Addictive 11

6.6K 956 727
                                    

Voment yak.

Sejak kemarin setelah situasi yang buruk terjadi antara Baekhyun dan Je A keduanya memang masih tanpa interaksi. Walaupun keduanya tidur di ranjang yang sama, Baekhyun tidak berniat menegur begitupun sebaliknya.

Pelukan yang diberikan Baekhyun masih setia menemani Je A bahkan sampai keduanya terbangun di pagi hari. Jika Je A merasa apa yang terjadi adalah hal yang tidak wajar, maka tidak dengan Baekhyun yang bersikao seolah tanpa beban. Meski rasanya emosi itu masih menyelimuti hatinya, Je A tidak bisa menolak atau dia harus siap menerima kemungkinan hal terburuk akan terjadi pada hidupnya. Jadi porsi Je A hanya menerima jika Baekhyun berbuat apapun padanya.

"Bisa kau buatkan aku sarapan?"

Itu suara pertama pagi ini. Untuk beberapa detik, Je A menganga dalam duduknya, nyawanya belum terkumpul penuh saat melihat Baekhyun mengenakan bathrobe di depan lemari, lalu kepalanya mengangguk sekali yang kemudian membuat Baekhyun berbalik menuju kamar mandi.

Je A menghela napas sesak. Perangai Baekhyun sangat menyulitkannya. Dia belum terbiasa menerima situasi yang asing seperti ini. Baginya, pria itu terlahir menjadi brengsek ulung mutlak yang sialnya harus mampir dalam kehidupannya yang semula baik-baik saja.

Baekhyun tidak mengucapkan kata maaf atau sekedar bersikap lembut untuk membuat sakit hati Je A atas cercaannya semalam sedikit reda, justru pria itu malah memintanya membuatkan sarapan tanpa embel-embel kata tolong sama sekali.

Je A memotong wortel dengan kasar hingga menciptakan bunyi yang cukup berisik. Dia merutuki diri sendiri, kenapa keberaniannya hanya muncul saat keadaan atau emosinya terhimpit saja?

Jika dalam keadaan normal begini, dia tentu akan sempat memikirkan resiko keselamatan hidupnya ke depan apabila nekat menyulut emosi Baekhyun. Dia bahkan rela dicekik atau dilindas mobil mewah pria itu kemarin. Tapi apa sekarang? Diperintahkan membuat sarapan saja sudah menurut seperti anjing kurang belaian.

Baekhyun memang manusia tidak punya hati dan pikiran waras.

"Cih, memang apa yang aku harapkan!" decaknya emosi sembari memasukkan bahan ke dalam air yang mendidih. "Memang aku ini kekasihnyaㅡistrinya?! Memerintah sembarangan."

"Wah, kenapa orang semenyebalkan itu bisa hidup makmur seperti ini?" Je A kembali berdecak, "Apa sesusah itu meminta maaf? Bahkan aku tidak memintanya membeli Everland?! Brengsek!"

"Ah, ternyata kau benar-benar suka memaki ya?!" Baekhyun mengancingkan lengan kemejanya bergantian tanpa mengalihkan tatapan dinginnya pada Je A yang sontak menelan ludah gugup di depan kompor, "Kenapa diam? Ayo lanjutkan makianmu."

Baekhyun memutar bahu Je A lembut untuk mengukung wanita itu di antara tubuhnya dan kompor disana. Lengannya terulur untuk mengaduk sup setengah matang itu sembari mendekatkan bibir di telinga Je A yang memerah.

"Aku akan mendengarmu lebih dekat." bisiknya lirih.

Deru napas hangat berat yang keluar dari celah mulut Baekhyun menguarkan aroma mint yang membuat Je A harus susah payah menelan ludah. Dada bidang Baekhyun menempel sempurna pada punggungnya, belum lagi posisi mereka yang sama sekali tidak menguntungkan untuk membuat Je A dapat menghindar dari sana. Bisa-bisa dia menumpahkan sup panas jika dia nekat bergerak.

"Sikap beranimu yang spontan selalu membuatku tertantang." Baekhyun tersenyum miring saat menyadari bahwa Je A menegang dalam kukungannya, "Praktikan itu saat ranjang bukan hanya saat kita bertengkar."

"Oh supnya sudah matang." kilah Je A memberanikan diri, "Aku akan menuangnya di mangkuk, duduklah."

Baekhyun bertahan tanpa ekspresi, lalu duduk menunggu di meja makan yang ada disana. Sorotnya mengamati pergerakan Je A tanpa beralih barang sedetik. Sejak semalam hatinya dilingkupi perasaan mengganggu dan itu jelas perihal makiannya pada wanita yang sibuk menyiapkan sarapan untuknya itu.

ADDICTIVE - Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang