kerjanya dengan kasar.
"Ini satu-satunya cara."
"Maksudnya?"
Baekhyun memejamkan mata menahan pening. Otaknya sedang terasa menegang. Masalahnya tidak hanya tentang pekerjaan, tapi juga perasaannya yang tidak mendapat balasan.
"Menyibukkan diri adalah salah satu cara agar aku tidak menyakitinya seperti sebelumnya."
Sudut alis kiri Chanyeol menukik, "Je A? Kalian belum berbicara satu sama lain? Luar biasa."
Tidak adanya jawaban dari Baekhyun membuat Chanyeol memgerti tanpa harus bertanya dua kali. Pria Park itu menurunkan kakinya yang sebelumnya saling bertumpu.
"Baek."
Terdengar hela napas sebelum Baekhyun membuka matanya untuk menjawab panggilan Chanyeol dengan sorot dingin khasnya.
"Kauㅡsungguh jatuh cinta padanya?"
Baekhyun memijat pangkal hidungnya, "Aku sangat menginginkannya."
"Untuk apa?" Chanyeol tidak menampakan wajah jenakanya karena dia sedang serius bertanya, "Aku serius bertanya karena sungguh, jika aku jadi Je A, aku akan melakukan hal yang sama. Menolakmu tanpa pikir panjang."
Chanyeol tidak gentar ditatap tajam oleh Baekhyun.
"Aku hanya menginginkannya." Baekhyun terlihat ragu setiap melafalkan kata, "Untukku sendiri."
Dengusan mencibir mengalun begitu saja dari celah bibir Chanyeol, "Perbaiki ucapanmu. Kau menginginkannya bukan mencintainya."
Seperti mendapat tendangan tepat di dada, Baekhyun merasa dadanya menyesak tiba-tiba. Ucapan Chanyeol terdengar tanpa tuntutan, tapi dia merasa seperti baru saja di todong dan membuatnya terdesak.
"Kesampingkan caramu memperlakukannya yang seperti penjaga neraka yang menyiksa kaum pendosa karena itu sudah mutlak tingkat kekejamannya. Salah satu hal penting lainnya adalah tujuanmu menahannya hingga seperti ini itu apa , Baek?" Chanyeol mengedikan bahu seolah kesusahan menjelaskan, "Lihat, kau saja masih tidak mengerti dengan itu? Kau masih terbayang Kyumi, lantas untuk apa keberadaan Je A? Itu cinta atau obsesi semata?"
Baekhyun berdiri dan melangkah menghadap jendela yang menyajikan pemandangan gedung-gedung di seberang perusahaan. Dia menatapi pantulan wajahnya sendiri yang tersilaukan cahaya matahari siang itu.
"Je A itu wanita baik-baikㅡyang kau paksa hidup bersamamu. Dari kalimatku saja sudah jelas itu tidak benar." Chanyeol berdecak, "Memaksaㅡitu berarti dia tidak suka rela bersamamu. Kau datang di hidupnya dengan cara yang kurang ajar, lalu apa kau pikir dia semudah itu bersedia membuka hatinya untuk pria yang menghancurkan hidupnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE - Byun Baekhyun
FanfictionCOMPLETE // Mature Content. Byun Baekhyun tidak terlahir sebagai pria yang baik. Dia diktator yang tidak mengijinkan siapapun untuk menolak apa yang ia inginkan. Semudah meniup debu, dia bisa menghancurkan penentang seperti itu. Terutama saat ia men...