Voment ya gaiseu^^
Sudah dua hari Je A tidak melihat wajah Baekhyun yang pergi ke Macau untuk keperluan bisnis. Itu dimulai sejak pertengkaran mereka tentang ancaman Baekhyun agar Je A tidak lagi berhubungan dengan Jongin. Hal itu jelas sangat sulit Je A lakukan, tapi seberapa keras Je A ingin menolak, dia takut untuk membantah.
Ya, nasib ayahnya masih berada di tangan Baekhyun. Bahkan sampai sekarang, dimana Je A telah menyerahkan segalanya, dia masih belum mendapat kepastian dari Baekhyun kapan dirinya bisa bertemu dengan ayahnya lagi. Meskipun Baekhyun sudah mengatakan dan menunjukan surat pembebasan gugatan, Je A tetap tidak diberi tanda-tanda akan dipertemukan dengan ayahnya.
Selama dua hari pula Je A terkurung di rumah Baekhyun. Meskipun tetap bisa pergi ke universitas, Je A tetap dalam pengawasan para pesuruh pria itu agar tidak pergi ke tempat kerja part timenya atau kemanapun seperti seorang tawanan. Bahkan ia terus menerus menghindari Jongin setiap kali mereka hampir berpapasan. Berulang kali juga Jongin menghubunginya, tapi Je A tidak punya cukup nyali untuk menerima panggilan kekasihnya itu. Semisal dia menerimapun, apa yang akan ia katakan pada pria itu? Kebohongan apa lagi yang bisa ia berikan pada Jongin untuk menutupi sikap murahannya yang tinggal dirumah seorang pria yang bukan siapa-siapanya seperti sekarang?
Je A mencengkram ponselnya kuat. Bibirnya terlipat rapat demi menahan ringisan atas sakit hati yang sedang memprovokasi matanya agar memproduksi air. Ia lelah seperti ini.
Hidupnya seperti tidak berguna. Dia merasa menjadi manusia paling kotor dan tak layak hidup lagi. Pikirannya terasa buntu, dan tidak bisa diajak bekerja sama untuk mencari jalan keluar.
Getar ponsel kembali membuat Je A terkejut. Ia mengernyit dan menghapus sisa air matanya saat melihat siapa yang telah menghubunginya. Itu Baekhyun.
"Ya?" Je A menjauhkan ponselnya saat mendengar suara debuman musik yang sangat berisik dari seberang telepon.
"Baekhyun~ssi?" panggil Je A memastikan.
"Datanglah kemari." Sahut Baekhyun tampa penjelasan.
Je A semakin kebingungan, suara pria itu terdengar samar karena terkalahkan oleh suara musik. Ia bisa menduga bahwa Baekhyun sedang berada disebuah klub malam.
"Kemana?" Je A menatap keluar jendela dan jam dinding bergantian, ini sudah pukul sebelas malam.
"Kyungsoo akan mengantarmu."
Panggilan diputus oleh Baekhyun secara sepihak. Suara sengau pria itu membuat pikiran Je A semakin kacau. Tidak dipungkiri bahwa keberanian yang sempat ia miliki untuk melawan Baekhyun telah terkikis oleh ketakutan. Ya, Je A takut menghadapi Baekhyun yang selalu punya cara untuk menghancurkan hidupnya setiap hari.
Suara derap langkah kaki dari arah belakang punggungnya membuat Je A menoleh. Disana berdiri Kyungsoo, seorang pria yang sejak dua hari lalu ditugaskan Baekhyun untuk mengawasinya. Paham akan maksud pria dingin itu, Je A segera berdiri dan mengikuti langkahnya keluar rumah untuk brgegas ke tempat yang dimaksudkan Baekhyun.
"Kyungsoo~ssi, kita kemana?"
Kyungsoo melirik melalui spion untuk sesaat.
"Tempat Baekhyun bersenang-senang."
Jawaban dari pria dibalik kemudi itu membuat Je A memilih untuk mengatupkan bibirnya lagi. Bukan hanya kalimatnya, tapi suara tanpa intonasi itu juga mampu membuat Je A tidak berani untuk kembali membuka suara. Ia hanya merasa bahwa jawaban Kyungsoo yang teramat sarkas dengan suara dinginnya itu pertanda bahwa pria itu hanya ingin dia diam.
Didalam, keheningan menyelimuti keduanya. Je A sendiri hanya menatap keluar jendela mobil. Pikirannya kembali kalut karena memikirkan nasibnya. Setelah ini, apa dia akan melakukan hal menjijikan itu lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
ADDICTIVE - Byun Baekhyun
Fiksi PenggemarCOMPLETE // Mature Content. Byun Baekhyun tidak terlahir sebagai pria yang baik. Dia diktator yang tidak mengijinkan siapapun untuk menolak apa yang ia inginkan. Semudah meniup debu, dia bisa menghancurkan penentang seperti itu. Terutama saat ia men...