Addictive 29

3.7K 652 420
                                    

Voment ya^^

Udara malam di akhir musim gugur sudah sangat dingin, dan itu semakin terasa membekukan saat sepasang manusia di balkon gedung itu merasa bahwa waktu hanya berhenti untuk mereka berdua. Sudah sekian menit bertahan dalam kebungkaman, tapi satu dari mereka tak ada yang berniat membuka suara atau bahkan memutus kontak mata yang sedang mereka ikat dalam tatap yang dulu menghangatkan.

Perih masih menjalar kuat pada masing-masing pemilik dada. Hanya tiga bulan, andai waktu bisa di putar, mereka ingin kembali pada masa itu. Dimana saling memeluk adalah hal yang membahagiakan jika saling berhadapan. Sayangnya, berilusipun mereka tidak mampu. Sebab, luka yang tergores sudah terlalu nyata rasa sakitnya dan tidak bisa di elak oleh apapun juga.

Tidak pernah puas bagi Jongin untuk sekedar menatapi wajah Je A. Dadanya bergemuruh pilu. Wanita disana, dia benar-benar masih sangat mencintainya.

"Han Je A." Jongin mengambil dua langkah mendekat, "Kenapa kau datang?"

Je A seakan dipaksa diam oleh bibirnya sendiri. Sedangkan tanpa Jongin tahu, hatinya berteriak nyaring bahwa dia merindukan pria itu setengah mati.

"Kau sudah baik?"

"Apa aku terlihat begitu?"

Tatapan nanar Je A seperti belati berkarat yang mengukir tambahan luka di hati Jongin yang terdiam kesakitan. Sejak malam itu, Jongin telah berahasil membuat sekatnya dan Je A semakin tinggi dan terbentang. Dia kalut, dia marah, dia kecewa, dan dia benar-benar terluka. Wanita yang dia cinta dan mencintainya akan berakhir dengan seseorang yang bahkan bahkan tidak layak di sebut manusia karena tega memisahkan mereka.

"Aku harap begitu." Jawab Je A lirih.

Tangan Jongin mengepal, "Aku tidak pernah mencintainya, Je A. Kami di paksa, di atas nama bisnis—demi tuhan, aku masih sangat mencintaimu. Hanya kau."

Ngilu mendengar pengakuan Jongin. Tapi Je A hanya bisa menunduk, mencari kekuatan yang harus dia dapat dengan cepat sebelum Jongin menemukan kelemahannya.

"Belajarlah, Jongin. Siapapun wanita itu, aku harap dia akan membuatmu bahagia."

Jongin menggeleng dengan manik yang memerah, "Aku ingin bersamamu—bisakah? Aku masih tidak mengerti kenapa kita seperti ini? Kita baik-baik saja kan, Je? Kenapa dia—pria brengsek itu?"

"Karena ini jalanku—keputusanku yang alasannya tidak perlu kau tahu." Je A menelan ludahnya dengan susah payah, air matanya sudah menumpuk di kelopak, "Kau tidak akan pernah mengerti meskipun seribu kali aku menjelaskannya padamu."

"Buat aku mengerti, Je A." suara Jongin terdengar frustasi, langkahnya kian mendekat dan menuntut, "Jika dia memaksamu, aku bisa menyelamatkanmu. Kita pergi dari sini. Aku benar-benar akan melindungi—"

"Tidak," jawab Je A memotong, "Aku tidak mau lagi bersamamu."

Air mata itu tumpah dari kedua pasang mata.

"Han Je A." Jongin kesusahan bernapas, "Aku salah apa?"

Je A menggeleng dan menunduk. Dia ingin memukul wajahnya sendiri karena melihat Jongin menangisi wanita sepertinya. Tapi mereka benar-benar tidak bisa bersama lagi. Masa depan Jongin masih sangat panjang. Dan dia hanya akan menghalangi jalan Jongin jika egois untuk mempertahankan hubungan mereka.

"Jangan memaksaku untuk terus melukaimu, Jong," Je A menghapus air matanya dan menatap Jongin lekat, "Aku datang hanya untuk meyakinkan kebimbanganmu. Jika kau pikir aku datang untuk kembali bersamamu, kau salah besar. Aku kemari untuk membuktikan padamu bahwa aku baik-baik saja dengan semua keputusanku."

Je A tersenyum kecil dengan sorot menerawang, "Selamat untuk pertunanganmu."

"Biarkan aku bertanya hal ini sekali lagi. Tatap mataku dan jawab dengan benar." Jongin menunggu Je A menatap matanya, "Kau—mencintainya?"

ADDICTIVE - Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang