Voment ya.
Je A mendongak saat mendengar suara langkah mendekat. Disana, Baekhyun terlihat sudah rapi dengan setelan kemeja kerjanya. Pria itu menghampiri Je A yang sudah kembali berkutat dengan racikan sandwich untuk menu sarapan mereka berdua.
Tubuh Je A tersentak saat tanpa dia tahu, Baekhyun mendaratkan bibir di tengkuknya. Lengan pria itu juga melingkar di sekitar pinggang Je A yang praktis membuat jarak tubuh keduanya terkikis dan menempel sempurna.
"Harum sekali."
Je A menghembuskan napas pelan mencoba menguasai diri. Jika dia menunjukan gestur terbuai sedikit saja bahkan jika itu murni karena naluri, dia yakin Baekhyun akan berbuat lebih. Bukan Je A lupa, justru kehati-hatiannya ini karena dia ingat bahwa sepertinya Baekhyun kelepasan berbaik hati dengan tidak menjarah tubuhnya meski semalam pria itu berhasil mengukir beberapa tanda di tubuh bagian atasnya.
"Apa kegiatanmu di universitas hari ini?" tanya Baekhyun sembari masih memeluk Je A dari belakang.
Je A menggigit bibir bawah menetralkan napas, "Aku hanya menghadiri satu kelas saja."
Baekhyun melongokan kepala melewati bahu Je A agar bisa melihat wajah wanita itu.
"Berarti bisa datang ke perusahaan lagi sebelum siang kan?"
"Iya." kata Je A sembari menahan napas saat hidung Baekhyun membelai sisi lehernya. "Aku akan membawa ini ke meja."
Baekhyun tahu itu, gelagat gelisah yang menguasai Je A tadi terasa nyata dari gestur yang wanita itu tunjukan melalui tubuhnya. Tersenyum miring, Baekhyun merenggangkan pelukannya. Tapi bibirnya mendaratkan sebuah kecup sensual sembari berbisik berat sebelum betulan melepaskan Je A dari rengkuhannya.
"Kau tidak bisa lolos nanti malam."
Sementara Je A mengerjap dengan jantung yang seakan lepas dari rongganya. Dia masih setakut itu sampai tangannya gemetar. Setelah memastikan Baekhyun sampai di meja makan dengan mengatensikan diri ke ponsel penuh, Je A kembali melanjutkan niat.
Mereka sarapan dengan hening karena Je A bisa melihat bahwa Baekhyun terlihat sedang serius dengan entah apa itu yanh ada di ponselnya. Sesekali pria Byun itu mengigit sandwichnya tenang, membuat Je A yang waswas perihal rasanya gak bernapas lega. Sepertinya tidak ada masalah.
"Pastikan dirimu selalu ada di keramaian meskipun di area universitas."
"Ya?"
Baekhyun meneguk tehnya sebelum menatap Je A, "Jangan abai pada sekelilingmu. Selagi aku belum mengenalkan diriku pada penguntitmu itu, mereka masih akan mengawasimu dan bisa menculikmu kapan saja."
Je A membeku di tempatnya saat sorot tajam Baekhyun menembus miliknya. Apa pria itu berniat menakutinya?
"Hanya patuhi ucapanku. Paham?"
Tidak ada jawaban secepat yang Baekhyun duga tapi kemudian Je A mengangguk diiringi hembus napas pasrah.
"Dan apa mereka masih mengganggumu?? Go Haesoo, putri Go Jongwon dan Cho Ahra itu, apa mereka masih berani menyentuhmu?" tanya Baekhyun tanpa mengurangi sorot tajamnya. Pria itu mencoba melenturkan urat lehernya, lalu menyandarkan punggung pada kursi, "Hari itu, dia yang membuatmu pergi ke perpustakaan kota karena sudah merusak tugasmu kan?"
Napas Je A tersengal. Dia seperti baru saja di pukul tepat di kepala setelah mendengar perkataan Baekhyun barusan. Bagaimana pria itu tahu?
"Kenapa kau tidak mengatakannya padaku?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Kau meremehkanku rupanya." Baekhyun memainkan ponselnya dan melemparkan benda itu ke atas meja, "Kalau begitu kau harus mulai mengenalku lebih baik lagi sampai pikiran dangkalmu tentangku bisa berubah."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE - Byun Baekhyun
FanfictionCOMPLETE // Mature Content. Byun Baekhyun tidak terlahir sebagai pria yang baik. Dia diktator yang tidak mengijinkan siapapun untuk menolak apa yang ia inginkan. Semudah meniup debu, dia bisa menghancurkan penentang seperti itu. Terutama saat ia men...